TRIBUNHEALTH.COM - Produksi ASI yang lancar akan sangat membantu ibu di masa menyusuinya.
Sayangnya, tak jarang seorang ibu mengalami ASI seret atau hanya keluar sedikit.
ASI adalah asupan yang sangat penting bagi bayi, karena 6 bulan pertama kehidupan bayi dianjurkan hanya mengonsumsi ASI sebagai sumber nutrisinya.
Pada masa ini, ASI adalah makanan terbaik untuk mendukung tumbuh kembang bayi dan melindunginya dari penyakit.
Baca juga: 4 Cara Menjaga Kesehatan Mental Selama Menyusui, Konselor Laktasi Imbau Lakukan Ini

Meski begitu, volume ASI yang keluar terkadang tidak stabil, serat, atau justru tidak keluar sama sekali, yang akhirnya membuat pada ibu khawatir.
Apakah ASI yang tidak keluar ini bisa memengaruhi kesehatan mental seorang ibu menyusui?
Dilansir dari YouTube Tribun Health, Konselor Laktasi, dr. Pritta Diyanti, CIMI, CBD memberikan penjelasan tentang pengaruh ASI terhadap kesehatan mental ibu menyusui.
Beberapa ibu sudah paham jika awal melahirkan ASI memang belum banyak keluar dan ini adalah hal yang normal terjadi.
Baca juga: Mengenal Hormon Menyusui yang Berpengaruh pada Produksi ASI, Yuk Moms Kenali Hal Ini
Jika memang awal melahirkan ASI masih tidak lancar, ibu menyusui bisa melakukan stimulasi payudara dan menstimulasi bayi untuk menyusu, sehingga kolostrum atau ASI akan mulai terangsang dan keluar.
Kendati demikian, tidak semua ibu memahami hal-hal ini, dan sering panik saat ASI tidak keluar atau seret.
Menurut dr. Pritta, ibu-ibu yang belum tahu, belum belajar, atau belum berkonsultasi dengan konselor laktasi semasa kehamilan, ketika menghadapi ASI tidak lancar, ini akan menjadi suatu masalah di luar dugaan.

"Ekspektasinya ASI langsung keluar setelah melahirkan, tapi realitanya ASI justru tidak keluar," ungkap dr. Pritta.
"Ini akan membuat ibu menjadi lebih cemas, merasa bersalah tidak bisa menyusui bayinya, merasa dirinya kurang karena melihat orang lain ASI-nya keluar dan dirinya tidak keluar."
"Hal-hal ini jika terus masuk ke dalam diri ibu, bisa menimbulkan emosi negatif," lanjutnya.
Emosi negatifnya terus menumpuk, banyak komen negatif berdatangan, yang akhirnya membuat ibu lebih terintimidasi dan merasa gagal menyusui.
Baca juga: 5 Cara Atasi Stres pada Orang Tua yang Memiliki Toddler, Quality Time Bisa jadi Pilihan
dr. Pritta menuturkan, jika hal ini terjadi, bisa menyebabkan beberapa dampak buruk pada ibu menyusui, seperti menyusui bisa gagal dan emosi terganggu.
"Merasa jadi ibu yang gagal itu adalah suatu masalah yang lumayan besar untuk sang ibu."
"Ini juga bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental pada ibu menyusui," jelas dr. Pritta.

dr. Pritta imbau kepada ibu menyusui untuk tidak panik saat ASI belum keluar.
Sesuai dengan teorinya, waktu awal melahirkan plasenta akan keluar, dan biasanya kolostrum akan keluar dalam waktu 30-40 jam.
Jika ASI belum juga keluar, ibu-ibu bisa melakukan stimulasi pada payudara.
Misalnya menyusui sesering mungkin 2-3 jam sekali atau menyusui sesuai dengan sinyal bayi lapar agar bisa memicu kolostrum dan ASI cepat keluar.
Baca juga: 4 Dampak Pola Makan Tidak Teratur pada Anak, Bisa Ganggu Proses Tumbuh Kembangnya
"Jadi sebetulnya di awal kelahiran ASI belum keluar itu adalah hal yang normal."
"Setidaknya ibu harus tahu kapan ASI ini terlambat keluar dan kapan ibu butuh bantuan konselor laktasi supaya kolostrumnya lebih cepat keluar," terang dr. Pritta.
Jika ibu menyusui menemui kendala ASI tak kunjung keluar, bisa konsultasikan dengan konselor laktasi, untuk menghindari rasa cemas yang bisa mengganggu kesehatan mental.
Penjelasan ini disampaikan oleh Konselor Laktasi, dr. Pritta Diyanti, CIMI, CBD dalam tayangan YouTube Tribun Health.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
(Tribunhealth.com)
Baca juga: 6 Cara Agar Anak Cepat Bisa Bicara, Penting untuk Tumbuh Kembang Anak