TRIBUNHEALTH.COM - Obesitas sering disebut sebagai gizi lebih.
Obesitas bisa terjadi pada berbagai lini usia.
Baik mulai dari anak-anak, remaja, hingga usia dewasa.
Baca juga: Obesitas Menjadi Faktor Utama Tingginya Angka Diabetes pada Anak, Berikut Ulasan dr. Andi Nanis
Bila obesitas terus dibiarkan hingga dewasa maka bisa berisiko mengalami penyakit tidak menular.
Seperti penyakit Diabetes Melitus (DM) dan penyakit jantung koroner.

Oleh sebab itu, penting untuk segera mengatasi dan mengantisipasi terjadinya obesitas.
Umumnya untuk mencegah obesitas, seseorang akan melakukan diet.
Baca juga: Tak Hanya Kesehatan Fisik, Diet dan Pola Makan juga Pengaruhi Kesehatan Mental
Namun sejak kapan anak bisa mulai melakukan program diet?
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth, Ahli Gizi, R. Radyan Yaminar, S.Gz memberikan penjelasannya.

Berdasarkan keterangannya, diet tidak dianjurkan pada anak yang masih berusia 0 hingga 6 bulan.
Mengingat pada usia 0 sampai 6 bulan, anak hanya mendapatkan asupan makanan dari ASI (Air Susu Ibu) saja.
Baca juga: Ketahui Dampak yang Terjadi Apabila Menghilangkan Asupan Karbohidrat Saat Melakukan Diet
Hingga kemudian anak mulai mendapatkan MPASI (Makanan Pendamping ASI) sampai usia 2 tahun.
Pada tahap inilah, orangtua bisa memperbaiki dan mengotimalkan status gizi anak.

Baca juga: Berikut Ini Makanan yang Bagus untuk Kesehatan Mental dan Kinerja Otak, Termasuk Sayuran
Dengan cara membenahi porsi makanan sang anak.
"Kita pilihkan jenis lemak yang baik, artinya bukan lemak jenuh."
"Karbohidratnya juga dipilih, karbohidrat yang kompleks, dan sayurnya harus ada," jelas Radyan.

Kemudian bila anak sudah menuju usia 1 tahun, anak sudah bisa makan-makanan keluarga.
Tentunya pada setiap makan, orangtua harus mengenalkan sayur dan buah.
Mengingat sayur dan buah tinggi akan serat yang dapat menurunkan lemak secara tidak langsung dan membuat mudah kenyang.
Baca juga: Adakah Tanda-tanda Bahwa Pola Makan yang Dilakukan Sudah Benar? Begini Jawaban Ahli Gizi
Dengan begitu dapat membuat lemak menurun secara perlahan.
Anak Gemuk Belum Tentu Sehat
Barat badan yang berlebih atau gemuk pada anak sering dianggap sebagai hal yang wajar.
Banyak masyarakat menganggap bahwa anak yang gemuk adalah anak yang menggemaskan.

Bahkan tak sedikit masyarakat yang memiliki anggapan bahwa gemuk merupakan patokan dalam mengukur tingkat kesehatan seorang anak.
Padahal gemuk adalah indikasi bahwa anak mengalami obesitas.
Baca juga: Obesitas Jadi Gerbang Beberapa Penyakit Kronis, Simak Penjelasan Dokter Berikut
Hal ini bisa berbahaya bila anak mengalami obesitas hingga dewasa.
Pasalnya, obesitas bisa memicu seseorang rentan mengalami penyakit tidak menular.

"Jadi kalau penumpukan lemak itu terlalu banyak, dari kecil sudah terbiasa gendut atau gemuk, maka organ-organ fungsinya akan lebih berat," ucap Radyan.
Baca juga: Dokter Ajarkan Mengatur Pola Makan Anak untuk Menghindarkan Anak Konsumsi Jajanan Tidak Sehat
Penyebab Obesitas pada Remaja
Pada usia remaja, obesitas banyak terjadi karena berbagai macam faktor penyebab.
Antara lain yakni:
- Gaya hidup

- Malas bergerak
- Minum yang terlalu banyak mengandung gula
- Sering mengonsumsi cemilan manis.
Baca juga: dr. Diana Suganda Sarankan Orangtua untuk Mengontrol Jajanan pada Anak Agar Terhindar dari Diabetes
Untuk itu, jika ingin menghindari obesitas perlu memperhatikan asupan makanan dan minuman yang akan dikonsumsi.
Penting untuk menghindari jajanan yang mengandung tepung dan karbohidrat.
Misalnya:
- Keripik kentang

- Biskuit
- kacang
- dan coklat.
Baca juga: Remaja Tak Luput dari Selera Makan dan Jajanan, Simak Ulasan dr. Tan Shot Yen & dr. Fransisca Handy
Penjelasan R. Radyan Yaminar, S.Gz ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth, Kamis (3/2/2022)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)