TRIBUNHEALTH.COM - Sebuah studi baru telah mengungkap potensi pengobatan bebas obat untuk diabetes melalui cahaya merah'>terapi cahaya merah.
Para peneliti mencatat penurunan signifikan dalam tingkat gula darah setelah satu sesi cahaya merah'>terapi cahaya merah selama 15 menit.
Terapi ini sebelumnya dikenal digunakan untuk mengatasi masalah kulit seperti keriput, kemerahan, jerawat, dan bekas luka dengan menggunakan cahaya merah dengan panjang gelombang rendah.
Dikutip dari Medical Daily, para peneliti telah memperluas cakupan cahaya merah'>terapi cahaya merah, yang sebelumnya digunakan secara luas dalam bidang dermatologi, untuk memerangi tanda-tanda penuaan.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa terapi ini juga memiliki potensi dalam pengobatan kondisi medis lain di luar masalah kulit, seperti diabetes.
Baca juga: Waspadai 7 Gejala Diabetes yang Terlihat pada Kulit, Termasuk Munculnya Kutil dan Ketiak Menghitam
Penting untuk dicatat bahwa studi ini masih dalam tahap awal, dan lebih banyak penelitian mungkin diperlukan untuk memahami secara mendalam bagaimana terapi cahaya merah dapat secara efektif mempengaruhi tingkat gula darah pada penderita diabetes.
Jika hasil ini dapat dikonfirmasi dan dipertahankan melalui penelitian lebih lanjut, maka cahaya merah'>terapi cahaya merah dapat menjadi opsi pengobatan yang menjanjikan dan bebas obat untuk diabetes di masa depan.
Berita ini menyajikan hasil dari sebuah studi yang dipublikasikan di Jurnal Biophotonics.
Para peneliti menemukan bahwa paparan cahaya merah pada panjang gelombang 670 nanometer (nm) dapat merangsang produksi energi di dalam mitokondria individu yang sehat.
Mitokondria merupakan pembangkit energi sel dalam tubuh, dan peningkatan produksi energi ini dapat mengakibatkan peningkatan konsumsi glukosa.
Studi dilakukan terhadap 30 peserta yang sehat, yang tidak memiliki kondisi metabolik atau tidak mengonsumsi obat apa pun.
Baca juga: Penelitian Terbaru Mengungkap: Ngemil Sebelum Tidur Bisa Pertahankan Kadar Gula Darah Tetap Stabil
Peserta dibagi menjadi dua kelompok secara acak: satu kelompok terpapar cahaya merah 670 nanometer selama 15 menit, sementara kelompok lainnya merupakan kelompok plasebo di mana peserta tidak terpapar cahaya sama sekali.
Para peserta kemudian menjalani tes toleransi glukosa oral, di mana mereka mengonsumsi glukosa dan mencatat tingkat gula darah mereka setiap 15 menit selama dua jam berikutnya.
Hasil analisis menunjukkan bahwa cahaya merah'>terapi cahaya merah menghasilkan penurunan signifikan sebesar 27,7 persen dalam tingkat glukosa darah setelah mengonsumsi glukosa.
Selain itu, terapi ini juga berhasil mengurangi glukosa'>lonjakan glukosa maksimum sebesar 7,5 persen.
Temuan ini menunjukkan bahwa paparan cahaya merah pada panjang gelombang tertentu dapat memiliki dampak positif pada regulasi glukosa darah, membuka potensi pengembangan cahaya merah'>terapi cahaya merah sebagai pendekatan baru dalam pengelolaan kadar glukosa dan mungkin dapat diaplikasikan dalam pengobatan kondisi metabolik seperti diabetes.
Namun, perlu diingat bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memvalidasi dan mengkonfirmasi temuan ini sebelum terapi cahaya merah dapat diadopsi sebagai metode pengobatan yang efektif secara klinis.
Baca juga: Mitos atau Fakta Pemilik Kulit Terang Lebih Berisiko Mengalami Flek Hitam? Ini Kata Dokter Estetika
Beberapa sumber menyoroti harapan para peneliti bahwa temuan mereka tentang terapi cahaya merah dapat memberikan manfaat bagi individu dengan diabetes, meskipun studi ini dilakukan pada orang yang tidak memiliki kondisi tersebut.
Para peneliti menemukan bahwa paparan cahaya merah pada panjang gelombang 670 nanometer dapat mengurangi tingkat gula darah setelah makan, dengan satu sesi cahaya merah'>terapi cahaya merah selama 15 menit.
Dr. Michael Powner, seorang penulis studi, menjelaskan bahwa cahaya memiliki pengaruh terhadap cara kerja mitokondria, yang pada gilirannya memengaruhi tubuh secara seluler dan fisiologis.
Meskipun penelitian ini dilakukan pada individu sehat, Dr. Powner menyatakan bahwa temuan ini memiliki potensi untuk memengaruhi pengendalian diabetes di masa depan dengan membantu mengurangi lonjakan glukosa yang dapat merusak tubuh setelah makan.
Baca juga: Adanya Flek Hitam Bisa Menjadi Ciri Khusus Mengidap Suatu Penyakit
Selain itu, studi ini juga menyoroti konsekuensi jangka panjang dari paparan cahaya biru terhadap kesehatan manusia.
Hasil penelitian menunjukkan adanya disfungsi dalam regulasi gula darah akibat paparan cahaya biru.
Hal ini menjadi perhatian khusus mengingat peningkatan penggunaan pencahayaan LED yang memancarkan lebih banyak cahaya biru dan kurang cahaya merah.
Disfungsi ini dapat memiliki implikasi pada kesehatan, terutama mengingat prevalensi pencahayaan LED yang semakin meningkat di berbagai lingkungan.
Baca juga: Rahasia Kesehatan: Menjaga Gula Darah dengan Makanan Sehat Kaya Karbohidrat untuk Pasien Diabetes
Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya membuka potensi baru dalam pengelolaan diabetes melalui cahaya merah'>terapi cahaya merah tetapi juga menggarisbawahi pentingnya memahami dampak jangka panjang dari pencahayaan biru terhadap kesehatan manusia.
Klik di sini untuk mendapatkan referensi vitamin guna meningkatkan daya tahan tubuh.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lainnya di sini.