TRIBUNHEALTH.COM - Penyakit thalasemia adalah penyakit yang terjadi akibat kelainan genetik.
Gen yang mengalami kelainan adalah gen yang dapat menghasilkan komponen sel darah merah atau disebut dengan hemoglobin.
Thalasemia adalah penyakit yang diturunkan atau herediter.
Thalasemia bukan penyakit genetik cacat bawaan, sebenarnya penyakit thalasemia juga diturunkan tetapi secara herediter.
Jika orang tua memiliki kelainan genetik yang menyebabkan thalasemia, maka anak yang dilahirkan akan berisiko mengalami thalasemia.
Baca juga: Mengenal Berbagai Macam Penyakit Kulit dan Cara Mengatasinya
Baca juga: Pertolongan Pertama yang Harus Dilakukan Untuk Penderita Epilepsi

Seperti yang kita ketahui, bahwa di tubuh kita memiliki sel darah merah atau disebut dengan hemoglobin.
Pada orang yang normal, hemoglobinnya akan tersirkulasi dengan baik.
"Manusia memiliki siklus seperti, siklus lahir, remaja, tua, dan meninggal. Siklus darah manusia juga memiliki prinsip siklus yang seperti ini," ungkap dr. Rogatianus Bagus Pratignyo.
Sel darah merah memiliki usia rata-rata sekitar 120 hari.
Apabila ingin melakukan donor darah, minimal 2 bulan sudah bisa melakukan donor darah.
Hal ini berbeda dengan pasien penderita thalasemia atau biasa disebut dengan thaler (para penyandang thalesemia).
Baca juga: Mengenal Penyakit Usus Buntu atau Apendisitis, Tanda-tanda hingga Penyebabnya
Baca juga: Simak Anjuran Puasa Bagi Penderita Diabetes Menurut dr Syahidatul Wafa
Thalasemia terjadi karena akibat dari ketidakmampuan hemoglobin mempertahankan diri sesuai dengan usianya, sehingga sel darah merah tersebut mudah hancur.
Kenapa mudah hancur?
Karena yang bisa membedakan adalah pasien atau penderita thalasemia yang sel darah merahnya rapuh atau disebut dengan rantai globin.
"Jadi pada pasien thelesemia dia kekurangan salah satu rantai dari hemoglobinnya sehingga sel darahnya mudah pecah dan tidak sama dengan usia sel darah orang lain," terang dr. Rogatianus.
Baca juga: Mengenal Penyakit Hipotiroid, Berikut Gejala dan Penyebabnya
Baca juga: Apa Itu Trigliserida dan Apa Saja Akibatnya Jika Trigliserida Tinggi
Dilansir dari Youtube TribunLampung, dr. Rogatianus Bagus Pratignyo menjelaskan dua jenis thalasemia, yaitu thalasemia berdasarkan penyebabnya dan thalasemia berdasarkan klinis.
1. Thalasemia berdasarkan penyebabnya.
Thalasemia berdasarkan keparahannya dibagi menjadi dua jenis berdasarkan rantai gen yang rusak, yaitu thalasemia alfa dan thalasemia beta.
"Misalnya rantai tersebut memiliki empat teman, tetapi salah satu teman dari rantai tersebut dilepaskan," terang dr. Rogatianus Bagus Pratignyo.
Secara umum yang paling banyak adalah thalasemia beta. Tetapi ada juga thalasemia alfa.
Pemeriksaan thalasemia harus dilakukan secara genetik atau pemeriksaan kromosom.
Baca juga: Mengenal Penyakit FAM yang Viral di TikTok, Berikut Gejala dan Pencegahannya
Baca juga: Mengenal Kelainan Kulit Melasma dan Pemicunya

2. Thalasemia berdasarkan klinis.
Klinis itu berdasarkan keseringan terdapat 3 jenis thalesemia (mayor, intermedia, dan minor).
Keseringan yang di maksud adalah seberapa sering seorang pasien menjalankan transfusi darah.
Misalnya jika transfusi darah dilakukan sebulan sekali, atau tiga bulan sekali bisa disebut dengan thalasemia mayor.
Seseorang yang jarang melakukan transfusi darah disebut dengan thelesemia intermedia.
Seseorang yang tidak pernah melakukan tranfusi darah disebut dengan thalasemia minor.
Baca juga: Pubertas Dini pada Anak, Apakah Normal Terjadi atau Tidak?
Baca juga: Mengenal Pubertas pada Anak Perempuan dan Laki-laki, Simak Ulasan Dokter Berikut Ini
"Kebanyakan orang awam hanya tau mengalami thalasemia mayor atau thalasemia intermedia atau thalasemia minor," ungkap dr. Rogatianus Bagus Pratignyo.
Tanda-tanda secara umum seseorang mengalami thalasemia, dia akan terlihat pucat.
Untuk mengetahui munculnya dari kapan, bisa dilihat dari klinisnya.
Apabila karena genetik, thalasemia bisa muncul ketika berusia 3 bulan.
Secara statistik, pasien thalasemia terdeteksi pada usia 4 atau 5 tahun.
Baca juga: Apa Itu Mimisan dan Bagaimana Cara Menanganinya? Simak Ulasan dr Dwi Septiadi B Berikut
Baca juga: Pertolongan Pertama Saat Mengalami Keracunan, Simak Ulasan Dokter Berikut Ini
"Tapi mungkin sebelumnya sudah terlihat pucat," terang dr. Rogatianus Bagus Pratignyo.
Penderita thalasemia biasanya memiliki rahang yang terlihat lebar.
Selain itu, penderita thalasemia juga memiliki gusi yang terlihat agak maju.
"Kemudian, organ lain yang akan bekerja lebih berat adalah limpa," ungkap dr. Rogatianus Bagus Pratignyo.
Organ tubuh di perut yaitu limpa tersebut akan membesar.
Baca juga: Mengenal Penyakit Sindrom Karpal Tunnel atau Carpal Tunnel Syndrom (CTS) dan Gejala-gejalanya
Baca juga: Jangan Asal Pasang Kawat Gigi, Simak Penjelasan Dokter Berikut Ini
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/Irma Rahmasari)