TRIBUNHEALTH.COM - Infeksi pada vagina bisa disebabkan oleh virus, bakteri, parasit dan jamur.
dr. H. Teuku Mirza menyampaikan, sebenarnya vagina sudah diciptakan dengan sistim pertahanan yang alami.
Hanya saja kaum perempuan sering aneh-aneh, misalnya menggunakan pencuci vagina.
Mengapa perempuan sering menggunakan pencuci vagina?
dr. H. Teuku Mirza juga mengatakan, kadang-kadang perempuan ingin memuaskan suami dan hal tersebut adalah salah.
Seksual adalah kebutuhan bersama, bukan memuaskan suami.
Baca juga: 6 Penyebab Vagina Gatal, Mulai dari Jamur hingga Infeksi Menular Seksual
Karena ingin memuaskan suami, maka perempuan menggunakan cairan pencuci vagina.
Jika diibaratkan baju yang dicuci setiap hari, maka semakin lama warnanya akan kusam dan semakin tipis serat kainnya.
Sama seperti vagina, apabila sering dicuci menggunakan cairan pembersih vagina maka sel-selnya akan tipis dan sistim pertahanannya tidak ada.
Apabila buang air kecil di tempat umum maupun berhubungan suami istri, virus akan mudah sekali masuk.
dr. H. Teuku Mirza mengatakan, virus pada wanita normal mungkin ada tetapi belum tentu kanker serviks.
Jika perempuan memiliki virus dan mulut rahim terdapat luka, maka virus tersebut akan masuk.
Baca juga: Vagina Kering, Hasrat Seks Menurun dan Tubuh Tak Bugar Bisa Diatasi dengan Perbaikan Hormon Estrogen
Oleh sebab itu sekarang terdapat vaksin pencegahan untuk kanker serviks.
Maksudnya, jika mulut rahim luka dan terdapat virus maka serviks akan ditamengi oleh vaksin.
dr. H. Teuku Mirza juga menjelaskan bahwa aksesoris seks bukanlah masalah dan boleh digunakan, tetapi jangan sampai mencari yang bisa mencederai mulut rahim.
Sebagai wanita kita harus waspada kanker serviks dengan mengenali gejalanya.
dr. H. Teuku Mirza mengatakan, gejala yang paling umum dari kanker serviks adalah keputihan.
Ketika seorang perempuan mengeluhkan keputihan, maka dokter harus melakukan pemeriksaan.
Baca juga: Jangan Sepelekan, Gejala Umum dari Kanker Serviks adalah Keputihan, Berikut Ulasan Dokter
Tingkat lanjutnya, apabila sudah melakukan hubungan seksual maka setiap berhubungan akan mengalami perdarahan.
Perdarahan tersebut belum tentu dikeluhkan rasa sakit.
dr. H. Teuku Mirza mengatakan, beberapa perempuan datang ke dokter setelah menyadari adanya perdarahan saat berhubungan tetapi tidak disertai rasa sakit.
Jika memang sudah memasuki gejala yang lebih lanjut, maka tentu saja keluhan sudah lebih ekstrem seperti nyeri maupun gangguan ginjal.
Perlu disadari bahwa keputihan tidak bisa dianggap masalah sepele.
Terdapat 2 hal yang dianggap biasa oleh kaum perempuan, yakni nyeri menstruasi.
Baca juga: Kenapa Masih Ada Perempuan yang Mengalami Kanker Serviks meski Sudah Melakukan Pap Smear?
Normalnya menstruasi tidak mengeluhkan rasa nyeri.
Apabila saat menstruasi merasa nyeri, maka dianjurkan untuk segera memeriksakan diri ke dokter agar dokter memastikan penyebab nyeri tersebut.
Sama halnya dengan keputihan yang bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari infeksi sampai adanya tumor atau keganasan.
Olehkarena itu perlu dipastikan dengan pemeriksaan Pap Smear.
Penyebab dari kanker serviks adalah Human papiloma virus (HPV).
dr. H. Teuku Mirza mengatakan, human papiloma virus bisa dideteksi dengan pemeriksaan seperti Pap Smear.
Baca juga: Waspada Kanker Serviks yang Beresiko Mengancam Kesehatan Wanita
Pap smear hanya untuk deteksi dini apakah kanker atau bukan.
Setelah Pap Smear juga harus dilanjutkan dengan fase selanjutnya yakni biopsi.
Pada biobsi diharuskan untuk mengambil jaringan, dari biopsi tersebut barulah diketahui hasilnya.
Jika memang hasil dari biopsi adalah kanker serviks, tentu tidak diketahui jika penyebabnya HPV.
Untuk mengetahui apakah HPV atau bukan perlu dilakukan pemeriksaan HPV.
Ini disampaikan pada channel YouTube Tribun Jateng bersama dengan dr. H. Teuku Mirza Iskanar, Sp.OG(K). Seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)