TRIBUNHEALTH.COM - Berikut tips aman mengenalkan alergen pada anak menurut para ahli.
Siapapun bisa mengalami alergi makanan dan tidak bergantung pada riwayat keluarga.
Sebaiknya alergen diperkenalkan sejak dini dalam kehidupan anak, karena dalam beberapa kasus, hal itu bisa membantu mencegah alergi di kemudian hari atau mengungkap rekasi parah yang sebaiknya dideteksi sejak dini.

Baca juga: ASI Ekslusif Berkualitas: Peran Pola Makan Ibu yang Tak Boleh Diabaikan
Melansir Eat This Not That, berikut kiat dan trik mengenalkan alergen dengan aman, bendar dan efektif kepada anak:
1. Perkenalkan "Makanan yang Membuat Khawatir" Sejak Dini
Makanan yang bisa menyebabkan reaksi alergi ialah makanan yang mengandung telur, susu, kedelai, gandum, kacang tanah, ikan (terutama kerang), kadang bahkan biji wijen.
Berbagai penelitian dan ulasan telah menemukan bahwa mengenalkan alergen pada bayi di awal tahu n pertama (4-6 bulan) bisa mencegah perkembangan alergi terhadap makanan seiring dengan pertumbuhan anak.
2. Tunggu Sampai Bayi Siap Makan Makanan Padat
"Kita harus mempertimbangkan kemampuan bayi untuk makan makanan padat," jelas Dr. Sicherer.
Ketika anak sudah siap untuk makan makanan padat, tentunya makanan tersebut harus disajikan dalam bentuk yang aman, yakni berupa pasta, saus, bubur dan potongan-potongan kecil yang tidak perlu dikunyah (bagi sebagian anak yang belajar dengan cepat).
Baca juga: Dokter Hans, Umumnya Ruam Popok Bisa Sembuh dalam Waktu Berapa Lama?
3. Perhatikan Tanda-tanda Bayi Mungkin Memiliki Alergi
Saat mulai memasukkan daftar alergen ke dalam pola makan anak, orangtua harus menyadari reaksi alergi terhadap makanan yang baru dialami.
Hal ini penting diperhatikan karena ada reaksi ringan dan berat terkait dengan alergi makanan.
"Hal yang dialami bayi dan membuat Anda berpikir bahwa mereka mungkin memiliki alergi adalah memiliki ruam kulit yang disebut eksim atau dermatitis atopik," kata Dr. Sicherer.
Ruam dan gatal mungkin muncul di wajah, lengan, kaki, dada, dan/atau punggung bayi.
Seringkali gejala alergi berkaitan dengan pencernaan dan terlihat dalam waktu singkat setelah bayi mengonsumsi makanan tersebut.
Gejala lain yang dialami seperti diare atau darah dalam tinja, gatal-gatal, muntah, ruam, dan pembengkakan.
Pada kasus parah, anak mungkin mengalami kesulitan bernapas, batuk atau mengi, maupun wajah pucat atau membiru.
Menurut Main Street Pediatrics, banyak reaksi parah yang terjadi sekitar 10-15 menit setelah konsumsi makanan, tapi beberapa reaksi ringan mungkin perlu waktu beberapa jam.

Baca juga: 7 Kebutuhan Nutrisi Penting untuk Ibu Hamil, Dukung Pertumbuhan dan Perkembangan Janin
4. Menyajikan Makanan yang Berpotensi Menimbulkan Alergen dengan Cara Kreatif
Sesuatu yang sederhana untuk memulai perkenalan dari keluarga alergen seperti telur, yogurt atau keju lunak.
Trik yang bisa dilakukan ialah mencampur makanan yang mengandung alergen ke dalam makanan, khususnya kenalkan dengan gandum, susu, atau kedelai.
5. Pastikan Anak Memiliki Pola Makan Beragam
Salah satu cara menciptakan pola aman ialah saat kekebalan tubuh lebih menerima makanan.
Dokter dan peneliti semakin yakin bahwa paparan alergen sejak dini, serta semua makanan secaa umum baik untuk pencernaan dan kekebalan tubuh karena anak akan belajar mencerna lebih banyak dengan cara yang normal dan sehat.
Baca juga: Tidak Ada Salep atau Krim Ruam Popok, Apakah Bisa Menggunakan Bahan Alami Dokter Hans?
6. Berinvestasi pada Produk yang Sengaja Dibuat untuk Memperkenalkan Alergen Makanan
Beberapa perusahaan yang memproduksi makanan bayi mengeluarkan produk yang dibuat khusus dengan tujuan memasukkan alergen ke dalam pola makan bayi sedini mungkin, serta menjadikannya bagian dari makanan sehari-hari.
7. Ketahui di Mana Alergen Bersembunyi
Bayi perlu konsumsi ASI atau susu formula sebagai sumber makanan dan nutrisi utama.
Kemudian, setelah anak berusia enam bulan dan mulai makan makanan padat.
Orangtua tak perlu khawatir mengenai makanan alergen yang diberikan pada bayi jika bayi tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda alergi seperti ruam dan gatal mungkin muncul di wajah, lengan, kaki, dada, dan/atau punggung bayi.
Gejala lain yang dialami seperti diare atau darah dalam tinja, gatal-gatal, muntah, ruam, dan pembengkakan.
Pada kasus yang parah, anak mungkin mengalami kesulitan bernapas, batuk atau mengi, maupun wajah pucat atau membiru.
Cek Berita dan Artikel lainnya di
Dapatkan Mustela Hydrabebe Body Lotion 500 ml - Lotion Bayi di sini
Mustela Mustela Hydrabebe Body Lotion adalah lotion bayi yang memberikan kelembapan yang lebih tahan lama untuk melindungi dan memperkuat kulit dari kekeringan, kemerahan dan iritasi.
Kandungan:
• Patented Natural Ingredients
• Avocado Perseose®: Berfungsi untuk melindungi, memperkuat, dan menjaga kelembaban kulit bayi
• Jojoba oil: Menambah cadangan lipid dan memperbaiki lapisan kulit
• Shea butter: Menenangkan dan memelihara lapisan kulit agar lembut dan lembap
• Tidak mengandung bahan kimia berbahaya
• Formula hypoallergenic, cocok untuk kulit bayi yang masih sensitif
Manfaat:
• Lotion untuk melembabkan dan menguatkan kulit bayi agar terhindar dari kekeringan, kemerahan dan iritasi
• Memberikan kelembapan yang tahan lama
• Membuat kulit halus, kenyal, dan lembut
• Aman untuk bayi baru lahir
Feedback Texture:
• Tekstur lembut, ringan dan tidak lengket
• Cepat menyerap ke kulit
• Aroma bayi yang lembut khas mustela
Dapatkan Mustela Hydrabebe Body Lotion 500 ml - Lotion Bayi di sini
(TribunHealth.com)