TRIBUNHEALTH.COM – Keluarnya keringat dingin merupakan salah satu ciri syok yang perlu diwaspadai.
Syok merupakan kondisi minimnya aliran darah ke otak dan organ vital.
Kurangnya aliran darah menyebabkan pasokan oksigen dan nutrisi ke otak terganggu.
Kondisi ini bisa menyebabkan seseorang mengalami stres berat.
Baca juga: dr. Nadya Noviani Paparkan Manfaat dan Kebutuhan Vitamin D dalam Tubuh, Begini Penjelasannya
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi keringat dingin adalah memperbanyak olahraga.
Perlunya memilih jenis olahraga yang tidak terlalu berat dan dapat membantu mengurangi rasa stres.

Seperti yoga dan jenis olahraga relaksasi lainnya.
Untuk membahas mengenai penyakit dalam, kita bisa bertanya langsung kepada dokter yang berkompeten di bidangnya seperti dr. Mustopa, Sp.PD.
dr. Mustopa, Sp.PD merupakan dokter spesialis penyakit dalam.
Ia menjalankan praktik di 2 rumah sakit di Jawa Tengah.
Baca juga: 4 Fakta tentang Leukimia, Tubuh Jadi Lebih Sulit Melawan Infeksi hingga Tes Darah untuk Diagnosis
Yakni rumah sakit Nirmala Suri Sukoharjo dan rumah sakit PKU Muhammadiyah Sukoharjo.
Sebelum menjadi dokter, dr. Mustopa, Sp.PD menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran UNS.
Kemudian dr. Mustopa, Sp.PD melanjutkan pendidikan dokter spesialis penyakit dalam di Fakultas Kedokteran UNS.

dr. Mustopa, Sp.PD akan menjawab berbagai pertanyaan terkait penyakit dalam sebagai berikut.
Pertanyaan:
Dok, bagaimana terapi yang tepat saat mengalami keringat dingin?
Terima kasih dok.
Aji, Tinggal di Klaten.
Baca juga: Berbagai Organisasi Kesehatan Tegaskan Vaksin Covid-19 Tak Pengaruhi Pubertas dan Kesuburan Anak
Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Mustopa, Sp.PD Menjawab:
Untuk pengobatan disesuaikan dengan masing-masing penyebabnya.

Jika karena kondisi keringat dingin akibat faktor cemas dan stres berlebih sebaiknya bisa dengan menjaga pola makan yang baik.
Lebih mencari kesibukan atau membuat kondisi diri yang aktif, bisa dengan konsumsi obat dari dokter.
Baca juga: Studi Ungkap Wanita di Bawah 35 Tahun Paling Berisiko Alami Kanker Payudara Sekunder, Apa Itu?
(Tribunhealth.com/Dhiyanti)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.