TRIBUNHEALTH.COM - Apakah sobat sehat sering menduga jika kejang demam dan epilepsi adalah dua kondisi yang sama?
Meskipun hampir sama, kedua kondisi ini rupanya memiliki perbedaan loh, sobat sehat.
Pada saat seorang anak mengalami kejang, anggota tubuhnya akan berguncang hebat.
Tidak hanya itu, tingkat kesadaran anak pun akan menurun dan bola matanya tampak mengarah ke atas.
Bahkan beberapa anak juga secara tidak sadar buang air kecil atau buang air besar ketika kejang.
Beberapa sumber menyebutkan jika perbedaan kejang demam dan epilepsi dapat terlihat dari beberapa sisi, mulai dari penyebab hingga gejalanya.
Baca juga: Etika Batuk yang Baik dan Benar untuk Cegah Penularan Kuman, Sobat Sehat Wajib Tahu!
Walaupun berbeda, kedua kondisi tersebut paling sering terjadi pada anak-anak.
Oleh karena itu, penting bagi setiap orang tua untuk memahami perbedaan antara keduanya.
Kondisi kejang pada bayi sering disangka sebagai epilepsi.
Padahal, jika terjadi peningkatan suhu tubuh, anak bisa saja mengalami kejang demam atau disebut juga dengan febrile seizure.
Kejang demam atau febrile seizure adalah kejang yang terjadi akibat peningkatan suhu tubuh (lebih dari 38 derajat Celsius).
Kejang demam pada bayi juga terjadi akibat suatu proses ekstranium (di luar kelainan otak).
Baca juga: Hobi Pakai Rokok Elektrik, Tergolong Gaya atau Bahaya?
Perbedaan kejang demam dan epilepsi

Dilansir dari laman yankes.kemkes.go.id, kejang demam dan epilepsi adalah kondisi yang berbeda.
Hal ini bisa terlihat dari penyebab dan pengobatannya.
Kejang demam pada bayi biasanya akan hilang dengan sendirinya, tanpa harus minum obat rutin.
Hanya saja, jika sudah ada tanda demam pada anak, suhu tubuhnya harus segera diturunkan agar tidak terjadi kejang.
Sementara itu, epilepsi atau ayan merupakan suatu kondisi yang terjadi akibat gangguan arus listrik di otak.
Epilepsi pada bayi juga punya gejala kejang dan bisa terjadi berulang meski sedang tidak demam.
Baca juga: Datang 14 Orang, Pulang Cuma 13, Kisah Pilu KKN di Lubuk Tigo, Salah Satu Teman Meninggal Sakit
Selain itu, kondisi ini dialami oleh siapa saja tanpa memandang usia.
Bahkan, anak yang menderita epilepsi mungkin akan terus mengalaminya hingga mereka beranjak dewasa.
Penderita epilepsi pada bayi atau anak, biasanya akan terus minum obat jika kejang sering terjadi.
Namun, apabila sudah jarang kambuh, dokter bisa saja menghentikan pemberian obat.
Selain minum obat akan ada prosedur operasi untuk mengganti bagian otak (yang terdapat kerusakan atau gangguan) bila diperlukan.
Lantas apakah ada komplikasi kesehatan jika bayi sering mengalami kejang demam?
Sebenarnya kejang demam tidak menyebabkan komplikasi serius, tapi kalau kejangnya berlangsung lama dan tidak kunjung berhenti, ini harus segera dihentikan agar tidak merusak sel-sel otak.
Pada saat anak yang berusia di bawah 12 bulan mengalami kejang, harus dilakukan pemeriksaan cairan lumbal untuk mencegah kemungkinan meningitis.
Baca juga: Praka Raswandi Manik, Oknum Paspampres Diduga Aniaya Pemuda Aceh hingga Tewas, Begini Nasibnya
Hingga saat ini, belum ada bukti kejang demam bisa menyebabkan kematian ada komplikasi penyakit berbahaya pada bayi. T
idak terbukti pula bisa menyebabkan kecacatan otak atau gangguan intelektual.
Akan tetapi, orang tua juga tidak boleh anggap remeh karena ini bisa mengganggu kualitas hidup bayi.