Breaking News:

Cepat Merasa Lelah Tak Selalu karena Masalah Medis, Bisa Disebabkan Terlalu Banyak Konsumsi Gula

Pakar kesehatan menjelaskan dampak gula terhadap kesehatan, termasuk bisa menyebabkan rasa lelah terus menerus

Penulis: Ahmad Nur Rosikin | Editor: Melia Istighfaroh
health.kompas.com
ilustrasi seseorang yang cepat merasa lelah 

TRIBUNHEALTH.COM - Kelelahan merupakan hal yang wajar dirasakan.

Namun jika kelelahan terjadi terus menerus atau terasa tak seimbang dengan aktivitas yang dilakukan, hal ini bisa menjadi tanda ada sesuatu yang salah dengan tubuh.

Kendati demikian, kelelahan dan energi rendah terus menerus tak melulu akibat penyakit medis.

Hal ini juga bisa diakibatkan oleh terlalu banyak mengonsumsi gula.

Pasalnya gula merupakan makanan yang mudah dicerna.

Baca juga: Merasa Lelah Terus Menerus meski Tak Melakukan Aktivitas Berat? Bisa Jadi Disebabkan Kondisi Berikut

Ilustrasi kelelahan terus menerus akibat kurang vitamin
Ilustrasi kelelahan terus menerus akibat kurang vitamin (Pexels)

"Gula adalah sumber energi yang sangat cepat, jadi terlepas dari berapa banyak yang Anda makan, dalam 30 menit Anda akan merasa lapar lagi, kekurangan energi, atau mencari energi lagi," kata Keri Stoner-Davis, RDN, yang bekerja di Lemond Nutrition di Plano, Texas.

Penjelasan senada disampaikan William W. Li, MD , seorang dokter di Cambridge, Massachusetts, dan penulis Eat to Beat Disease.

Dia menjelaskan perubahan besar gula darah dan insulin dapat menyebabkan tingkat energi anjlok, sehingga seseorang bisa merasa kekurangan energi.

Selain itu, tanda kebanyakan gula lainnya adalah makanan yang terasa tidak manis.

ilustrasi seseorang yang mengonsumsi makanan manis
ilustrasi seseorang yang mengonsumsi makanan manis (grid.id)

Baca juga: Cegah Timbulnya Jerawat dengan Menghindari Konsumsi Gorengan dan Makanan Manis

Jika Anda memperhatikan bahwa rasa makanan tidak semanis dulu, atau jika Anda perlu menambahkan gula ke makanan agar terasa enak, mungkin Anda terlalu banyak mengonsumsi gula.

2 dari 4 halaman

"Anda melatih otak Anda untuk mengharapkan tingkat kemanisan yang sangat tinggi, dan ketika Anda terbiasa dengan itu, akan lebih sulit untuk merasa puas dengan makanan yang kurang manis karena Anda siap untuk mengharapkan tingkat kemanisan yang tinggi," kata Jessica Cording, RD, seorang pelatih kesehatan di New York City dan penulis The Little Book of Game Changers.

"Banyak dari pengganti gula ini jauh lebih manis daripada gula asli sehingga menipu otak kita untuk mengharapkan tingkat kemanisan yang sangat tinggi ini," kata Cording.

Lonjakan glukosa darah sebakan masalah medis

Ilustrasi konsumsi gula berlebih
Ilustrasi konsumsi gula berlebih (Pixabay)

Ketika glukosa memasuki aliran darah, kadar glukosa darah meningkat.

Sebagai tanggapan, pankreas mengeluarkan insulin untuk membantu glukosa mendapatkan tempat yang dibutuhkannya di dalam tubuh.

Jika seseorang mengonsumsi gula dalam jumlah besar, sel-sel dapat menjadi kebal terhadap insulin dari waktu ke waktu.

Kondisi ini menjadi faktor risiko peradangan sistemik, diabetes tipe 2, dan kondisi kronis lainnya.

Menurut sebuah penelitian, makan terlalu banyak gula tambahan juga dikaitkan dengan penambahan berat badan dan obesitas, faktor risiko penyakit jantung, penyakit hati berlemak nonalkohol, dan kanker.

Baca juga: Mengenal Anxiety Disorder, Gangguan Mental yang Membuat Penderitanya Merasakan Kecemasan

Berdampak pada kesehatan mental

Ilustrasi masalah kesehatan mental
Ilustrasi masalah kesehatan mental (Pixabay.com)

Asupan gula tambahan yang berlebihan memengaruhi energi, suasana hati, berat badan, dan risiko penyakit kita, kata Jessica Cording, RD, seorang pelatih kesehatan di New York City dan penulis The Little Book of Game Changers.

3 dari 4 halaman

“Secara keseluruhan, itu dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental kita.”

"Agar kita berfungsi selancar dan senormal mungkin, kita membutuhkan gula darah kita untuk bekerja di zona energi Goldilocks," kata William W. Li, MD , seorang dokter di Cambridge, Massachusetts, dan penulis Eat to Beat Disease.

Baca juga: 6 Hal yang Mempengaruhi Pembacaan Tekanan Darah, Termasuk Adanya Kecemasan saat Periksa

Batas konsumsi gula yang disarankan

ilustrasi gula dan garam
ilustrasi gula dan garam (lampung.tribunnews.com)

Rekomendasi untuk batasan gula tambahan bervariasi di antara kelompok industri.

Dietary Guidelines for Americans, yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan AS dan Departemen Pertanian AS, merekomendasikan untuk membatasi kalori dari tambahan gula tidak lebih dari 10 persen setiap hari.

Untuk seseorang yang mengonsumsi 2.000 kalori sehari, itu maksimal sekitar 12 sdt.

The American Heart Association (AHA), bagaimanapun, merekomendasikan untuk membatasi jumlah gula tambahan harian tidak lebih dari 100 kalori untuk wanita dan 150 kalori untuk pria.

Selain itu, AHA merekomendasikan agar anak-anak berusia 2 tahun ke atas juga tidak boleh mengonsumsi gula tambahan lebih dari 100 kalori per hari.

Hasilnya, maksimal gula yang dikonsumsi dalam sehari sekitar 6 sdt untuk wanita dan anak-anak dan 9 sdt untuk pria.

Dua lembaga tersebut sependapat bahwa balita dan bayi di bawah 2 tahun tidak boleh mengonsumsi gula tambahan.

Baca juga: Seberapa Sering Harus Mencuci Bra? Jadi Sarang Pertumbuhan Bakteri jika Dipakai Terlalu Lama

4 dari 4 halaman

Panduan Kemenkes RI

Sementara di tanah air, Kementerian Kesehatan juga memiliki panduan konsumsi gula dalam sehari.

Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula per orang per hari adalah 10 persen dari total energi (200kkal).

Konsumsi tersebut setara dengan gula 4 sendok makan per orang per hari atau 50 gram per orang per hari.

Dapatkan produk kesehatan di sini

(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.commudah lelahgulaInsulin Milk Bun Rebok
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved