Breaking News:

Covid-19 Memicu Terjadinya Depresi Pada Masa Pandemi

Pada masa pandemi ini terdapat peningkatan kasus depresi hingga 57,6 persen. Lantas bagaimana gejala depresi saat masa pandemi ini?

Penulis: Irma Rahmasari | Editor: Melia Istighfaroh
Tribunnews.com
Ilustrasi melawan COVID-19 bersama 

TRIBUNHEALTH.COM - Depresi pada dasarnya adalah seseorang yang mengalami pukulan yang tergolong berat dan itu berada di luar kemampuan daya tahan dirinya.

Ketika seseorang tesebut terpukul dan merasa tidak mampu untuk menghadapi besaranya beban dalam hidupnya maka dia akan mulai muncul gejala depresi.

Pemicu terjadinya depresi menurut dr Danardi Sosrosumiharjo:

- Seseorang yang merasa sedih berkepanjangan tidak mampu untuk tidur dengan nyaman

- Penderita depresi biasanya memiliki nafsu makan yang lebih besar

Baca juga: Mengenal Gejala Depresi yang Meningkat Akibat Pandemi

Baca juga: Terlalu Banyak Makan Saat Sahur dan Berbuka Memicu Bau Mulut, Mitos atau Fakta?

Ilustrasi - Ciri-ciri orang yang mengalami depresi
Ilustrasi - Ciri-ciri orang yang mengalami depresi (Boldsky.com)

Fisik yang terlalu kurus dan terlalu gemuk, bisa jadi seseorang tersebut megalami gejala depresi.

- Penderita depresi biasanya mengalami 4L yaitu, Letih, Lesu, Lemah, dan Lelah.

- Penderita depresi biasa tidak punya semangat atau semangatnya hilang dan merasa tidak berguna lagi dalam hidup ini.

Kelompok yang rentan mengalami depresi di masa pandemi:

Pandemi adalah sebuah pukulan untuk semua orang.

Pertama, pada masa pandemi ini banyak orang yang merasakan kekhawatiran bisa terkena covid-19.

Baca juga: Apakah Teh Mengandung Kafein Boleh Dikonsumsi Penderita GERD Dok?

Baca juga: Tambal Gigi Itu Seperti Apa Dok?

2 dari 4 halaman

Kedua, pukulan dari segi ekonomi. Karena banyak orang yang diberhentikan dan dirumahkan sehingga berdampak pada segi ekonomi dan juga kesehatan mental orang tesebut.

Gejala depresi yang dirasakan pada masa pandemi antara lain adalah:

1. Merasa menolak

Misalnya seseorang terkena covid-19 dia akan merasa menolak dan membela diri apakan pemeriksaan yang dilakukan sudah benar atau memang salah.

"Penderita gejala depresi tidak akan percaya dengan hasil dari PCR covid-19 yang positif dan mungkin akan menyalahkan tenaga kesehatan yang telah memeriksanya," terang dr Danardi Sosrosumiharjo.

Baca juga: Dok, Bagaimana Aturan Penggunaan Antibiotik yang Benar?

Baca juga: Antibiotik Bisa Cegah Tubuh Terkena Penyakit, Mitos atau Fakta Dok?

2. Mulai marah dan mulai menarik diri

Seseorang tersebut akan mulai bergeming dengan banyak pertanyaan didalam dirinya.

"Kalau kena covid bagaimana ya, hal ini mulai muncul dalam dirinya," lanjut dr Danardi Sosrosumiharjo.

3. Gejala depresi akan muncul

Dalam hal ini gejala depresi seperti 4L, sedih berkepanjangan, tidak menikmati hobby baru akan muncul dalam tahap ini.

Orang yang sering mengalami depresi pada masa pandemi ini adalah orang dengan usia produktif.

Baca juga: Ciri-ciri Skoliosis pada Anak yang Perlu Diwaspadai, Perhatikan Ketinggian Kedua Pinggul

Baca juga: Ciri-ciri Skoliosis pada Anak yang Perlu Diwaspadai, Perhatikan Ketinggian Kedua Pinggul

3 dari 4 halaman

Karena banyak terjadi pukulan ekonomi pada masa pandemi ini yang menyebabkan banyak orang menjadi depresi.

Tidak adanya sekolah di masa pandemi membuat pukulan juga terhadap anak-anak.

Anak-anak yang seharusnya bisa bersenang-senang dengan temannya dan dunia sekolahnya ketika masa pandemi ini semuanya harus dibatasi.

"Anak-anak yang menyukai sosialisasi, suka berkumpul dengan teman, lebih suka bermain dengan teman-temannya, kemudian harus dikurung dirumah dan hanya bertemu dengan orang tertentu saja akan menimbulkan kebosanan dan kejenuhan," terang dr Danardi Sosrosumiharjo.

Baca juga: Perkembangan Situasi COVID-19 di Indonesia: Masih Ada Pertambahan Kasus

Ilustrasi anak yang sedang sedih dan depresi
Ilustrasi anak yang sedang sedih dan depresi (Gambar oleh Lysogsalt dari Pixabay)

"Dalam hal ini sangat mungkin anak akan timbul depresi pada anak," ungkap dr Danardi Sosrosumiharjo.

Individu yang introvert dan extrovert memiliki penanganan yang berbeda.

Manusia memiliki karakter dan dimensi yang banyak, tidak hanya introvert dan extrovert saja.

Hal yang harus diketahui terlebih dahulu adalah untuk mengatasi depresi:

- Memahami elastisitasnya

- Memahami daya tahannya

4 dari 4 halaman

- Memahami komunitas atau support dari keluarga seperti apa

Baca juga: Perlu Waspada, Ini Dampak Memiliki Kualitas Tidur yang Buruk

Baca juga: Sebagian Penderita Covid-19 Memiliki Gangguan Mental, Berikut Gejala Psikotik pada Pasien Covid-19

"Jika berbicara tentang exrtrovert dan introvert, ketika dilarang untuk keluar rumah dan aktivitas hanya dirumah saja, mungkin untuk tipe yang introvert tidak ada masalah karena terbiasa dikamar dan terbiasa sendiri," terang dr Danardi Sosrosumiharjo.

Untuk orang yang tipe extrovert akan lebih terpukul karena dia biasanya keluar dari rumah dan ketika pandemi terpaksa harus dirumah.

"Tetapi jika seseorang memiliki jiwa extrovert dan dia cukup elastis dan cukup bisa menerima situasi perubahan dengan cepat, maka dia bisa saja menyesuaikan dirinya," ungkap dr Danardi Sosrosumiharjo.

Baca juga: Apakah Penderita Gangguan Tiroid Boleh Disuntik Vaksin Covid-19?

Baca juga: Waspada Munculnya Varian Baru COVID-19 E484K Terdeteksi di Indonesia

Baca berita lain seputar kesehatan di sini

(Tribunhealth.com/Irma Rahmasari)

Selanjutnya
Tags:
depresiPandemi Covid-19Covid-19
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved