TRIBUNHEALTH.COM - Alat cuci hidung mulai banyak diminati masyarakat untuk membersihkan hidung dari berbagai kotoran.
Karena manfaatnya tersebut, banyak orangtua yang berinisiatif memakaikan alat cuci hidung pada anak.
Namun sebenarnya, apakah alat cuci hidung ini efektif digunakan?
Baca juga: Pekerja Malam Sering Keluhkan Batuk sampai Sesak Napas, Dokter Spesialis Paru Ungkap Penyebabnya
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, dr. S.T Andreas, M. Ked (Ped), Sp.A memberikan tanggapannya.
Mengawali jawabannya, ia menyebutkan bahwa kini beredar berbagai jenis alat pencuci hidung.
Seringkali alat cuci hidung yang mudah dikenali adalah yang disemprot pada sisi hidung samping lalu kotoran atau lendir akan keluar disamping sisi hidung lainnya.

Namun dalam segi medis, alat cuci hidung yang digunakan sebenarnya tidak seperti itu.
Melainkan cukup memanfaatkan larutan garam lalu disemprot pada hidung dan tak perlu ada kotoran atau lendir yang keluar dari sisi hidung lainnya.
Mengingat tujuan alat tersebut adalah untuk membuka saluran pernapasan.
Baca juga: Hanya Tutupi Hidung, Apakah Masker Kosk Bisa Tangkal Virus Corona? Simak Penjelasan Ahli Berikut
"Jadi itu disemprot kurang lebih 1 semprotan dan airnya gaperlu ada yang keluar."
"Karena tujuannya adalah membuka saluran pernapasan, bukan dicuci sampai keluar," ungkap Andreas menjelaskan.
Tak perlu ragu dengan keefektifannya, lantaran larutan garam yang sudah terperangkap di dalam hidung akan mudah menguap.

Hal ini menandakan bahwa larutan garam telah berfungsi untuk menyaring kotoran di hidung.
Larangan Menghisap Ingus pada Bayi
Ketika pilek, tidak semua ingus bayi keluar dengan lancar.
Berbeda dengan orang dewasa, bayi akan mengalami kesulitan ketika mengeluarkan ingus yang terperangkap di dalam hidung.
Baca juga: 5 Manfaat Penting ASI untuk Bayi: Bentuk Antibodi, Cegah Obesitas, hingga Bantu Perkembangan Otak
Karena hal tersebut, para orangtua seringkali berinisiatif untuk menghisap ingus bayi.
Padahal cara orangtua menghisap hidung bayi saat pilek tidak dianjurkan.
Karena mulut yang digunakan sudah memiliki banyak kuman.

"Ini sejuta kuman disini (menunjuk mulut), bayangin jika anak ISPA lalu mulut kita menyedot. Maka kuman akan masuk pada bayi."
"Jadi tidak diperbolehkan kalau disedot sama orangtuanya langsung," kata Andreas.
Daripada dihisap, sebaiknya ketika mengetahui bayi pilek, lakukan sejumlah cara aman dan nyaman bagi bayi.
Baca juga: Dokter Sebut ISPA Bisa Berujung pada Kematian, Waspadai Sejumlah Tanda Berikut Ini
Di antaranya:
- Memberikan ASI
- Menggendong bayi

- Mengajak anak berjemur
- Menyemprotkan larutan garam pada anak untuk membuka saluran napas atas.
Penanganan ISPA
Kasus ISPA bisa terjadi bukan hanya pada orang dewasa, melainkan juga pada anak-anak.
Bahkan, seringkali kasus ISPA lebih mudah ditemui pada usia anak-anak.
Baca juga: Prof. Dr. dr. Harsono Sebut Sesak Napas pada Anak Banyak Disebabkan oleh Asma, Pneumonia, dan TBC
Meski ISPA bisa menyerang usia berapa saja, namun teknik penanganannya sama.
Berikut ini alur penanganan ISPA yang tepat:
1. Beri obat demam
Bila sejak awal di rumah mengalami demam, maka pasien perlu segera diberi obat demam.

2. Tak wajib diberi obat batuk dan pilek
Bila mengalami batuk dan pilek, pasien diperbolehkan tidak segera mengonsumsi obat.
3. Jumlah cairan cukup
Pemberian cairan yang cukup sangat penting diberikan untuk pasien.
Bila ISPA terjadi pada bayi, maka dianjurkan untuk memberikan ASI ekslusif jauh lebih banyak.
Baca juga: Ibu Menyusui Konsumsi Susu Sapi Berisiko Sebabkan Anak Alami Asma, Ini Penjelasannya
Namun bila sudah bisa minum air putih, maka sah-sah saja jika ingin memberikan minuman ini.
4. Dipeluk
Anak-anak cenderung mudah menangis dan tidak tenang saat sakit, maka keluarga perlu memberikan pelukan pada anak.
Dengan demikian dapat membuat anak lebih tenang.
5. Pemakaian air purifier
Air purifier berfungsi mengontrol polusi dari luar masuk ke ruangan yang ditempati anak.

Sisanya harus kontrol ke dokter untuk penanganan yang tepat.
Alasan ISPA Rentan pada Anak
Andreas menuturkan, anak dikatakan lebih rentan mengalami ISPA lantaran memiliki berbagai faktor risiko.
Antara lain:
1. Memiliki kekebalan tubuh tidak sebagus orang dewasa
Jadi sistem di dalam tubuh masih berbeda, karena memiliki imun lebih rendah daripada orang dewasa.
Maka sangat mudah jika terkena infeksi apapun.
Baca juga: Pengobatan Epididimitis Disesuaikan dengan Penyebab, Perlu Antibiotik jika Dipicu Infeksi Bakteri
2. Usia
Anak-anak masih sangat suka bermain dan cenderung kurang memperhatikan kebersihan.
Maka dari itu, usia anak sangat rentan terkena infeksi.
3. Kebiasaan di Rumah
Kebiasaan menjaga kebersihan belum terbentuk pada anak-anak.

"Jadi karena masih masa bereksplorasi, sehingga berisiko lebih besar terinfeksi," kata Andreas.
Jenis ISPA
Dalam jenisnya, ISPA ada yang menyangkut saluran pernapasan atas maupun bawah.
Bila mengenai area saluran pernapasan atas, maka meliputi hidung sampai tenggorokan.
Baca juga: Wajar Masih Alami Lelah meski Gejala Flu Sudah Sembuh, Perlu Beberapa Hari untuk Pulih
Sementara area saluran pernapasan bawah yakni dari brokus sampai paru-paru.
Andreas menerangkan alasan disebut sebagai saluran pernapasan akut lantaran gejala mulai muncul di bawah 14 hari sejak pertama kali terinfeksi.
Kondisi yang paling sering timbul yakni:
- Common cold (flu)

- Faringitis (radang tenggorokan)
- Bronkitis (radang di area perbatasan paru-paru)
- Pneumonia (radang paru-paru)
Baca juga: Prof. Dr. dr. Harsono Sebut Sesak Napas pada Anak Banyak Disebabkan oleh Asma, Pneumonia, dan TBC
Penjelasan Dokter spesialis anak S. T Andreas ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)