TRIBUNHEALTH.COM - Protein penting untuk pertumbuhan otot, meningkatkan kekebalan tubuh, hingga memperbaiki jaringan.
Namun, ternyata tidak semua jenis protein bagus untuk penderita diabetes.
Protein saja memang tidak berdampak signifikan terhadap gula darah, namun dapat memengaruhi reaksi gula darah Anda terhadap karbohidrat.
Salah satu fungsi protein ialah memperlambat pencernaan, yang dapat membantu Anda menghindari lonjakan gula darah.
Meskipun Anda menderita diabetes, tidak perlu menambahkan lebih banyak protein ke dalam makanan Anda.
Baca juga: Khasiat Pare, Sayuran yang Bagus Dikonsumsi Penderita Diabetes, Dapat Turunkan Gula Darah
Sumber protein harus dipilih dengan hati-hati untuk mengelola kondisi Anda dengan baik.
"Bagi penderita diabetes yang memiliki fungsi ginjal normal, mengonsumsi protein harian dalam jumlah sedang hingga tinggi dari rekomendasi harian mungkin bermanfaat," kata Erin Palinski Wade, RD, CDE , ahli diet terdaftar dan penulis 2-Day Diabetes Diet yang dilansir TribunHealth dari Eatingwell.
"Protein memberikan rasa kenyang yang lebih besar setelah makan dibandinngkan karbohidrat, sehingga dapat membantu pengaturan nafsu makan," lanjutnya.
Memilih sumber protein yang tepat untuk diabets dapat membantu mengelola gula darah Anda.
Baca juga: 4 Kebiasaan Ngemil yang Baik untuk Penderita Diabetes, Stabilkan Gula Darah
Sumber Protein yang Baik untuk Penderita Diabetes
Dilansir dari Eatingwell, ADA merekomendasikan penderita diabetes mendapatkan protein dari sumber tanpa lemak yang rendah lemak jenuhnya.
Sumber protein nabati ideal untuk diabetes karena rendah lemak jenuhnya dan tinggi serat.
Serat adalah nutrisi penting yang membantu Anda merasa kenyang lebih lama dan meningkatkan berat badan yang sehat, faktor penting untuk membantu penderita diaebtes tipe 2 mengatur gula darahnya.
Berikut sumber protein terbaik untuk penderita diabetes.
1. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan merupakan salah satu makanan paling sehat dan bergizi.
Kacang-kacangan seperti buncis, lentil, kacang polong, dan kacang tanah kaya akan protein nabati dan serat untuk melindungi kesehatan jantung dan membantu mengatur gula darah.
Sebuah setudi tahun 2018 yang diterbitkan Clinical Nutrition menemukan bahwa sering konsumsi kacang-kacangan dapat memberikan manfaat dalam pencegahan diabetes tipe 2 pada orang lanjut usia dengan risiko kardiovaskular tinggi.
Penelitian lain pada tahun 2012 yang diterbitkan dalam jurnal Archives of Internal Medicine, mengamati bahwa orang dengan diabetes tipe 2 yang rutin makan kacang-kacangan, lentil, dan kacang-kacangan lainnya mengalami peningkatan kontrol glikemik dan penurunan risiko penyakit jantung.
Baca juga: Waktu Makan Terbaik untuk Penderita Diabetes, Dapat Mengelola dan Turunkan Gula Darah
2. Kacang pistachio
Kacang-kacangan dan biji-bijian merupakan sumber protein nabati dan serat yang sangat baik bagi penderita diabetes.
Menurut USDA, dalam satu cangkir kacang pistachio mengandung 25 gram protein yang dapat dimasukkan dalam diet sehat diabetes.
Sebuah penelitian tahun 2021 yang diterbitkan di Nutrients menyimpulkan bahwa makan kacang secara teratur mengurangi risiko sindrom metabolik pada penderita diabetes tipe 1.
"Mengonsumsi 1,5 ons kacang-kacangan seperti pistachio per hari sebagai bagian dari diet rendah lemak jenuh dapat mengurangi risiko penyakit jantung, yang merupakan kabar baik bagi penderita diabetes yang memiliki peningkatan risiko penyakit jantung." kata Wade.
3. Ikan berlemak
"Ikan berlemak seperti salmon dan tuna kaya akan protein tanpa lemak dan asam lemak omega-3," ungkap Wade.
Asam lemak ini dapat membantu mengurangi peradangan, sehingga mengurangi risiko penyakit jantung yang dua kali lebih besar pada penderita diabetes dibandingkan mereka yang tidak menderita penyakit tersebut.
Makan empat porsi ikan berlemak 6 ons setiap minggu juga telah terbukti mengurangi lonjakan gula darah setelah makan.
Baca juga: Konsumsi Makanan Ini Saat Gula Darah Tinggi, Cocok untuk Penderita Diabetes
Sumber Protein Terburuk untuk Penderita Diabetes
Protein sendiri tidak berbahaya bagi penderita diabetes, namun banyak makanan berprotein tinggi, terutama protein hewani yang juga tinggi lemak jenuhnya.
Penelitian tahun 2020 yang dipublikasikan di PLOS Medicine menunjukkan bahwa lemak jenuh dapat menyebabkan resistensi insulin pada penderita diabetes.
Sedangkan lemak tak jenuh dapat meningkatkan sensitivitas insulin.
Berikut beberapa makanan berprotein tinggi dan tinggi lemak jenuh yang buruk dan harus dihindari penderita diabetes.
1. Daging olahan
Daging olahan seperti bacon, sosis, pepperoni, daging sapi panggang, dan bolognese mengandung lemak jenuh dalam jumlah tinggi yang dapat menyebabkan peradangan.
Penelitian tahun 2020 yang diterbitkan di Diabetes Care, menunjukkan bahwa makan daging olahan meningkatkan risiko diabetes tipe 2, penyakit jantung, dan kanker kolorektal.
Selain itu, beberapa bahan pengawet, bahan tambahan, dan proses bahan kimia yang ditambahkan ke daging olahan selama proses produksi berpotensi menyebabkan penyakit.
Baca juga: 4 Kebiasaan Baik di Pagi Hari untuk Penderita Diabetes, Dapat Turunkan Lonjakan Gula Darah
2. Daging merah
Daging merah ialah makanan berprotein tinggi lainnya yang sebaiknya dimakan oleh penderita diabetes dalam jumlah rendah.
Meski tinggi protein, daging merah seperti daging sapi, babi, dan domba memiliki kandungan lemak jenuh yang lebih tinggi.
Menurut publikasi tahun 2019 di BMJ, karena kandungan lemak jenuhnya yang tinggi, daging merah dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes, penyakit jantung, stroke, dan kanker tertentu.
3. Produk susu tinggi lemak
Meskipun produk susu tinggi lemak bisa menjadi pilihan yang sehat bagi banyak orang, tetapi penderita diabetes harus lebih berhati-hati karena kandungan lemak jenuhnya.
Asupan lemak jenuh yang tinggi dapat meningkatkan kaadar kolesterol LDL dan risiko penyakit jantung, terutama pada penderita diabetes.
Baca juga: Rutin Makan Buncis Bisa Turunkan Gula Darah, Bagus untuk Diabetes dan Begini Cara Mengolahnya
Berikut ini terdapat produk yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh, klik di sini untuk mendapatkannya.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/IR)