TRIBUNHEALTH.COM - Stunting merupakan gangguan kronik dari perkembangan anak yang ditandai dengan panjang badan dan tinggi badan mengalami deviasi minus 2 dari standar kurva WHO.
Hal ini bisa dilihat pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2020 tentang Antropometri Anak.
Standar Antropometri Anak adalah kumpulan daya tentang ukuran, proporsi, komposisi tubuh sebagai rujukan untuk menilai status gizi dan tren pertumbuhan anak.
Stunting menjadi salah satu penyebab tinggi badan anak terhambat, sehingga lebih rendah dibandingkan anak-anak seusianya.
Baca juga: Tubuh yang Terlalu Kurus atau Gemuk Tidak Baik untuk Kesehatan, Indeks Massa Tubuh Harus Ideal
Baca juga: Penurunan Berat Badan yang Drastis Bisa Menimbulkan Keriput, jadi Harus Secara Perlahan
"Jadi memang stunting menjadi prioritas untuk saat ini di mana kita ketahui bahwa pada tahun 2020 itu nasional sebesar 27,4 persen dan pada tahun 2023 ini ada peningkatan, ada perbaikan menjadi 24,2 persen. Dari 27,4 persen menjadi 24,2%," terang dr. Hj. Rosmini Pandin, MARS.
Pernyataan ini disampaikan oleh dr. Hj. Rosmini Pandin, MARS yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Timur program Ngobrol Sehat edisi 30 Januari 2023.
"Alhamdulillah sebenarnya ini cukup baik karena di tahun 2019 itu 30,6% dan meningkat di tahun 2021 27,4% dan di 2022 hasilnya adalah 27,2%," sambung dr. Hj. Rosmini Pandin, MARS.
Berdasarkan penuturan dr. Hj. Rosmini Pandin, MARS kasus stunting di Indonesia saat ini mengalami penurunan.
Meskipun kasus stunting di Indonesia menunjukkan penurunan, tetap saja ini menjadi tugas bersama dalam upaya mengurangi kasus stunting di Indonesia.
Pasalnya nutrisi ibu hamil yang kurang berpotensi melahirkan bayi yang menyandang status stunting.
Baca juga: dr. Theressia Handayani Sampaikan jika Kerutan Terbagi Menjadi 2 Jenis, Kerutan Statis dan Dinamis
Baca juga: Penanganan yang Bisa Dilakukan Orangtua saat Deteksi Stres pada Anak, Ikuti Saran Psikolog Berikut
dr. Hj. Rosmini Pandin, MARS membenarkan jika terpenuhinya nutrisi selama masa kehamilan sangat berpengaruh pada kondisi janin.
"Di masa kehamilan itu, justru di 1.000 hari pertama sangat berperan penting ketika ibunya tidak mendapatkan asupan tentunya dia akan menjadi bumil yang kurang protein di mana ketika itu terjadi maka tentunya perkembangan bayinya akan menjadi terganggu juga untuk dirinya dan bayinya," jelas dr. Hj. Rosmini Pandin, MARS.
Kekurangan asupan yang bergizi selama kehamilan bisa meningkatkan risiko anak mengalami stunting.
Oleh karena itu, ketika wanita hamil wajib mengonsumsi gizi yang ADEKUAT.
Apabila hal ini tidak dilakukan maka ibu hamil akan kekurangan energi, kalori dan protein.
dr. Hj. Rosmini Pandin, MARS tegaskan jika dampak yang terjadi apabila tidak terpenuhi gizi tersebut maka anak yang dilahirkan akan mengalami stunting.
Baca juga: dr. Wachyudi Muchsin Bagikan 3 Tips untuk Menghadapi Musim Pancaroba Agar Tubuh Tidak Mudah Sakit
Baca juga: dr. Rahmilasari, Sp.DV Paparkan Alasan Rosacea Kerap Terjadi pada Perempuan hingga Tipe Rosacea
Sobat sehat perlu ingat bahwa ibu hamil harus menjaga asupan gizinya.
Klik di sini untuk mendapatkan panduan dalam upaya mencegah anak lahir dengan kondisi stunting.
Baca juga: Anak Usia 2 hingga 3 Tahun di Indonesia Banyak Alami Stunting, Jokowi: Intervensi Masa Kritis Balita
Penjelasan dr. Hj. Rosmini Pandin, MARS dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribun Timur program Ngobrol Sehat edisi 30 Januari 2023.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.