Breaking News:

Tips dan Trik

Peringatan Kesehatan: Batas Konsumsi Gula-Garam yang Disarankan Agar Terhindar dari Risiko Diabetes

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengingatkan bahwa konsumsi gula, garam, dan lemak perlu dibatasi untuk menjaga kesehatan tubuh.

Penulis: dhiyanti.nawang | Editor: dhiyanti.nawang
pixabay.com
Peringatan Kesehatan: Batas Konsumsi Gula-Garam yang Disarankan Agar Terhindar dari Risiko Diabetes 

TRIBUNHEALTH.COM - Gula, garam, dan lemak merupakan komponen utama dalam makanan sehari-hari bagi sebagian besar masyarakat Indonesia.

Namun, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mengingatkan bahwa konsumsi ketiga bahan tersebut perlu dibatasi untuk menjaga kesehatan tubuh.

Menurut informasi yang dikeluarkan oleh Kemenkes, batas konsumsi gula per hari sebaiknya tidak melebihi 50 gram atau setara dengan 4 sendok makan gula.

Pemberian batasan ini bertujuan untuk mengurangi risiko penyakit terkait konsumsi gula berlebih, seperti diabetes dan obesitas.

Baca juga: Terobosan Baru: Terapi Menjanjikan Penurunan Gula Darah bagi Penderita Diabetes!

Sementara itu, batas konsumsi garam per hari ditetapkan sebesar 2.000 miligram natrium atau setara dengan 5 gram atau 1 sendok teh garam.

Pembatasan ini dilakukan untuk mengurangi potensi tekanan darah tinggi dan masalah kesehatan kardiovaskular lainnya yang dapat terkait dengan asupan garam yang berlebihan.

kurangi konsumsi gula
kurangi konsumsi gula (health.kompas.com)

Kemenkes juga menetapkan batas konsumsi lemak per hari sebesar 67 gram atau setara dengan 5 sendok makan minyak goreng.

Hal ini dilakukan untuk mencegah penumpukan lemak berlebih dalam tubuh yang dapat menyebabkan berbagai penyakit, termasuk masalah jantung dan pembuluh darah.

Dengan adanya pedoman konsumsi ini, Kemenkes berharap masyarakat Indonesia dapat lebih sadar akan pentingnya menjaga pola makan seimbang dan membatasi konsumsi gula, garam, serta lemak.

Baca juga: Waspadai Konsumsi 5 Jenis Ikan untuk Penderita Diabetes, Ini Daftar yang Sebaiknya Dihindari

Upaya ini diharapkan dapat mendukung peningkatan kesehatan masyarakat secara keseluruhan.

2 dari 3 halaman

Kemenkes juga mengimbau agar masyarakat membiasakan diri membaca label nutrisi pada kemasan makanan untuk lebih memahami kandungan gula, garam, dan lemak yang terkandung di dalamnya.

Dalam upaya promosi gaya hidup sehat, Kemenkes juga memberikan informasi terkait alternatif pengganti gula, garam, dan lemak yang lebih sehat, serta memberikan rekomendasi mengenai pola makan yang dapat mendukung kesehatan tubuh secara keseluruhan.

Semua langkah ini diambil dengan harapan dapat menurunkan prevalensi penyakit terkait pola makan di masyarakat Indonesia.

Adanya kebiasaan konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebihan dapat menimbulkan sejumlah masalah kesehatan serius di kalangan masyarakat Indonesia.

Salah satu dampak yang paling signifikan adalah peningkatan kasus obesitas, yang merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit tidak menular (PTM).

Penyakit-penyakit ini, termasuk diabetes, penyakit kardiovaskular, hingga penyakit ginjal, diketahui memiliki angka kematian yang cukup tinggi.

Baca juga: Mitos atau Fakta Pemilik Kulit Terang Lebih Berisiko Mengalami Flek Hitam? Ini Kata Dokter Estetika

Menurut data dari The Global Burden of Disease 2019 and Injuries Collaborators 2020, PTM menjadi penyebab 80 persen kasus kematian di Indonesia.

Peningkatan obesitas juga secara signifikan berkontribusi terhadap meningkatnya angka penyakit tidak menular di negara ini.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 dan 2018 mencatat peningkatan prevalensi obesitas pada penduduk usia 18 tahun ke atas, dari 15,4 persen pada 2013 menjadi 21,8 persen pada 2018.

ilustrasi seseorang yang mengalami obesitas
ilustrasi seseorang yang mengalami obesitas (health.kompas.com)

Fenomena ini menunjukkan bahwa kebiasaan konsumsi yang tidak seimbang telah menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang semakin mendalam.

3 dari 3 halaman

Tak hanya pada kelompok usia dewasa, prevalensi obesitas anak-anak juga menjadi perhatian serius.

Data menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak usia 5-19 tahun meningkat dari 2,8 persen pada tahun 2006 menjadi sekitar 6 persen pada tahun 2016.

Kategori remaja usia 13-17 tahun juga tidak luput dari masalah ini, di mana sekitar 14 persen mengalami berat badan berlebih dan sekitar 4 persen mengalami obesitas.

Kondisi ini menjadi sorotan pemerintah dan stakeholder kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga pola makan sehat dan membatasi konsumsi gula, garam, dan lemak.

Baca juga: Rahasia Kesehatan: Menjaga Gula Darah dengan Makanan Sehat Kaya Karbohidrat untuk Pasien Diabetes

Langkah-langkah preventif dan edukatif diharapkan dapat mengurangi prevalensi obesitas dan dampak buruknya terhadap kesehatan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Kesadaran akan hubungan erat antara pola makan dan risiko penyakit tidak menular diharapkan dapat membantu mengubah perilaku konsumsi masyarakat menjadi lebih sehat.

Klik di sini untuk mendapatkan referensi vitamin guna meningkatkan daya tahan tubuh.

(Tribunhealth.com/DN)

Baca berita lainnya di sini.

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comBatas Konsumsi Gula-Garam yang Disarankan Agar Terdiabetesgulagaramlemakgula darahobesitasTekanan Darah Tinggipola makanKementerian KesehatanKemenkesmasyarakatIndonesiapenyakit tidak menularmengontrol kadar gula darahmengontrol tekanan darah tinggilonjakan kadar gula darahLonjakan gula darahlonjakan glukosa
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

berita POPULER

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved