TRIBUNHEALTH.COM - Sering kali para orang tua jika mau membawa anak ke dokter gigi tidak semudah mengajak anak jalan-jalan.
Padahal para ahli menganjurkan orang tua untuk membawa anak-anak ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
Tidak hanya anak-anak, orang dewasa juga dianjurkan untuk ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.
Trauma pada anak-anak terjadi akibat dari kondisi lingkungan atau pengaruh lingkungan.
Keluarga menjadi peran yang besar terhadap trauma yang dialami oleh anak untuk pergi ke dokter gigi.
Baca juga: Tips Menjaga Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini Menurut drg Nodika Herda
Baca juga: Apakah Normal Jika Tumbuh Gigi Geraham di Usia Dewasa? Begini Penjelasan drg. Citra Paramita

Karena itu, cara berpikir terkait kesehatan gigi dan mulut perlu di bangun dengan tepat.
"Karena kesadaran ini yang akan menjadikan keluarga menyiapkan seluruh anggota keluarga untuk dapat siap menyiapkan protokol kesehatan terkait gigi dan mulut," ungkap drg. R. Ngt. Anastasia Ririen.
"Sekitar 6%-19% dari populasi trauma terhadap perawatan gigi," lanjutnya.
"Sementara dalam lingkup perkembangan, trauma yang terjadi sebanyak 51% di mulai dari anak-anak," terang drg. R. Ngt. Anastasia Ririen.
Hal ini dapat diketahui bahwa pola pendidikan kesehatan dari keluarga sangat penting.
Agar anak siap melakukan perawatan kesehatan pada gigi dan mulut.
Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Sakit Gigi Saat Bulan Puasa? Simak Tips Berikut Ini
Baca juga: Gigi Kuning, Apakah Bahaya Atau Tidak? Simak Penjelasan Dokter Berikut Ini
"Pendidikan dan pengenalan tentang kesehatan gigi tidak hanya setelah anak-anak siap untuk dirawat dokter gigi," lanjut drg. R. Ngt. Anastasia Ririen.
"Tetapi bahkan sejak anak masih dalam kandungan."
Artinya dalam hal ini, mindset orang tua memiliki proses yang sangat besar untuk pendidikan anaknya.
"Begitu anak hadir, seharusnya setiap orang tua sudah bisa mengatur mindset anaknya agar sejak awal semua yang dikomunikasikannya tepat," lanjut drg. R. Ngt. Anastasia Ririen.
"Anak dapat dibawa ke dokter gigi bisa sedini mungkin, bahkan bayipun tidak apa-apa," terang drg. R. Ngt. Anastasia Ririen.
Baca juga: Apa Impaksi Gigi Bisa Terjadi di Gigi Atas dan Gigi Bawah? Simak Penjelasan Dokter
Baca juga: Mengenal Impaksi Gigi, Apakah Harus Dicabut Atau Tidak? Simak Ulasan Dokter

"Sehingga memori anak, apa yang dia lihat, apa yang dia rasakan bisa terbawa seumur hidupnya," lanjutnya.
"Ketika orang tua melakukan perawatan gigi dalam 6 bulan sekali, orang tua bisa mengajak anaknya yang masih balita untuk melakukan pengenalan terhadap dokter gigi," ungkap drg. R. Ngt. Anastasia Ririen.
Rata-rata kejadian trauma yang sering berasal dari rumah.
Sebagian besar trauma pada anak saat ke dokter gigi dipengaruhi oleh cara pandang keluarga terkait perawatan dokter gigi.
Apabila trauma sudah terjadi, kerja sama antara dokter dan keluarga adalah hal yang sangat penting.
Tetapi ketika trauma belum terjadi, maka edukasi dari keluarga tentang kesehatan gigi harus dilakukan dengan baik.
Baca juga: Tips Mencegah Gigi Berlubang pada Anak Sejak Dini, Simak Penjelasan Dokter Berikut
Baca juga: Bagaimana Cara Mengatasi Sakit Gigi Saat Bulan Puasa? Simak Tips Berikut Ini
Trauma anak terhadap dokter gigi bisa terjadi karena beberapa hal:
- Pola didik keluarga
- Pengalaman si kecil sendiri terkait perawataan yang pernah si kecil alami
- Hal-hal yang tidak mudah dijelaskan kepada si kecil
Penangan trauma ini bisa dilakukan oleh dokter dan tergantung dari apa pemicu terjadinya trauma pada si kecil.
Pendidikan yang menakuti anak seperti, jika tidak sikat gigi nanti harus periksa ke dokter adalah hal yang tidak tepat.
Karena hal tersebut menimbulkan ketakutan dan trauma kepada anak mengenai dokter gigi.
Baca juga: Ini Cara Memijat Gusi dan Manfaatnya pada Kebersihan Gigi
Baca juga: Apakah Makan Panas dan Minum Dingin Benar-benar Bisa Sebabkan Gigi Sensitif?
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/Irma Rahmasari)