TRIBUNHEALTH.COM - dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A menjelaskan kondisi ISPA.
ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
ISPA bisa terjadi pada segala usia, mulai anak-anak, orang dewasa, hingga lansia.
Baca juga: Sesak Nafas Tidak Tergolong Berbahaya, Namun Tidak Boleh Dianggap Masalah Sepele
Meski demikian, ISPA pada anak dan orang dewasa tidak terlalu jauh berbeda.
Gejala yang ada mengikuti pada area yang terkena.
Jika mulai dari hidung, maka sudah masuk pada saluran napas. Akhirnya menimbulkan gejala pilek.

Bila terkena pada hidung bagian dalam, maka akan dirasakan gejala seolah-olah terdapat sesuatu yang masuk ke dalam saluran napas bagian dalam (post nasal drip).
"Jadi rasanya kayak ketelan sendiri," imbuh Roro dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunhealth.
Baca juga: Cara Bedakan Pilek Akibat Alergi dan Infeksi menurut dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A
Selanjutnya, jika semakin turun memasuki area faring atau laring, maka akan muncul tanda:
- Nyeri tenggorokan
- Nyeri telan

- dan batuk.
Batuk sebenarnya adalah suatu bentuk pertahanan tubuh untuk mengeluarkan kuman-kuman yang ada di saluran napas.
Baca juga: Cara Mengatasi Alergi pada Saluran Napas, Berikut Ulasan dari dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A
Jadi bukan berarti batuk harus selalu dihilangkan.
Lebih lanjut, jika masuk ke dalam saluran napas seperti trakea atau paru-paru, maka bisa jadi sesak dan menimbulkan suara tambahan di paru.

Tanda lain pada infeksi yang bisa ditemui adalah demam. Tanda ini bersifat general atau sistemik.
Baca juga: PPOK pada Perokok Aktif Memiliki Dampak Rasa Sesak Terus Menerus
Serupa dengan batuk, demam adalah wujud dari pertahanan tubuh untuk menghadapi infansi kuman atau patogen.
Demam ini juga bervariasi, mulai dari ringan hingga demam tinggi.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa gejala sangat beragam.
Saluran Napas Adalah Satu-Kesatuan
Seringkali orang menyebut ISPA adalah Infeksi Saluran Pernapasan Atas.
Hal ini dilaterbelakangi karena mulanya ISPA terbagi menjadi dua bagian. Yaitu atas dan bawah.
Mulai dari hidung masuk ke dalam laring, turun lagi ke trakea.

Trakea ini bercabang dan masuk ke dalam paru-paru.
Perbatasan secara konvensional ini, adalah laring.
Baca juga: Berikut Ini Gejala, Penyebab, dan Pencegahan Kanker Paru-paru yang Termasuk Penyakit Berbahaya
"Sehingga infeksi saluran pernapasan dibagi menjadi atas dan bawah," ucap Roro.
Namun saat ini, ISPA sudah tidak dibagi menjadi atas dan bawah.
Karena saluran napas dianggap sebagai satu-kesatuan.

Sementara penyebutan akut, merujuk pada waktu.
Artinya seberapa lama pasien mengalami infeksi. Hitungannya kurang lebih 2 minggu.
"Jadi kalau kita bicara ISPA adalah infeksi saluran napas, yang lama kejadiannya kurang dari atau sama dengan 2 minggu," papar Roro.
Penyebab ISPA
Sebagian besar penyebab ISPA, terjadi karena virus. Bukan bakteri.
Infeksi saluran napas yang disebabkan oleh virus, cenderung sembuh sendiri.
Baca juga: Nyeri Dada di Sebelah Kanan disertai Sesak Nafas, Tanda Terkena Asma atau Serangan Jantung?
Sehingga proses penyembuhan sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh penderita.
Daya tahan tubuh dipengaruhi oleh:
- Makanan yang bergizi
- Istirahat yang cukup

- dan olahraga.
Selain virus, ISPA juga bisa terjadi akibat bakteri. Namun ini hanya sebagian kecil saja.
Usia anak-anak dibawah 3 tahun dan lansia lebih rentan terkena ISPA yang disebabkan oleh bakteri.
Baca juga: Aktivitas Bakteri dan Terjadinya Fluorosis Bisa Menyebabkan Gigi Keropos, Begini Ulasan drg. Munawir
Meskipun hanya sebagian kecil saja ISPA disebabkan oleh bakteri, namun proses peyembuhannya tidak semudah dibanding dengan virus.
Seseorang yang menderita ISPA akibat bakteri tidak bisa sembuh sendiri.
Perlu mengonsumsi obat-obatan antibiotik.
Proses Penularan
Seseorang yang terkena ISPA terjadi karena ada penularan melalui saluran pernapasan.
Artinya seseorang menghirup melalui udara yang telah mengandung virus.

Walaupun sebenarnya di hidung sudah ada barrier terhadap organisme atau kuman yang masuk.
Misalnya ada rambut-rambut pada hidung yang merupakan barrier mekanik.
Selain rambut pada hidung, terdapat mukosa yang merupakan dinding di dalam hidung yang mengeluarkan cairan.
Baca juga: dr. Fariz Nurwidya: Penderita Asma Memiliki Saluran Pernapasan Sensitif Dibandingan Orang Tanpa Asma
Cairan ini berfungsi menghambat virus masuk lebih jauh.
"Tetapi jika pertahanan tubuh kita tidak mampu menghalangi, maka virus akan masuk lebih jauh lagi," sambung Roro.
Bahkan virus tersebut bisa berpotensi masuk ke dalam paru-paru.
Penjelasan dr. Roro Rukmi Windi Perdani, Sp. A ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Lampung News Video(6/1/2021)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)