TRIBUNHEALTH.COM - Mengurus buah hati selalu memiliki challange sendiri di setiap masanya.
Termasuk saat memberi makan untuk si kecil dan dihadapkan dengan gerakan tutup mulut (GTM) pada si kecil.
Gerakan tutup mulut atau GTM adalah istilah baru dari mogok makan.
Tidak hanya menutup mulut, tetapi anak juga susah makan dan bisa menyemburkan makanannya hingga mengeluarkan makanannya dari mulut agar makanan jauh dari mulutnya.
Karena hal ini, cukup banyak dampak yang dikhawatirkan oleh para ibu.
Dampak tersebut mulai dari anak mudah sakit, berat badan turun hingga anak kekurangan gizi.
Hal ini dapat menghambat tumbuh kembang si kecil.
Baca juga: Mengenal Penyakit Thalasemia, Kurangnya Sel Darah Merah dalam Tubuh
Baca juga: Memahami Masalah Gigi Hitam pada Anak Bersama Dokter Gigi drg. R. Ngt. Anastasia Ririen

Dilansir dalam Youtube Tribunnews.com dalam program Malam Minggu Sehat, Dokter, filsuf, ahli gizi komunitas, dr Tan Shot Yen dan Perawat Kesehatan Komunitas UMM, Dr Yoyok Bekti P menjelaskan tentang GTM.
"Banyak orang yang melihat bahwa asupan gizi masyarakat terutama dalam memberikan makan anak-anak sudah menjadi suatu hal yang sangat diperhatikan oleh keluarganya atau orang tuanya," terang dr Tan Shot Yen.
Banyak ibu-ibu di Indonesia yang sudah memahami tentang stunting dan terbebas dari gizi buruk.
Tetapi tidak semua orang memahami tentang teorinya.
GTM adalah isu yang sekarang menjadi perhatian Indonesia bahkan di dunia.
"Di Indonesia, pemerintah kita sudah mencoba untuk membuat sebuah kebijakan dalam bentuk Gerakan Pecepatan Nasional Gizi, ungkap Perawat Kesehatan Komunitas UMM," Dr Yoyok Bekti P.
Masalah gizi sudah menjadi permasalahan pada tingkat dunia.
Baca juga: Pertolongan Pertama yang Harus Dilakukan Untuk Penderita Epilepsi
Baca juga: Mengenal Berbagai Macam Penyakit Kulit dan Cara Mengatasinya
"Pada masa pandemi ini, diprediksi untuk satu tahun pertama ini akan terjadi lonjakan gangguan gizi pada anak, baik itu stunting maupun wasting, baik itu pendek maupun kurus sekitar 14%," ungkap Yoyok Bekti.
"Jadi akan ada pertambahan sekitar 6-7 juta anak di Indonesia yang akan mengalami gangguan gizi."
"Masalah ini berawal dari saat anak mulai yang pilih-pilih makanan, anak mulai menolak makanan, dan anak mulai mengenal makanan baru," terang Yoyok Bekti.
Tentu saja hal ini menjadi masalah yang harus dihadapi oleh banyak keluarga di Indonesia.
"Awalnya ibu hanya mempersepsikan bahwa masalah anak yang sulit makan ini akhirnya membuat ibu menjadi pasrah, putus asa, sehingga tidak punya daya," terang dr Tan Shot Yen.
Baca juga: Mengenal Kelainan Kulit Melasma dan Pemicunya
Baca juga: Mengenal Bercak Putih pada Kulit atau PMH hingga Pengobatannya

Oleh karena itu, ini menjadi hal yang sangat penting untuk kita melakukan investigasi, kira-kira faktor apa yang menjadikan anak-anak mengalami gerakan tutup mulut.
Penyebab gerakan tutup mulut, selain dari intern yaitu anak-anak mulai pilih-pilih makanan baru, berikut faktor-faktor lain yang mempengaruhi anak-anak melakukan GTM:
- Orang tau perlu memahami bahwa memberi makan anak, orang tua juga perlu belajar tidak hanya mengandalkan insting saja.
Tidak jarang ibu-ibu mulai bingung memberikan makan kepada anaknya ketika anaknya mulai memasuki usia 6 bulan.
"Memberi makan kepada anak dimulai dari memberikan makan tunggal atau memberi makan buah," terang dr Tan Shot Yen.
Pemberian makan berupa buah merupakan suatu pengenalan makanan kepada anak.
Baca juga: Apakah Menstruasi dan Mimpi Basah Tanda Awal dari Pubertas pada Anak?
Baca juga: Pubertas Dini pada Anak, Apakah Normal Terjadi atau Tidak?
"Setelah pemberian makan tunggal selama seminggu, anak-anak bisa diberikan makan empat bintang," lanjut dr Tan Shot Yen.
Pengenalan makan empat bintang pada anak dimulai dari pengenalan karbohidrat, protein hewani, protein nabati, sayur dan buah.
"Banyak orang tua yang berfikir bahwa anaknya makan tidak sesuai dengan rasa makanannya, padahal anak makan sesuai dengan cara mereka sendiri," terang dr Tan Shot Yen.
Baca juga: Mengatasi Trauma Anak Terhadap Dokter Gigi Bersama Dokter Gigi drg. R. Ngt. Anastasia Ririen
Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini Menurut drg Nodika Herda
"Sehingga banyak orang tua yang melakukan berbagai hal seperti memberikan gula, penyedap, dan bumbu aromatik pada makanan si kecil," lanjut dr Tan Shot Yen.
"Yang menjadi masalah pada hal ini, banyak orang tua yang tidak sadar jika seorang anak yang tidak doyan makan belum tentu karena rasanya tetapi banyak faktor yang menyebabkan anak tidak doyan makan," ungkap dr Tan Shot Yen.
Sehingga pada fase ini, anak membutuhkan sensasi untuk belajar dalam memahami makanan.
Baca juga: Berikut Pencegahan dan Penanganan Stunting pada Anak
Baca juga: Ciri-ciri Skoliosis pada Anak yang Perlu Diwaspadai, Perhatikan Ketinggian Kedua Pinggul
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/Irma Rahmasari)