TRIBUNHEALTH.COM - Masa perkembangan manusia yang paling menonjol dan cukup krusial adalah pada masa remaja.
Pasalnya, di masa remaja seseorang beralih dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
Pada masa ini seseorang akan mengalami beragam perubahan.
Contohnya saja pada perempuan mulai tumbuh payudara, menstruasi, bulu di ketiak dan vagina, pinggul melebar, dan perubahan tubuh lainnya.
Sementara pada laki-laki mulai tumbuh jakun, bulu di ketiak dan penis, suara memberat, dan perubahan fisik lainnya.
Bahkan tak hanya mengalami perubahan fisik saja, cara berpikir pun juga ikut berubah.
Baca juga: Selebgarm APS Kerap Tampil Hedon Ternyata Punya Gelar S2, Kini Ditangkap Kasus Peredaran Narkoba
Para remaja akan mulai mencoba-coba sesuatu yang terlihat menarik.
Terkadang kerap kali tidak memikirkan konsekuensi yang akan diterima dari perbuatan yang dilakukan.
Misalnya mencoba rokok, obat-obatan terlarang, seks yang tidak aman, dan lain sebagainya.
Para orang tua sangat penting untuk memberikan pendampingan dalam masa pertumbuhan buah hatinya.
Para remaja harus memahami pergaulan sehat, edukasi soal seksualitas, dan lain sebagainya.
Usia remaja biasanya dimulai pada usia 10 -13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
Sedangkan menurut WHO remaja merupakan individu yang sedang mengalami masa peralihan yang secara berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami perubahan jiwa dari jiwa anak-anak menjadi dewasa, dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari ketergantungan menjadi relative mandiri.
Ada dua aspek pokok dalam perubahan pada remaja, yakni perubahan fisik atau biologis dan perubahan psikologis.
Masa transisi yang dialami oleh para remaja sering memposisikan remaja yang bersangkutan pada situasi yang membingungkan, disatu pihak masih kanak-kanak dan dilain pihak ia harus bertingkah laku seperti orang dewasa.
Baca juga: Imam Masykur jadi Mesin ATM Oknum Paspampres Praka Riswandi Manik, Terungkap Sudah 2 Kali Diculik
Hal ini dapat menimbulkan konflik dalam diri remaja yang sering menimbulkan banyak tingkah laku yang aneh, canggung, dan kalau tidak dikontrol akan menimbulkan kenakalan pada remaja salah satunya berupa risiko perilaku seksual berisiko.
Perilaku seksual merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi seseorang.
Dilansir dari laman yankes.kemkes.go.id, terdapat 4 (empat) faktor yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi, yaitu :
1. Faktor Sosial ekonomi, dan demografi
Faktor ini berhubungan dengan kemiskinan, tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan mengenai perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang terpencil.
Baca juga: DOS and DONTS Seputar Kehamilan, Ibu Hamil Penting Tahu!
2. Faktor budaya dan lingkungan
Dimana praktik tradisional yang berdampak buruk terhadap kesehatan reproduksi, keyakinan banyak anak banyak rejeki, dan informasi yang membingungkan anak dan remaja mengenai fungsi dan proses reproduksi.
3. Faktor psikologis
Pasalnya keretakan orang tua akan memberikan dampak pada kehidupan remaja, depresi yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormonal.
4. Faktor biologis
Diantaranya seperti cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi, dan sebagainya.
Pengaruh informasi global (paparan media audio-visual) yang semakin mudah diakses justru memancing anak dan remaja untuk mengadaptasi kebiasaan-kebiaasaan tidak sehat seperti merokok, minum minuman berakohol, penyalahgunaan obat dan suntikan terlarang, perkelahian antar-remaja atau tawuran.
Baca juga: Tiga Pelaku Penganiayaan Imam Masykur Pakai Baju Tahanan, Panglima TNI Minta Pelaku Dihukum Mati
Pada akhirnya, secara kumulatif kebiasaan-kebiasaan tersebut akan mempercepat usia awal seksual aktif serta mengantarkan mereka pada kebiasaan berperilaku seksual yang berisiko tinggi, karena kebanyakan remaja tidak memiliki pengetahuan yang akurat mengenai kesehatan reproduksi dan seksualitas serta tidak memiliki akses terhadap informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk kontrasepsi.
Banyak masalah yang akan timbul akibat mengabaikan kesehatan reproduksi.
Masalah yang mungkin timbul akibat kurangnya pengetahuan terhadap kesehatan reproduksi, yaitu:
- Kehamilan yang tidak diinginkan
- Aborsi
- Perkawinan dan pernikahan dini
- IMS atau PMS
- HIV AIDS
Baca juga: Mahasiswa UI Tagih Janji Anies Bawesdan Soal Pemangkasan 25 Persen TKD PNS DKI Jakarta saat Pandemi
Adapun upaya yang dapat dilakukan agar para remaja terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan antara lain:
- Memberikan edukasi kesehatan mengenai cara perawatan organ reproduksi
- Memberikan edukasi mengenai perkembangan remaja saat pubertas
- Memberikan edukasi kesehatan mengenai dampak pornografi
- Memberikan edukasi kesehatan mengenai kehamilan tidak diinginkan (KTD) dan aborsi
- Memberikan edukasi kesehatan mengenai HIV/AIDS dan infeksi menular seksual
- Memberikan edukasi kesehatan mengenai pendewasaan usia pernikahan dengan melibatkan peran Pemerintah, orang tua, dan juga peer group
Dengan melakukan kegiatan tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan pengetahuan remaja, sehingga dapat meningkatkan kesadaran remaja akan pentingnya masalah kesehatan reproduksi.
Baca juga: Menantu Presiden, Bobby Nasution Beri Tanggapan soal Roida yang Melempar Sandal dan ke Jokowi
Dari upaya ini diharapkan dapat menekan angka kejadian kasus-kasus kesehatan reproduksi remaja.
Semoga bermanfaat ya, sobat sehat!
Klik di sini untuk mendapatkan referensi vitamin daya tahan tubuh.
(Tribunhealth.com)
Baca berita lainnya di sini.