TRIBUNHEALTH.COM - Banyak orang yang menilai suplemen sebagai obat untuk meningkatkan imunitas.
Tapi apakah benar demikian?
Menjawab persoalan itu, dokter ahli gizi dr Tan Shot Yen tegas menjawab tidak benar.
"Nah kalau seandainya berasa anda lebih segar segala macam, bisa jadi itu sugesti. Hati-hati, sugesti ya."
"Itu yang pertama. Yang kedua, nah yang kita takutkan sekarang adalah banyak publik nih banyak awam lalu main dokter-dokteran. Nah dia tidak mengetahui badan dia sebetulnya butuh berapa banyak."
"Sementara yang dijual di pasaran itujor-joran ratusan, ribuan, miligramnya nya seperti itu itungannya. 500, 100 dan sebagainya."
Padahal vitamin-vitamin yang larut dalam air akan dibuang melalui urine jika kebanyakan.
Baca juga: Mengenal 4 Derajat Ereksi Pria dari Sudut Pandang Medis, Paling Top Seperti Mentimun

Hal itu menjadikan uang yang dikeluarkan untuk membeli suplemen hanya sia-sia jika melebihi kebutuhan.
Yang lebih berbahaya adalah mengkonsumsi vitamin yang larut dalam lemak dalam jumlah berlebih.
"Nah yang lebih repot adalah vitamin yang larut dalam lemak, A, D, E, dan K."
Jika asupan vitamin tersebut kelebihan, maka akan ditimbun dalam lemak.
"Itu sebabnya A, D, E, K itu ga bisa main-main."
Orang Sehat Tak Perlu Suplemen

Baca juga: Tips Dokter Biar Perut Tak Begah Saat Buka Puasa Ramadhan, Jangan Langsung Makan Besar
Baca juga: Medical Sexologist Bagikan Tips Hentikan Kebiasaan Onani, Benar-benar Bisa Sebabkan Ejakulasi Dini?
Diberitakan sebelumnya, orang sehat dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan gizi dari makanan sehari-hari.
Hal itu dikatakan dr Tan Shot Yen dalam program Malam Minggu Sehat, yang tayang di YouTube Tribunnews.com.
dr Tan tak menampik suplemen diperlukan apa bila kebutuhannya memang kurang.
"(Suplemen) artinya sesuatu yang kita tambahkan sesuatu yang kita imbuhkan, karena apa? Karena kebutuhannya kurang."
Kendati demikian, pemahaman terkait suplemen ini terkadang menjadi salah kaprah karena simpang siurnya informasi.
Nah yang menjadi menarik adalah suplementasi ini menjadi barang-barang seksi ini, barang yang amat laris manis ya di zaman pandemi."
"Karena apa? Karena ya banyak informasi simpang-siur gitu loh, tandasnya."

Dia menegaskan, vitamin bukanlah sebuah vaksin.
Sekali pun rajin minum vitamin, tidak serta merta terhindar dari penyakit tertentu, tak terkecuali Covid-19.
"Kayaknya orang kalau nggak minum vitamin zaman sekarang, kayaknya enggak pede gitu ya."
"Nah sebaliknya ada yang bahaya nih. Anda minum vitamin lalu anda merasa gaga,h lalu badannya dites.
"Nah ini dia, dites. Karena vitamin itu bukan vaksin lo ya, jadi jangan berasa gagah."
Maka tak bijaksana jika merasa sehat dan kuat hanya karena minum vitamin sebagai suplemen.
"Nah banyak orang lalu mengatakan bahwa kalau saya udah minum vitamin maka saya menjadi lebih kuat."
"Kalau menurut hemat saya, itu adalah suatu keputusan yang sangat tidak bijaksana ya."
Sejatinya, vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh bisa terpenuhi dengan asupan makanan yang tepat sesuai kebutuhan.
"Jadi vitamin itu bukan makanan, tolong diingat ya. Jadi badan kita itu mengenalnya mengenal makanan, bukan mengenal vitamin tolong ya."
"Jadi kalau seandainya disebutkan kita butuh sekian, itu karena yang kita bisa ambil dari makanan yang kita makan sehar-hari."
"Dalam ilmu kedokteran kita mengenal istilah adjuvant, yang artinya ini adalah suatu imbuhan yang kalau dalam proses pengobatan dan pemulihan, maka dokter akan meresepkan."
"Sekali lagi meresepkan karena memang orang ini butuh di dipercepat proses kesembuhannya."
"Ya seperti misalnya nih pada anak-anak yang sering terkena penyakit gastroenteritis. Bolak-balik diare, bolak-balik perutnya nggak sehat, ususnya ngga sehat, barangkali suplementasi zinc itu sering diberikan oleh diberikan oleh dokter."
"Tetapi karena pemulihan dari sel-sel usus itu tentu akan menjadi lebih baik kalau seandainya kita berikan suplementasi zinc,"tandasnya.
(TribunHealth.com/Ahmad Nur Rosikin)