TRIBUNHEALTH.COM - Bulan Ramadhan, yang penuh dengan kedamaian dan keberkahan, sering kali dinantikan dengan antusiasme oleh umat Muslim di seluruh dunia.
Selama bulan ini, umat Islam menjalankan ibadah puasa sebagai bagian dari ketaatan agama mereka, sambil juga berlomba-lomba dalam melakukan ibadah lainnya.
Namun demikian, bagi para penderita diabetes, menjalankan puasa selama Ramadhan bisa menjadi suatu tantangan yang berpotensi membahayakan kesehatan mereka jika tidak dilakukan dengan hati-hati.
Hal ini disebabkan oleh risiko fluktuasi gula darah yang lebih besar selama periode puasa.
Pada saat berpuasa, tubuh penderita diabetes rentan mengalami naik turunnya kadar gula darah, yang dapat menyebabkan komplikasi serius.
Beberapa komplikasi yang mungkin timbul akibat ketidakseimbangan gula darah selama puasa termasuk hipoglikemia (penurunan kadar gula darah yang berbahaya), hiperglikemia (kenaikan kadar gula darah yang tinggi), ketoasidosis diabetik (kondisi serius yang disebabkan oleh kadar gula darah yang sangat tinggi dan keton yang berlebihan dalam darah), serta dehidrasi.
Baca juga: 4 Makanan yang Harus Dihindari oleh Pasien Asam Urat: Berpotensi Tingkatkan Risiko Kambuhnya Gejala
Oleh karena itu, sangat penting bagi para penderita diabetes untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dan berkonsultasi dengan tenaga medis sebelum memutuskan untuk berpuasa selama Ramadhan.
Beberapa langkah yang dapat diambil untuk menjaga kesehatan selama bulan puasa seperti yang dilansir dari beberapa jurnal kesehatan, termasuk:
1. Berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi untuk menentukan apakah berpuasa aman bagi kondisi kesehatan tertentu

Pasien diabetes perlu berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum memutuskan untuk berpuasa karena berpuasa dapat memengaruhi kadar gula darah dan kesehatan secara keseluruhan.
Pasien diabetes yang menggunakan obat-obatan tertentu, seperti insulin atau obat hipoglikemik lainnya, mungkin perlu menyesuaikan dosis atau jadwal penggunaannya selama bulan puasa.
Dokter dapat membantu menyesuaikan rencana pengobatan agar tetap aman dan efektif selama periode puasa.
Berpuasa dapat mempengaruhi kadar gula darah secara signifikan.
Pada beberapa pasien diabetes, berpuasa dapat menyebabkan peningkatan risiko hipoglikemia (kadar gula darah rendah) atau hiperglikemia (kadar gula darah tinggi).
Dokter atau ahli gizi dapat membantu dalam merencanakan pola makan dan pengaturan obat untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil selama puasa.
Dokter atau ahli gizi dapat mengevaluasi kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan untuk menentukan apakah berpuasa aman bagi mereka.
Pasien dengan komplikasi diabetes, seperti penyakit jantung, gangguan ginjal, atau neuropati, mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi terhadap masalah kesehatan selama puasa.
Konsultasi dengan dokter dapat membantu mengidentifikasi risiko potensial dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang sesuai.
Baca juga: dr. Zaidul Akbar: Air Zamzam dan Ramuan Herbal, Solusi Kesehatan Mata
2. Merencanakan diet yang seimbang dan memperhatikan waktu makan sahur dan berbuka agar tetap memenuhi kebutuhan gizi dan mengatur kadar gula darah
Kadar gula darah yang stabil sangat penting bagi penderita diabetes.
Merencanakan diet dengan bijaksana membantu menghindari lonjakan kadar gula darah yang tiba-tiba, yang dapat terjadi jika konsumsi karbohidrat yang tidak terkontrol atau jika pola makan tidak teratur.
Diet yang seimbang membantu menjaga berat badan yang sehat.
Pada pasien diabetes, penurunan berat badan yang terkontrol juga dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin, yang merupakan faktor kunci dalam pengelolaan diabetes.
Makanan yang sehat membantu mencegah komplikasi jangka panjang dari diabetes, seperti penyakit jantung, masalah ginjal, dan kerusakan saraf.
Konsumsi makanan yang kaya serat, rendah lemak jenuh, dan rendah gula dapat membantu menjaga kesehatan secara keseluruhan.
Pasien diabetes perlu memastikan bahwa mereka mendapatkan keseimbangan nutrisi yang tepat dari makanan mereka, termasuk karbohidrat, protein, lemak, serat, dan vitamin/mineral lainnya.
Ini membantu tubuh berfungsi dengan baik dan mendukung kesehatan secara keseluruhan.
Menjaga pola makan teratur dengan memperhatikan waktu makan sahur dan berbuka membantu menjaga stabilitas gula darah.
Pada bulan Ramadan, di mana pola makan sering berubah karena puasa, penting bagi pasien diabetes untuk memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi dan waktu makan untuk mencegah komplikasi.
3. Memantau kadar gula darah secara teratur selama periode puasa dan segera mengambil tindakan jika terjadi fluktuasi yang signifikan

Penderita diabetes perlu memantau kadar gula darah secara teratur selama periode puasa dan segera mengambil tindakan jika terjadi fluktuasi yang signifikan karena puasa dapat memengaruhi kondisi gula darah mereka secara substansial.
Pada beberapa kasus, puasa dapat meningkatkan risiko hipoglikemia (kadar gula darah rendah), terutama jika penderita diabetes menggunakan obat-obatan tertentu atau insulin untuk mengontrol gula darah.
Pemantauan teratur membantu mendeteksi penurunan gula darah sebelum menjadi masalah serius.
Meskipun jarang, ada juga risiko hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) selama puasa, terutama jika penderita diabetes makan terlalu banyak atau tidak mengonsumsi makanan yang seimbang saat berbuka.
Memantau gula darah membantu mengidentifikasi peningkatan gula darah sehingga tindakan korektif dapat diambil.
Puasa adalah periode di mana pola makan dan kebiasaan harian berubah.
Baca juga: Diabetes Sudah Ada Sejak Zaman Dulu, Kini Lebih Terkendali dengan Peringatan Kemasan Makanan
Pemantauan gula darah selama puasa memberikan gambaran tentang seberapa efektif pengelolaan diabetes seseorang dalam menghadapi perubahan ini.
Fluktuasi ekstrem dalam kadar gula darah dapat menyebabkan komplikasi serius bagi penderita diabetes, seperti ketoasidosis diabetik (kelebihan asam keton dalam darah) atau koma hiperglikemik.
Pemantauan gula darah yang teratur memungkinkan penderita diabetes untuk mengambil tindakan pencegahan atau intervensi jika terjadi fluktuasi yang berbahaya.
4. Meminimalkan aktivitas fisik yang berat selama periode puasa untuk mengurangi risiko komplikasi
Aktivitas fisik yang berat selama puasa dapat meningkatkan risiko hipoglikemia (penurunan kadar gula darah yang signifikan).
Terutama jika tidak ada asupan makanan atau minuman yang bisa mengatur kadar gula darah seperti biasanya.
Saat berolahraga atau melakukan aktivitas fisik yang berat, tubuh biasanya membutuhkan asupan energi yang lebih besar.
Pada saat puasa, terutama jika tidak ada asupan makanan atau minuman selama periode tertentu, kontrol gula darah menjadi sulit karena tidak adanya asupan glukosa yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.
Aktivitas fisik yang berat dapat menyebabkan dehidrasi, terutama saat puasa di mana tidak ada asupan cairan yang memadai selama berjam-jam.
Dehidrasi dapat mempengaruhi kontrol gula darah dan menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit.
Pada beberapa individu dengan diabetes, aktivitas fisik yang berat selama puasa dapat menyebabkan penurunan kinerja fisik secara umum, yang dapat memperburuk kondisi kesehatan mereka.
5. Mengonsumsi cairan yang cukup saat berbuka dan sahur untuk mencegah dehidrasi

Saat berpuasa, terutama di daerah yang memiliki cuaca panas atau saat musim panas, risiko dehidrasi meningkat karena tidak adanya asupan cairan selama berjam-jam.
Dehidrasi dapat menyebabkan penurunan kadar gula darah, ketidakseimbangan elektrolit, dan masalah kesehatan lainnya.
Dalam kasus pasien diabetes, dehidrasi dapat memperburuk kontrol gula darah dan menyebabkan komplikasi.
Konsumsi cairan yang cukup juga membantu menjaga kadar gula darah tetap stabil.
Beberapa minuman seperti air putih, jus tanpa gula tambahan, dan kaldu sayuran dapat membantu menghindari peningkatan kadar gula darah yang signifikan setelah berbuka atau sahur.
Ini penting karena lonjakan gula darah yang besar setelah makan berpotensi menyebabkan masalah kesehatan pada pasien diabetes.
Dehidrasi dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi, termasuk masalah ginjal, masalah kardiovaskular, dan gangguan elektrolit.
Pasien diabetes sering kali memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami komplikasi ini, sehingga penting untuk menjaga agar tubuh tetap terhidrasi dengan baik.
Mengonsumsi cairan yang cukup juga penting untuk kesejahteraan umum dan menjaga tubuh tetap sehat selama bulan puasa.
Baca juga: 6 Tips Mengontrol Kadar Gula Darah saat Berpuasa bagi Pasien Diabetes
Dehidrasi dapat menyebabkan kelelahan, sakit kepala, dan penurunan konsentrasi, yang semuanya dapat mempengaruhi kualitas hidup sehari-hari.
Dengan memperhatikan langkah-langkah ini, para penderita diabetes dapat tetap menjalankan ibadah puasa dengan aman dan meminimalkan risiko terjadinya komplikasi kesehatan selama bulan Ramadhan.
Klik di sini untuk mendapatkan referensi vitamin guna meningkatkan daya tahan tubuh.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lainnya di sini.