TRIBUNHEALTH.COM - ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A, menyampaikan penyakit ini bisa berisiko menyebabkan kematian.
Kasus kematian ini terjadi cukup banyak.
Baca juga: dr. Fariz Nurwidya: Penderita Asma Memiliki Saluran Pernapasan Sensitif Dibandingan Orang Tanpa Asma
"Kalau kita bicara ISPA Pneumonia, maka kasus kematian cukup banyak terjadi," terangnya dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.
Utamanya pada anak dibawah usia 3 tahun yang sudah memiliki penyakit komorbid.
Seperti penyakit jantung bawaan dan gizi buruk.

Kasus kematian banyak terjadi, akibat bakteri yang menyebabkan Pneumonia bukan hanya bersarang di paru saja.
Melainkan juga menyebar pada area otak dan darah.
Baca juga: dr. Pratidona Anasika Sebut Jika Pasien Memiliki Darah Rendah Tetap Boleh Melakukan Vampire Facial
Bila sudah menuju area darah, maka bisa menyebabkan infeksi menyeluruh. Misalnya Sepsis.
"Akhirnya bisa berujung pada kematian," imbuh Roro.

Sedangkan bila sudah menyebar di area otak, maka berujung menyebabkan infeksi pada susunan saraf pusat.
Gejala ISPA Bakteri
Beberapa gejala ISPA yang disebabkan oleh bakteri, antara lain:
- Demam tinggi (bisa lebih dari 38 derjaat celcius)
- Tidak ada batuk

- Sering terjadi di bawah usia 3 tahun
- Terdapat putih-putih pada area tenggorokan atau amandel.
Baca juga: drg. Eddy Heriyanto Sarankan Melakukan Operasi Amandel Terlebih Dahulu sebelum Pemasangan Kawat Gigi
Bila sudah menemukan sejumlah tanda di atas, perlu segera ke dokter.
Cara Mengatasi ISPA Bakteri
ISPA bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri.
Sehingga untuk penanganannya disesuaikan dengan penyebabnya.
Bila ISPA disebabkan oleh bakteri, maka perlu mendapatkan pengobatan antibiotik selama minimal 3 hari.

ISPA yang disebabkan oleh bakteri, terutama Streptococcus, maka bisa berisiko menyebabkan penyakit jantung rematik.
Bakteri Streptococcus ini harus diberantas dengan antibiotik.
Baca juga: Daftar Gejala Penyakit TBC, Sebabkan Nyeri Punggung jika Bakteri Mulai Menyebar ke Tulang Belakang
Lantaran bila dibiarkan akan menghasilkan suatu racun.
Racun yang dihasilkan oleh kuman, disebut Toksin.
Toksin ini akan menyerang jantung dan berdampak pada penyakit jantung rematik.

Bila demikian akan muncul gejala seumur hidup.
Layaknya seperti luka pada kulit, bila paru terkena bakteri, bila sudah sembuh akan ada gejala sisa.
Untuk mengatasi gejala sisa akibat terkena bakteri yang terjadi hanya pada jaringan, maka tidak ada penanganan khusus.
Baca juga: Nyeri Dada di Sebelah Kanan disertai Sesak Nafas, Tanda Terkena Asma atau Serangan Jantung?
Namun jika gejala sisa berupa penyakit jantung rematik, pasien harus melakukan terapi seumur hidup.
Pasien harus diberikan terapi antibiotik yang disebut dengan Benzathine penicilling tiap bulan sekali.
Disamping rutin melakukan kontrol jantung, untuk mengetahui ada tidaknya kerusakan progresif.
Saluran Napas Adalah Satu-Kesatuan

Seringkali orang menyebut ISPA adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas.
Hal ini dilaterbelakangi karena mulanya ISPA terbagi menjadi dua bagian. Yaitu atas dan bawah.
Mulai dari hidung masuk ke dalam laring, turun lagi ke trakea.
Baca juga: Hentikan Kebiasaan Bernapas Menggunakan Mulut (Mouth Breathing), Ini Risiko yang Bisa Terjadi
Trakea ini bercabang dan masuk ke dalam paru-paru.
Perbatasan secara konvensional ini, adalah laring.
"Sehingga infeksi saluran pernapasan dibagi menjadi atas dan bawah," ucap Roro.

Baca juga: Semprotan Hidung Anti Covid-19 Diklaim Bisa Lawan Semua Varian, Termasuk Omicron
Namun saat ini, ISPA sudah tidak dibagi menjadi atas dan bawah.
Karena saluran napas dianggap sebagai satu-kesatuan.
Sementara penyebutan akut, merujuk pada waktu.
Baca juga: dr. Ginanjar Arum Jelaskan Beberapa Pemeriksaan untuk Mengetahui Kesehatan dan Fungsi Paru
Artinya seberapa lama pasien mengalami infeksi. Hitungannya kurang lebih 2 minggu.
"Jadi kalau kita bicara ISPA adalah infeksi saluran napas, yang lama kejadiannya kurang dari atau sama dengan 2 minggu," papar Roro.
Penjelasan dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video(6/1/2021)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)