TRIBUNHEALTH.COM - Meskipun tidak semua, beberapa orang mengeluhkan mengalami masalah pada gigi bungsunya.
Gigi bungsu ialah gigi geraham ketiga atau terakhir yang berada diujung distal korpus mandibula yang terhubung dengan ramus mandibula yang relatif tipis.
drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati mengatakan apabila gigi bungsu biasanya erupsi paling terakhir kali.
drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati menjelaskan biasanya gigi bungsu tumbuh di fase ketika seseorang sedang tumbuh menuju fase usia dewasanya.
"Itu biasanya tumbuh pada kisaran usia 17 hingga 21 tahun bahkan ada beberapa peneliti juga yang membuat kisarannya lebih lebar antara 16 hingga 26 tahun," kata drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati
"Gigi ini uniknya acap kali ada sedikit anomali dan itu persentasenya lumayan besar untuk generasi manusia era sekarang dimana persentase kejadiannya memang tinggi sekali," jelas drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati.
Baca juga: Kemudahan Akses adalah Salah Satu Pelayanan yang Dibutuhkan oleh Difabel, Begini Kata dr. Tika

Baca juga: Apakah Lensa Kontak yang Bertujuan untuk Fashion Aman bagi Kesehatan Mata? Ini Kata Dokter
"Artinya pada sebagian besar orang mengalami anomali. Nah, anomali ini diantaranya adalah berupa impaksi yang terutama dipicu oleh pertumbuhan dan bentuk dari tulang rahang kemudian oleh proses erupsi atau tumbuhnya gigi geligi dari sang pemilik raga," imbuh drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati.
Impaksi yang terjadi merupakan sesuatu yang oleh karena ketidaksesuaian antara ukuran dan bentuk dari gigi terhadap rahangnya, akibatnya terjadilah anomali.
Anomali gigi bungsu tidak hanya terkait impaksi tetapi semisal kejadian-kejadian infeksi pada jaringan diatas gigi geraham bungsu yang terjadi akibat gigi bungsu belum mengalami erupsi atau belum tumbuh sempurna kemudian diatasnya masih terdapat selaput mukosa yang mana dalam kesehariannya sering mengalami trauma berupa kejadian tergigit-gigit oleh gigi antagonis atau gigi lawannya.
Akibatnya, kondisi ini memicu kejadian operkulitis.
Anomali lain yang biasa terjadi menurut drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati adalah perikoronitis.
Perikoronitis merupakan infeksi jaringan lunak sekitar mahkota gigi sebagian terimpaksi.
Pada umumnya perikoronitis disebabkan oleh flora normal dalam rongga mulut.
Baca juga: Benarkah Gangguan Jiwa atau Gangguan Mental Menurun Secara Genetik? dr. Tika Prasetiawati Menanggapi

Baca juga: Sebaiknya Pahami Risiko Terburuk Apabila Seseorang Mengalami Gangguan Makan atau Eating Disorder
Gejala perikoronitis bisa berupa rasa sakit di regio, pembengkakan, bau mulut, dan pembengkakan limfonodi submandibular.
drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati menuturkan jika perikoronitis adalah kejadian peradangan pada gusi sekitar gigi yang belum tumbuh sempurna terkait gigi bungsu.
"Bisa dipicu oleh semisal karena gusinya membuka sedikit maka kantong tersebut bisa memicu kejadian terfiksasinya food debris atau sisa makanan ke area tersebut. Sulit dibersihkan atau terlambat dibersihkan yang nantinya bisa memicu kejadian peradangan," imbuh drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati.
Berdasarkan penuturan drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati kondisi ini yang paling sering dialami pasien yang mana menyebabkan rasa nyeri atau rasa sakit.
Rupanya tidak hanya itu saja, anomali lain yang bisa terjadi adalah kejadian karies.
"Jadi anomali-anomali, gangguan, kerusakan pada gigi bungsu yang sedang proses tumbuh atau sudah tumbuh tetapi kondisinya tidak ideal, posisinya tidak ideal," tutur drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati.
"Artinya gangguan itu bisa melibatkan dari lapisan pertama gigi yang bagian terluar atau enamel, dentin, bahkan hingga pada lapisan terdalam yaitu area pulpa," tambah drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati.
Baca juga: Tanda Gusi Bermasalah Akibat Timbul Karang Gigi yang Tak Kunjung Dibersihkan, Ini Pesan Dokter Gigi

Baca juga: Sudah Melakukan Pemeriksaan Gigi di Salah Satu RS, Tapi Ingin Pindah ke RS Lain Apakah Boleh?
Dimana kondisi ini bisa memicu kejadian-kejadian peradangan dan gangguan-gangguan pada gigi yang juga bisa menyebabkan infeksi pada area gigi sendiri hingga melintasi ke area jaringan pendukung gigi.
Baca juga: Alasan Pentingnya Pemeriksaan Gigi Wajib Minimal 6 Bulan Sekali menurut drg R. Ngt. Anastasia Ririen
Penjelasan Dokter Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor program Sapa Dokter edisi 11 Maret 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.