TRIBUNHEALTH.COM - Sel punca terbukti aman dan banyak digunakan dalam terapi penyakit, salah satunya adalah terapi pada penyintas Covid-19.
Penyakit coronavirus (Covid-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus SARS-CoV-2.
Hingga saat ini belum terdapat pengobatan khusus untuk penyakit ini, namun para ilmuwan di Tiongkok telah melakukan banyak studi klinis terhadap terapi berbasis sel untuk pasien dengan Covid-19 dan penyakit pernapasan lainnya, terutama menggunakan sel punca (stroma) mesenkim atau mesenchymal stem (stromal) cells (MSC), dengan memanfaatkan media terkondisi yang diturunkan dari MSC atau MSC-derived conditioned media (CM) atau vesikel ekstraseluler dan beberapa tipe sel lainnya (Anurogo, et al. 2023).
Terapi berbasis sel sebagai modalitas pengobatan regeneratif dianggap sebagai salah satu disiplin ilmu yang paling menjanjikan di bidang sains dan kedokteran modern.
Teknologi canggih semacam ini menawarkan kemungkinan tak terbatas untuk terapi transformatif dan berpotensi kuratif untuk beberapa penyakit yang dianggap paling mengancam kehidupan manusia (Anurogo, et al. 2023).
Baca juga: Dokter Gigi Ungkap Indikasi atau Kondisi Gigi yang Bisa Dilakukan Perawatan Bleaching atau Veneer

Baca juga: Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Sampaikan Mengenai Social Anxiety Disorder yang Perlu Diketahui
Pengobatan regeneratif dengan cepat menjadi suatu hal dalam perawatan kesehatan dengan tujuan khusus untuk memperbaiki dan mungkin mengganti sel, jaringan atau organ yang sakit dan akhirnya mengembalikan fungsi normal.
Penelitian terbaru yang melaporkan keberhasilan penerjemahan terapi sel punca kepada pasien telah memperkaya harapan bahwa strategi regeneratif semacam itu suatu hari nanti dapat menjadi pengobatan untuk berbagai penyakit.
Terapi berbasis sel punca didefinisikan sebagai pengobatan apa pun untuk penyakit atau kondisi medis yang pada dasarnya melibatkan penggunaan semua jenis sel punca manusia yang layak, termasuk sel punca embrionik atau embryonic stem cells (ESC), iPSC, dan sel punca dewasa untuk terapi autologus dan alogenik.
Dalam penelitian Anurogo, et al. (2023) menyebutkan bahwa sel punca menawarkan solusi sempurna ketika ada kebutuhan untuk transplantasi jaringan dan organ melalui kemampuannya untuk berdiferensiasi menjadi jenis sel spesifik yang diperlukan untuk perbaikan jaringan yang sakit.
Potensi penerapan terapi berbasis sel punca ini termasuk terapi untuk penyakit neurodegeneratif, penyakit mata, diabetes, dan penyakit pernapasan seperti Covid-19 dan ARDS.
Stem cells (sel punca) memiliki sifat pembaruan diri dan potensi diferensiasi multi-garis keturunan, sehingga menjadikannya modalitas yang menarik untuk terapi sel di klinik.
Namun, karena banyak batasan etika dan hukum, perkembangan klinis dan perkembangan terapi sel induk relatif lambat.
Baca juga: Kerusakan Gigi Akibat Tindakan Bleaching Mengharuskan Beberapa Orang Menggunakan Veneer Gigi

Baca juga: Infeksi Covid-19 Bisa Menyebabkan Kerusakan Organ, Begini Tata Laksana Covid-19 Menurut Ilmuwan
Pandemi virus yang baru muncul, yang dapat menyebabkan kerusakan multiorgan dan tidak ada terapi khusus, obat-obatan, maupun vaksin yang tersedia, sangat cocok untuk uji coba terapi sel punca (Anurogo, et al. 2023).
Dengan pandemi Covid-19, terapi sel punca dan terutama terapi terkait sel punca mesenkim telah menunjukkan potensi terapeutik.
Mesenchymal stem cells (MSC) adalah populasi sel heterogen yang berkembang biak secara in vitro sebagai sel yang melekat pada plastik, memiliki morfologi seperti fibroblast, dan membentuk koloni secara in vitro.
MSC awalnya ditemukan dan diisolasi dari sumsum tulang, namun kemudian ditemukan juga di berbagai jaringan seperti bantalan lemak adiposa, pulpa gigi, tali pusat, dan plasenta.
Saat ini, MSC dari jaringan yang berbeda sedang diuji untuk terapinya pada kasus Covid-19.
Anurogo, et al. (2023) menjelaskan jika MSC mengekspresikan molekul kelas I antigen leukosit manusia (HLA) tingkat rendah, dan tidak mengekspresikan molekul kelas II HLA atau molekul kostimulator seperti CD40, CD40L, CD80, dan CD86.
Profil ekspresi ini memungkinkan MSC untuk menghindari efek sitotoksik sel T limfosit, sel B, dan sel NK, dengan demikian disebut sel dengan kekebalan istimewa.
MSC juga memiliki efek imunomodulator dan antiinflamasi, dan dapat mendeteksi sinyal cedera lingkungan mikro untuk mengarahkan proses pensinyalan proregeneratif, sehingga menjadikannya kandidat yang menarik untuk penggunaan terapeutik pada berbagai penyakit.
Baca juga: Mitos atau Fakta Air Hangat Dapat Menurunkan Kadar Kolesterol? Begini Pesan Ahli Gizi

Baca juga: Pengolahan Daging Merah yang Salah Dapat Meningkatkan Kadar Kolesterol hingga Menimbukan Bahaya
Untuk alotransplantasi klinis, hipoimunogenisitas dan umur pendeknya secara in vivo membuatnya sangat cocok untuk penelitian klinis.
Oleh karena itu, MSC adalah alat yang menjanjikan untuk pengobatan gangguan yang melibatkan disregulasi kekebalan dan kerusakan jaringan yang luas, seperti halnya Covid-19.
Pasalnya MSC dianggap sebagai pilihan terapi yang muncul untuk pasien Covid-19 karena fungsinya seperti fungsi imunoregulasi, efek antiinflamasi dan antiproliferatif, fungsi antiapoptosis dan pelindung, dan MSC juga memiliki eksosom yang diturunkan dari MSC sebagai pilihan terapi yang potensial untuk Covid-19.
Pernyataan ini dikutip dari hasil penelitian Anurogo, Dito., Hermawan, Zahradiva Putu Fitria., Awaliah, Nur Rahmah., dan Ikrar, Taruna. (2023). Terapi Sel Punca dan Tata Laksana Covid-19. Medicinus, 36(1), 11-19.
Klik di sini untuk mendapatkan referensi vitamin guna meningkatkan daya tahan tubuh.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.