TRIBUNHEALTH.COM - Pubertas pada anak terjadi pada usia yang berbeda-beda atau bervariasi.
Usia pubertas pada anak perempuan normalnya terjadi pada usia 8 tahun sampai 13 tahun.
Sedangkan usia pubertas pada anak laki-laki umumnya terjadi pada usia 9 tahun hingga 14 tahun.
Namun beberapa anak-anak mengalami masa perubahan lebih cepat atau pubertas dini.
Apabila seorang anak perempuan atau laki-laki mengalami pubertas di bawah usia normal maka anak tersebut mengalami yang namanya pubertas dini.
Pubertas dini dapat berdampak buruk pada anak.
Baca juga: Mengenal Pubertas pada Anak Perempuan dan Laki-laki, Simak Ulasan Dokter Berikut Ini
Baca juga: Apakah Menstruasi dan Mimpi Basah Tanda Awal dari Pubertas pada Anak?

"Tetapi tidak semua anak yang mengalami pubertas dini memiliki penyakit dan abnormal, karena ada yang dinamakan dengan variasi normal," ungkap Dokter Spesialis Anak Konsultan Endokrinologi dr. Andi Nanis Sacharina Marzuki.
Apabila pubertas dini terjadi pada anak, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter.
"Apabila anak umur 5 tahun sudah muncul payudara, maka harus dikonsultasikan ke dokter apakah anak tersebut masuk variasi normal atau abnormal," ungkap dr Andi Ninis.
Varian abnormal bisa terjadi karena penyakit atau juga karena lifestyle.
Apabila pubertas dini terjadi karena lifestyle yang tidak baik, maka hal tersebut dapat dicegah.
"Apabila seorang anak mengalami kegemukan badan karena lifestyle dan mengalami pubertas dini, hal tersebut dapat dicegah dengan menjaga pola makannya," ungkap dr Andi Ninis.
Baca juga: Dok Kenapa Anak-anak yang Sering Bermain Di Luar Rumah Lebih Hiperaktif?
Baca juga: Benarkah Kesalahan Pemilihan Makanan Pada Anak Bisa Pengaruhi Pertumbuhan?

Dilansir dari Youtube Kompas Tv dalam program Ayo Sehat, berikut beberapa penyebab terjadinya pubertas dini:
- Gangguan pada hormon
- Gangguan kesehatan, umumnya karena hipotiroidisme
- Kecukupan gizi dan nutrisi yang tidak memadai
- Terpapar bahan kimia
- Riwayat genetik dari keluarga
Baca juga: Tips Mencegah Gigi Berlubang pada Anak Sejak Dini, Simak Penjelasan Dokter Berikut
Dampak dari pubertas dini menurut Dokter Spesialis Anak Konsultan Endokrinologi dr Andi Nanis Sacharina Marzuki:
- Anak belum siap menghadapi masa pubertas
Beberapa anak yang mengalami pubertas dini, pada psikologinya masih anak-anak tetapi badannya sudah matang dan tidak sesuai dengan kondisi anak-anak.
- Risiko tinggi badan jadi lebih pendek
Karena adanya rangsangan untuk keluarnya hormon sex seperti testosteron dan esterogen yang terdapat pada lempeng pertumbuhan, yang menyebabkan cepat menutupnya lempeng pertumbuhan tersebut.
"Jadi anak-anak tersebut akan cepat tumbuhnya dan akan lebih cepat dari anak lain, tetapi pertumbuhannya akan cepat tertutup," terang dr Andi Nanis.
Pubertas dini banyak ditemukan pada anak perempuan.
Anak perempuan sekitar 5 sampai 10 kali lebih banyak dari anak laki-laki.
Baca juga: Mengapa Anak Epilepsi Diminta Cek Kolesterol? Ini Tanggapan Dokter
Baca juga: Benarkah Kesalahan Pemilihan Makanan Pada Anak Bisa Pengaruhi Pertumbuhan?
"Tetapi jika pubertas dini terjadi pada anak laki-laki, biasanya 40% terjadi karena proses dan yang paling ditakutkan terjadi karena adanya tumor di otak," ungkap dr Andi Nanis.
Tumor di otak tersebut dapat memicu keluarnya hormon lebih cepat.
Penanganan pubertas dini:
- Pertama, harus diketahui lebih dahulu apa penyebabnya.
"Pada variant normal biasanya tidak progressive. Misalnya tumbuh payudara, maka akan stay di situ. Tidak bertambah besar, tidak akan tumbuh bulu-bulu dan tidak akan menstruasi, jadi hanya tumbuh payudara saja," terang dr Andi Nanis.
Baca juga: Berikut Berbagai Manfaat Edukasi Seksual bagi Anak dan Remaja yang Perlu Diketahui
Baca juga: Ini Usia yang Tepat untuk Mulai Memberi Edukasi Seksual pada Anak
Penyebabnya bisa dari central, dari indung telur, dari testis, penyebab dari luar atau penyebab karena ada tumor dalam tubuh yang mengeluarkan hormon sex.
- Melakukan terapi
Melakukan terapi dapat dilakukan sesuai dengan penyebabnya.
Misalnya penyebabnya tumor, bisa di deteksi apakah masih bisa diangkat atau memerlukan radiasi, termasuk juga terapi hormon.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/Irma Rahmasari)