TRIBUNHEALTH.COM - Masalah kesehatan mental atau kesehatan jiwa tidak bisa dipandang sebelah mata.
Jika tidak ditangani, masalah yang timbul bisa menjadi semakin serius dan berdampak pada kehidupan sehari-hari.
Namun ada kalanya orang yang memiliki masalah mental melakukan denial atau penolakan ketika diajak konsultasi psikolog atau psikiater.
Bagaimana keluarga menyikapi hal ini?
Baca juga: Kapan Perlu Konsultasi Psikolog atau Psikiater Terkait Masalah Kesehatan Mental? Ini Jawaban Dokter

Dokter Spesialis Jiwa dr. Taufik Ismail, Sp.KJ pernah menjelaskan hal ini ketika menjadi narasumber program Healthy Talk TribunHealth.com.
Berikut ini penjelasannya dalam kutipan langsung.
“Jadi beberapa kondisi terutama yang gangguan itu cukup berat itu mereka menyangkal mengalami masalah kesehatan jiwa.
Dan menolak ketika disarankan untuk konsultasi kepada dokter kesehatan jiwa atau ke psikolog.
Nah langkah awalnya barangkali keluarga atau teman itu bisa mengajak periksa dulu ke dokter terdekat, tidak harus ke dokter jiwa atau psikiater.
Ke dokter umum dulu, dicek dulu kesehatan fisiknya. Ada engga masalah kesehatan fisik yang barangkali ada kaitannya dengan kesehatan jiwa.
Karena ada beberapa kita menemukan misalnya ada epilepsi itu akan berpengaruh pada kesehatan jiwanya.
Ada misalnya penyakit lupus itu juga bisa menimbulkan gejala seperti depresi.
barangkali tidak langsung ke dokter jiwa atau psikolog, kadang-kadang orang mungkin “oh enggak, saya ngga sakit jiwa” langsung menyangkal.
Ke dokter dulu, periksa kesehatan siapa tahu ada penyakit-penyakit yang perlu ditangani yang bisa dibantu oleh dokter.
Sehingga bertahap saja tidak langsung ke dokter jiwa apabila sekiranya pasien menolak.”
Simak perbincangan dr. Taufik Ismail, Sp.KJ mengenai masalah kesehatan mental pada gen z dalam tayangan YouTube berikut.