TRIBUNHEALTH.COM - Minuman berenergi sangat mudah dijumpai di era sekarang.
Minuman energi bisa meningkatkan energi dan kewaspadaan secara instan, berkat kandungan kafeinnya.
Meski bisa membantu dalam saat-saat tertentu, konsumsi minuman berenergi dalam jangka panjang dapat berdampak buruk untuk kesehatan.
Meskipun dapat memberikan lonjakan energi sementara, banyak orang merasakan penurunan kewaspadaan atau rasa kantuk yang tiba-tiba tak lama setelah mengonsumsinya.
Kelelahan yang tak terduga ini disebabkan oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk kandungan kafein dan gula yang tinggi, dehidrasi, dan gangguan pada siklus tidur alami.
Melansir kanal kesehatan NDTV, inilah alasan mengapa muncul rasa lelah setelah minum minuman berenergi.
1. Dehidrasi
Salah satu alasan utama minuman berenergi dapat membuat lelah adalah dehidrasi.
Minuman ini biasanya mengandung kafein dalam jumlah tinggi, yang merupakan diuretik alami.
Diuretik meningkatkan produksi urine, menyebabkan tubuh kehilangan lebih banyak cairan daripada yang dikonsumsi.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah, minum kafein, seperti dalam minuman berenergi, dapat membuat lebih sering buang air kecil, yang dapat menyebabkan kehilangan cairan ringan dan membuat merasa lelah.
Bahkan dehidrasi ringan dapat memengaruhi konsentrasi, fokus, dan tingkat energi secara keseluruhan.
Tanda-tanda dehidrasi ringan meliputi urine berwarna gelap, mulut kering, kelelahan, sakit kepala, kram otot, dan rasa haus yang terus-menerus.
Dehidrasi berat dapat menyebabkan pusing, pingsan, kulit sangat kering, detak jantung cepat, kebingungan, hiperventilasi, dan berkurangnya aliran darah.
Untuk mengatasi efek ini, penting untuk minum air bersamaan atau setelah mengonsumsi minuman berenergi.
Baca juga: 6 Makanan Alami yang Bantu Hilangkan Lemak Visceral yang Bikin Perut Buncit
2. Gula darah sedang anjlok
Faktor lain yang menyebabkan kelelahan setelah mengonsumsi minuman berenergi adalah tingginya kandungan gula yang terdapat pada sebagian besar merek.
Minuman ini seringkali mengandung glukosa, fruktosa, atau sirup jagung fruktosa tinggi.
Setelah minum minuman berenergi manis, kadar gula darah melonjak cepat, menciptakan rasa waspada dan berenergi sementara.
Namun, lonjakan ini seringkali diikuti oleh penurunan gula darah secara tiba-tiba, yang dikenal sebagai "sugar crash" atau hipoglikemia reaktif.
Gejalanya meliputi rasa kantuk, kelelahan, dan penurunan kewaspadaan, biasanya dalam satu atau dua jam.
Siklus lonjakan energi yang cepat diikuti oleh penurunan tajam ini secara signifikan berkontribusi pada rasa lelah secara keseluruhan setelah mengonsumsi minuman berenergi.
3. Toleransi kafein
Kafein bersifat adiktif, dan penggunaan berulang dapat menyebabkan toleransi.
Seiring waktu, orang yang rutin mengonsumsi minuman berenergi mungkin memerlukan dosis kafein yang lebih tinggi untuk mencapai efek stimulasi yang sama.
Toleransi ini mengurangi efektivitas minuman berenergi, membuat penggunanya merasa lelah meskipun telah mengonsumsinya.
Baca juga: 5 Dampak Negatif Konsumsi Junk Food Selama Kehamilan
4. Gejala putus kafein
Konsumsi minuman berenergi secara teratur juga dapat menyebabkan ketergantungan kafein.
Jika asupan kafein tiba-tiba dikurangi atau dihentikan, tubuh dapat mengalami gejala putus kafein.
Efek putus kafein yang umum meliputi iritabilitas, kesulitan berkonsentrasi, kelelahan, sakit kepala, dan masalah pencernaan seperti mual.
Gejala putus kafein ini dapat menyulitkan untuk mengurangi konsumsi minuman berenergi dan dapat memperburuk rasa lelah di siang hari.
5. Gangguan tidur
Meskipun minuman berenergi dapat membantu tetap terjaga untuk sementara, minuman tersebut dapat mengganggu pola tidur alami, terutama jika dikonsumsi di sore hari.
Asupan kafein yang tinggi dikaitkan dengan kesulitan tidur, sering terbangun di malam hari, insomnia, dan kualitas tidur yang buruk.
Gangguan ini terakumulasi seiring waktu dan mengakibatkan kelelahan yang lebih parah di siang hari, sehingga mengurangi energi secara keseluruhan meskipun ada stimulasi awal dari minuman tersebut.
(TribunHealth.com)