TRIBUNHEALTH.COM - Belakangan ini beredar informasi mengenai seorang artis yang membagikan tips diet tanpa konsumsi sayur.
Hal itu ramai menjadi perbincangan dari berbagai kalangan masyarakat Indonesia.
Lantas diet tanpa mengonsumsi sayur apakah berbahaya?
Dokter ahli gizi komunitas dr Tan Shot Yen memberikan penjelasan.
Baca juga: Bahaya, Perempuan yang Gemuk di Bagian Pinggang Bisa Indikasikan Penyakit Ini
Baca juga: Suplemen Bukan Obat untuk Tingkatkan Imunitas, Dokter: Berbahaya Jika Kelebihan
Ia mengatakan diet tanpa sayur merupakan hal yang sangat berbahaya.
"Sangat berbahaya sekali. karena kita bisa melihat bahwa orang ini kalau memang ngomongnya kayak gitu, maka dia akan mengguncang paradigma gizi seimbang." ujar Tan dikutip dari tayangan kanal YouTube Tribunnews.com yang bertajuk "Malam Minggu Sehat" pada Sabtu (13/3/2021).
Diketahui gisi seimbang itu dianalogikan seperti setiap orang yang mengonsumsi makanan dari beragam jenis, dengan salah satu komponennya yaitu sayur.
Oleh karena itu, kata Tan, ia menyayangkan adanya pernyataan dari salah seorang artis yang membagikan tips diet tanpa mengonsumsi sayur.
Tan berujar pernyataan dari sang artis tersebut dapat memperburuk kondisi pengetahuan dan kebiasaan masyarakat indonesia mengenai penerapan pola makan yang tepat.
"Sedih banget kalau ini diucapkan sama orang yang katanya ilfluencer the people tapi faktanya malah semakin memperparah kondisi kita," tandasnya.
Dirinya mengatakan, diet tanpa sayur bisa menjadi masalah besar.
Pasalnya setiap orang itu harus makan sesuai dengan kebutuhan kalorinya masing-masing.
"Kalau tidak makan sayur lalu apa yang akan dia makan? dan jumlahnya berapa?."
"Manusia itu pada dasarnya hidup harus sesuai dengan kebutuhan kalorinya," ungkapnya.
Sebagai informasi, Tan menyebut seseorang harus mendapatkan minimal 1000-1500 kalori.
Hal itu berdasarkan kegiatan yang rata-rata dilakukan oleh setiap orang pada setiap harinya.
"Kalau kita diatas ranjang nggak melakukan apapun itu paling tidak satu hari minimal harus ada sekitar 900-1000 kilo kalori."
"Apalagi kalau anda harus mikir, kerja, dan melakukan hal lainnya minimal 1000-1500 anda harus masukan kalori," sambungnya.
Selanjutnya Tan menerangkan mengenai pola makan yang sehat yang sebaiknya diterapkan oleh masyarakat.
Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh Tan, pola makan yang sehat itu merupakan suatu gaya hidup yang bisa diterapkan oleh tubuh dalam berbagai usia sehingga tidka merugikan tubuh.
"Pola makan yang sehat itu sebetulnya adalah sesuatu gaya hidup. Pola makan yang kalau umur kita mencapai 100 tahun, kita masih bisa melakoninya."
"Karena itu merupakan suatu gaya hidup dan pola makan yang incorporated. Sudah menyatu ke dalam badan kita."
"Seperti kalau kita nggak makan kayaknya gacukup dan ada sesuatu yang kurang," sambungnya.
Baca juga: Siapa Sangka, di Balik Rasa yang Enak, Makanan Ultra Proses Ternyata Punya Sifat Adiktif
Baca juga: Jangan Lebih, Ini Penjelasan Dokter Soal Batas Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak dalam Sehari
Baca juga: Apa Itu Diet? Inilah Penjelasan Sebenarnya Serta Pandangan Dokter Mengenai Diet Tanpa Sayur
Pentingnya Makan Sayur
Tan menjabarkan sayur menjadi dua. Yaitu serat larut dan tidak larut.
Serat larut ini didapat dari bahan baku prebiotik yang menghasilkan probiotik.
Probiotik merupakan kuman sehat yang ada pada usus.
Sehingga apabila kuman sehat tersebut tidak hidup dalam jumlah yang cukup maka akan diambil alih oleh kuman yang tidak baik itu.
Oleh sebab itu, bagi setiap orang yang kurang mengonsumsi sayur maka akan mudah terkena diare dan sembelit.
Sementara, bagi orang yang mengonsumsi sayur, orang tersebut cenderung sulit untuk merasakan lapar.
"Sayur seretnya tinggi, dicerna lambat, rasa lapar tidak mudah muncul."
"jadi orang-orang yang biasa makan sayur itu bisa mengendalikan nafsu makannya dengan baik," ungkap Tan.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)