Breaking News:

Infeksi Covid-19 Bisa Menyebabkan Kerusakan Organ, Begini Tata Laksana Covid-19 Menurut Ilmuwan

Covid-19 dapat menjadi masalah kesehatan potensial dan memiliki konsekuensi yang yang membebani sistem kesehatan masyarakat.

Penulis: Dhiyanti Nawang Palupi | Editor: Melia Istighfaroh
pixabay.com
Ilustrasi infeksi Covid-19 

TRIBUNHEALTH.COM - Sebelumnya pada bulan Desember 2019, terdapat laporan resmi pertama kasus pneumonia yang belum bisa diidentifikasi penyebabnya di Wuhan, Tiongkok.

Kasus tersebut dipastikan merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang diakibatkan oleh infeksi coronavirus 2 (SARS-CoV-2), sebuah novel-coronavirus yang sampai saat itu belum pernah dilaporkan sebelumnya.

Penyakit coronavirus ini menyebar dengan cepat yang mengakibatkan terjadinya epidemi global.

Sehingga World Health Organization (WHO) dengan resmi menamai jenis penyakit baru ini sebagai penyakit coronavirus 2019 atau yang secara luas dikenal dengan nama Covid-19.

Penyakit ini sudah dipastikan lebih menular daripada penyakit sejenisnya seperti SARS dan MERS.

Covid-19 memiliki manifestasi penyakit yang membingungkan, mulai dari pasien tanpa gejala hingga pasien dengan derajat keparahan yang berat dengan sindrom gangguan pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome/ARDS) dan fibrosis paru (Anurogo, et al. 2023)

Baca juga: Penggunaan Gigi Palsu Dapat Ditujukan untuk Beberapa Kasus Seperti Berikut, Salah Satunya Gigi Patah

ilustrasi seseorang terinfeksi Covid-19
ilustrasi seseorang terinfeksi Covid-19 (kompas.com)

Baca juga: Pahami Perbedaan antara Perawatan Veneer dan Bleaching Gigi, Begini Penjelasan Dokter Gigi

Pasalnya Covid-19 dapat menjadi masalah kesehatan potensial dan memiliki konsekuensi yang yang membebani sistem kesehatan masyarakat.

Akibat infeksi Covid-19 ini menyebabkan organ paru-paru rusak, serta kerusakan organ dan sistem organ lainnya.

Contohnya seperti jantung dan sistem kekebalan tubuh.

Walaupun patogenesis dari Covid-19 secara garis besar dapat dijelaskan, namun hingga saat ini belum terdapat pengobatan khusus untuk penyakit ini, dan perawatan dari penyakit ini terbatas pada perawatan suportif.

2 dari 3 halaman

Anurogo, et al. (2023) menerangkan jika para peneliti masih melakukan evaluasi terhadap perawatan baru untuk pengobatan Covid-19, namun belum ada yang terbukti efektif.

Pasien Covid-19 yang mengalami ARDS dan memerlukan ventilasi mekanis dan intubasi dapat mengalami syok hingga mengalami kegagalan multiorgan, walaupun sampai saat ini belum jelas apakah hal ini merupakan akibat langsung dari infeksi virus atau komplikasi penyakit kritis lain yang belum jelas (Anurogo, et al. 2023).

Pendekatan terapeutik untuk pasien Covid-19 termasuk perawatan suportif standar yang agresif dan pengobatan koinfeksi lainnya.

Baca juga: Pengolahan Daging Merah yang Salah Dapat Meningkatkan Kadar Kolesterol hingga Menimbukan Bahaya

ilustrasi pengobatan pasien Covid-19
ilustrasi pengobatan pasien Covid-19 (kompas.com)

Baca juga: Ketahui Serangkaian Metode Bleaching Gigi, Dokter Gigi Tegaskan Tak Boleh Sembarangan Bleaching Gigi

Obat antivirus yang digunakan termasuk lopinavir-ritonavir, remdesivir, atau lopinavir-ritonavir dan interferon beta-1 sedang dipelajari, akan tetapi keamanan dan potensi kemanjurannya belum dapat dikonfirmasi (Anurogo, et al. 2023).

Remdesivir dan interferon beta-1 tampaknya mempunyai aktivitas antivirus yang lebih unggul daripada remdesivir in vitro dan lopinavir untuk MERS, tetapi efektivitasnya pada SARS CoV-2 masih harus diamati lebih lanjut.

FDA pernah menyetujui penggunaan hydroxychloroquine pada pasien Covid-19, walaupun efektivitasnya diketahui masih rendah dan saat ini sudah tidak lagi digunakan.

Berdasarkan penelitian Anurogo, et al. (2023) hingga saat ini informasi yang berkembang juga menunjukkan bahwa badai cytokine yang diinduksi virus di paru-paru dapat menyebabkan patogenesis yang parah dan memberikan target terapeutik yang potensial, seperti pendekatan pada anti-IL6 atau anti-IL-1.

Para ilmuwan telah melakukan banyak studi klinis terhadap terapi berbasis sel untuk pasien dengan Covid-19 dan penyakit pernapasan lainnya yang diadakan di Tiongkok, terutama sel punca (stroma) mesenkim atau mesenchymal stem (stromal) cells (MSC), dengan memanfaatkan media terkondisi yang diturunkan dari MSC atau MSC-derived conditioned media (CM) atau vesikel ekstraseluler dan beberapa tipe sel lainnya.

Hal ini mencakup berbagai pendekatan dan kelompok pasien yang ditargetkan, sangat penting untuk kita lebih memahami bagaimana mekanisme potensial dan alasan tindakan digunakannya MSC dalam kaitannya dengan infeksi virus pernapasan.

Mesenchymal stromal atau stem cell (MSCs) menawarkan pendekatan terapeutik baru yang sangat menjanjikan untuk menanggulangi efek samping infeksi virus pada pasien SARS-CoV-2.

3 dari 3 halaman

Data preklinik terbaru dari model infeksi virus pernapasan dan studi klinis berkaitan dengan penggunaan MSC sudah diperlihatkan dengan cara mengubah ekspresi cytokine proinflamasi, dan membantu memperbaiki jaringan yang rusak pada penderita Covid-19 untuk mengurangi badai cytokine dan mengaktifkan fungsi regeneratif, antiinflamasi, dan imunomodulator (Anurogo, et al. 2023).

Baca juga: Mitos atau Fakta Air Hangat Dapat Menurunkan Kadar Kolesterol? Begini Pesan Ahli Gizi

Ilustrasi pengobatan pasien Covid-19
Ilustrasi pengobatan pasien Covid-19 (kompas.com)

Baca juga: Perhatikan Hal Ini Sebelum dan Sesudah Menggunakan Softlens, Begini Ulasan Dokter Spesialis Mata

Beberapa uji klinik yang dilakukan telah memperlihatkan bukti yang menunjukkan bahwa infus MSC intravena (IV) adalah pilihan yang dapat digunakan karena tergolong aman dan dapat mengarah pada perbaikan klinis dan imunologis pada beberapa pasien pneumonia Covid-19 dengan kondisi yang parah.

Hasil ini mendukung dilakukannya penggunaan uji coba terkontrol acak fase 2, di mana uji coba acak lainnya dengan kelompok kontrol yang terdiri atas pengobatan standar, akan membantu menjelaskan potensi mekanistik strategi pengobatan berbasis MSC.

Oleh karena itu, pendekatan potensial untuk terapi sel berbasis MSC dapat dipertimbangkan.

Pernyataan ini dikutip dari hasil penelitian Anurogo, Dito., Hermawan, Zahradiva Putu Fitria., Awaliah, Nur Rahmah., dan Ikrar, Taruna. (2023). Terapi Sel Punca dan Tata Laksana Covid-19. Medicinus, 36(1), 11-19.

Klik di sini untuk mendapatkan referensi vitamin guna meningkatkan daya tahan tubuh.

(Tribunhealth.com/DN)

Baca berita lain tentang kesehatan di sini.

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comInfeksiCovid-19kerusakan organIlmuwanworld health organization (WHO) Ringworm (Dermatofitosis) Agus Purwanto Marie Curie Charles Babbage
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved