TRIBUNHEALTH.COM - Sudah tahukah sobat sehat mengenai masalah Obsessive compulsive disorder (OCD) ?
Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah bentuk masalah kesehatan mental yang membuat penderitanya memiliki pemikiran dan dorongan yang tidak bisa dikontrol yang sifatnya berulang atau obsesi serta munculnya perilaku atau kompulsif.
Definisi Obsessive compulsive disorder (OCD)
Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ menerangkan jika terdapat kata penting, yaitu obsesi dan kompulsif.
"Jadi OCD ini bisa dibilang gambarannya secara umum adalah sebuah gangguan yang mana ditandai dengan adanya sebuah pikiran yang berlebihan," terang Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
"Kalau pikiran berlebihan di sini kita sebutnya obsessive dan kemudian pikiran yang berlebihan tersebut menyebabkan terjadinya gangguan perilaku yang repetitif atau berulang-ulang atau yang disebut dengan kompulsif," jelas Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
Menurutnya, kondisi obessesive compulsive disorder (OCD) terbagi menjadi dua kata kunci, yaitu pikiran yang berlebihan.
Baca juga: Tidur dengan Radiasi yang Tinggi Memengaruhi Kualitas Tidur, Dokter Imbau untuk Tidur Selama 6-8 Jam

Baca juga: Pentingnya Ibu Hamil Mengonsumsi Susu, dr. Rosmini: Agar Melahirkan Generasi Jauh dari Stunting
Dalam hal ini bisa menjadi suatu bentuk kecemasan, sebuah bentuk phobia, atau bentukan pikiran berlebih lainnya kemudian disertai dengan terjadinya gangguan perilaku yang repetitif atau berulang-ulang yang disebut dengan kompulsif.
Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ membenarkan jika Obsessive compulsive disorder (OCD) merupakan salah satu gangguan kejiwaan dan termasuk gangguan perilaku.
Penyebab seseorang mengalami Obsessive compulsive disorder (OCD)
Berdasarkan penuturan Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ pemicu terjadinya OCD bisa disebabkan faktor eksternal maupun faktor internal.
"Yang kalau kita bicara gangguan kejiwaan yang dari stressornya adalah faktor eksternal atau faktor internal," sambungnya.
"Contoh misalnya salah satu pemicu yang paling sering di luar dari faktor internal seseorang adalah misalnya sebuah pola asuh yang otoriter," timpal dr. Hary.
"Misalnya kondisi yang penuh dengan tekanan, kondisi yang penuh dengan keteraturan, tuntutan yang besar, atau kita sebutnya dengan otoritas atau otoriter," lanjut Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ.
"Kemudian adanya sebuah dilain pihak mungkin ada juga sebuah kondisi yang tidak struktur. Tidak terstruktur dalam artian semua hal-hal yang terjadi, kemungkinan-kemungkinan terjadi benar-benar affordable. Itu juga dapat memicu terjadinya sebuah pemikiran berlebihan, kemudian adanya sebuah tuntutan akan sebuah hubungan yang keintiman yang lebih ataupun hubungan dekat antar interpersonal," pungkasnya.
Baca juga: Ini Cara Alami Mencegah Munculnya Kerutan Menurut Pemaparan Praktisi Anti-Aging dan Kecantikan

Baca juga: Manfaat Minuman Berkolagen Memang Bagus, Namun jika Mengandung Banyak Perisa Dampaknya Tak Baik
Kondisi-kondisi tersebut secara eksternal dari seseorang bisa menyebabkan terjadinya gangguan obssesive.
Terlepas dari hal tersebut, ada ciri-ciri perilaku dari sisi internal seseorang yang bisa menyebabkan terjadinya gangguan perilaku OCD.
"Misalnya seorang pekerja keras yang punya karakter keras kepala, kemudian tuntutannya besar, kemudian teraplikasi dalam bentuk petaholik kemudian kondisi-kondisi yang menyebabkan seseorang itu dependent (bergantung) terhadap seseorang," paparnya.
"Contoh misalnya ada seorang anak usia remaja ataupun seorang dewasa muda itu dari kecil memang cukup dependent (bergantung) dengan sosok tertentu dalam lingkungan sosialnya ataupun juga orang-orang yang posesif, yang terlalu banyak aturan menuntut yang dipegang secara berlebihan," ucap dr. Hary.
Kondisi-kondisi inilah yang terkadang menyebabkan gangguan lebih lanjut pada seseorang adalah mengganggu aktivitas produktifnya atau bisa sampai menunda pekerjaan.
Sehingga ia seperti tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya karena skema yang tidak terstruktur.
Baca juga: dr. Dina Fatmasari, Sp.DV Paparkan Komplikasi yang Dapat Terjadi Akibat Penyakit Cacar Air

Baca juga: Tips dari Psikolog dalam Mengelola Stres agar Tidak Memberat, Bisa Dilakukan Remaja
Klik di sini untuk mendapatkan referensi buku untuk meningkatkan kemampuan kita.
Baca juga: Meski Memiliki Masalah Tulang, Penderita Osteoporosis Tetap Butuh Olahraga
Penjelasan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Mayor Kes dr. Hary Purwono, Sp.KJ dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Health program Healthy Talk edisi 17 September 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.