TRIBUNHEALTH.COM - Ahli Gizi Carrisa Wityadarda,M.Kes menjelaskan aturan defisit kalori yang tepat.
Diet defisit kalori artinya adalah mengatur pola makanan dengan mengurangi asupan kalori harian.
Dalam pelaksanaanya, sebelum menjalani defisit kalori sebaiknya lakukan perhitungan BMR (Basal Metabolic Rate).
Baca juga: Kekurangan Zat Gizi Tertentu Selama Kehamilan Diyakini Berisiko Melahirkan Anak dengan Bibir Sumbing
BMR merupakan jumlah angka yang tubuh butuhkan untuk menjalanmi keseharian.
Lakukan diet defisit kalori mendekati angka BMR.
Untuk menjaga kesehatan tubuh, klik disini
"Misalnya kita dietnya di 1650 dan pas di BMR 1600 atau dietnya 1500. Nah itu menunjukkan defisit kalori (di bawah)," jelas Carrisa dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.
Walau begitu, jangan mencoba-coba untuk melakukan diet jauh di bawah angka BMR kecuali dari pengawasan dokter.
Karena berisiko membuat basal tubuh menjadi menurun.
Atur Pola Makan
Dalam mengonsumsi makanan sehari-hari, sebaiknya untuk memahami kebutuhan tubuh.
Kebutuhan ini harus diurai dengan sejumlah porsi yang cukup, antara lain:
- Kebutuhan kalori
Baca juga: Jangan Sembarang Makan Keripik Singkong, Pertimbangkan Kalorinya yang Bisa Mengganggu Diet
- Kebutuhan lemak
- Kebutuhan protein
- Kebutuhan cairan
- dan kebutuhan mineral.
Jika sudah diketahui, maka perlu dilakukan pembagian agar seimbang.
Dengan demikian, dapat disesuaikan dengan kebiasaan sehari-hari.
Baca juga: Plasma Darah Mengandung Banyak Protein, Growth Factor, dan Bahan Lain untuk Meregenerasi Kulit
"Misalnya sebelum konsultasi senang nasi goreng setiap pagi, setelah konsultasi akan dikasi tahu kandungan kalori pada nasi dengan takaran 100 gram adalah 175 kalori, minyak."
"Untuk menghambat kalori yang berlebihan itu kita kasih sayur dan tambahkan lauk yang jangan digoreng," terang Carrisa.
Pembagian porsi makan di atas perlu disesuaikan dengan prinsip "Isi Piringku".
Yakni:
- Setengah terisi serat
- Seperempat karbohidrat kompleks
- dan seperempatnya protein.
Nasi Tak Membuat Obesitas
Obesitas merupakan istilah lain dari penyebutan berat badan berlebih.
Baca juga: Faktor Pemicu Obesitas pada Remaja: Gaya Hidup dan Malas Gerak
Kondisi ini sering dikaitkan karena gaya hidup yang tidak sehat utamanya konsumsi karbohidrat berlebihan.
Carissa pun juga membenarkan anggapan tersebut.
"Karena segala sesuatu yang berlebihan tentu membuat energi terlalu banyak masuk," ucapnya.
Namun jika konsumsi karbohidrat tidak berlebihan, sesuai dengan kebutuhannya masing-masing tentu tidak akan membuat gemuk.
Jadi jangan menghindari makan nasi karena khawatir membuat berat badan berlebih.
Nasi merupakan kategori karbohidrat kompleks yang memiliki serat dan dapat diolah dengan baik oleh tubuh sehingga menghasilkan energi. Sehingga memiliki banyak manfaat untuk tubuh.
Kandungan gula pada nasi membuat beberapa orang merasa harus membatasi bahkan menghindari konsumsi nasi.
Baca juga: Percepat Penurunan Stunting, Pemerintah Cangangkan Gerakan Penimbangan Bulanan Nasional Terintegrasi
"Nasi memiliki glikemik indeks yang kategorinya medium, kalau kebanyakan bisa menyebabkan gemuk," jelas Carrisa.
Jika berkeinginan untuk menjalani diet tanpa konsumsi nasi, maka sebaiknya harus konsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau ahli gizi.
Dengan begitu diet akan disesuaikan dengan kondisi tubuh.
Konsumsi nasi dengan suhu ruang cenderung lebih baik untuk disantap.
Namun apabila sudah bosan dengan nasi dingin, lebih baik dampingi dengan konsumsi serat dan protein.
"Serat dan protein sangat perlu dikonsumsi berdampingan dengan nasi, karena serat dapat menghambat penyerapan dari karbohidrat," ucap Carrisa.
Baca juga: Rupanya Seperti Ini Makanan yang Disajikan ketika Seseorang Menjalankan Diet Rumah Sakit
Penjelasan Ahli Gizi Carrisa Wityadarda,M.Kes ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)