TRIBUNHEALTH.COM - Obat ialah suatu zat yang dapat digunakan untuk menyembuhkan gejala dari suatu penyakit serta menyembuhkan penyakit.
Obat tersebut memiliki beberapa jenis golongan, terdapat obat yang dapat dibeli dengan bebas tanpa resep dokter dan terdapat pula obat yang harus dibeli dengan menggunakan resep dokter.
Tak hanya itu saja, dalam mengkonsumsi obat juga memerlukan dosis yang tepat agar obat dapat bekerja dengan baik dan tidak memberikan efek samping.
dr. Robert Sinto menjelaskan, pentingnya mencantumkan takaran obat atau dosis obat yang harus diminum pasien.
Baca juga: Tak Sarankan Copy Resep untuk Kolesterol Tinggi, dr. Indra Sarankan Konsultasi Lagi saat Obat Habis

Baca juga: Resep Dokter Tak Bisa Asal Diulang, Gejala yang Sama Belum Tentu Disebabkan Penyakit yang Sama
Pada obat jenis sirup, takaran yang diberikan oleh dokter dalam resepnya sudah dalam bentuk CC.
Ukuran CC ini dinilai lebih akuran dan lebih dipahami dibandingkan dengan mencantumkan dalam bentuk sendok.
Dilansir TribunHealth.com, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik & Infeksi, dr. Robert Sinto, Sp.PD memberikan penjelasan dalam tayangan YouTube Ayo Sehat Kompas Tv.
Menurut penuturan dr. Robert Sinto, untuk obat jenis sirup sekarang ini tutupnya sudah dilengkapi dengan takaran dalam ukuran CC, misalnya 5 CC atau 10 CC.
Diharapkan dengan menggunakan CC tersebut, dosis obat yang dikonsumsi lebih akurat.
Baca juga: Amankah Minum Obat yang Dijual Bebas di Warung untuk Menurunkan Kolesterol?

Baca juga: dr. Tan Shot Yen Ingatkan Tak Semua Resep Dokter Bisa Dipakai Ulang, Tekankan Pentingnya Konsultasi
Kesalahan umum yang sering dilakukan dalam minum obat
dr. Robert Sinto mengungkapkan terdapat banyak kesalahan yang dilakukan oleh pasien terkait dalam mengkonsumsi obat.
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan dalam mengkonsumsi obat.
- Kesalahan diagnosis
- Kesalahan nama obat
- Kesalahan dosis obat
- Kesalahan dalam lamanya durasi penggunaan obat
- Kesalahan pemberian minumnya sebelum atau sesudah makan
Baca juga: Tak Semua Obat Bisa Disimpan, Dokter Tegaskan Antibiotik Harus Habis Sesuai Resep

Baca juga: Himbauan Dokter Bagi Masyarakat yang Terbiasa Melakukan Pengobatan Sendiri Tanpa Resep Dokter
- Kesalahan peruntukan obat untuk pasien komorbid
- Kesalahan memahami efek samping obat
"Jadi setiap segmen itu sebetulnya ada kesalahan-kesalahan yang dapat kita telaah untuk perbaikan dan untuk memperhatikan kesehatan kita."
"Sekali lagi, sebelum membeli obat dipastikan berkonsultasi dulu dengan dokter bagaimana penggunaan obat tersebut."
"Dari diagnosis yang harus dikonfirmasi dokter, diagnosis harus tepat sebelum memulai pengobatan."
Baca juga: Hipertensi Tak Memiliki Gejala Khas, dr. Ni Made Hustrini Anjurkan Lakukan Pemeriksaan Tekanan Darah

Baca juga: dr. Ni Made Hustrini, Sp.PD-KGH Paparkan 4 Kelompok Rentan terhadap Hipertensi, Berikut Ulasannya
Kesalahan dalam memahami dosis obat
Kesalahan yang sangat sering ditemui oleh dr. Robert Sinto adalah pasien tidak paham dalam memahami dosis obat yang diberikan oleh dokter.
Ia mencontohkan, misalnya dokter menuliskan obat harus diminum 2x1.
Angka 2 adalah frekuensi pemberian obat yaitu obat diminum dua kali dalam sehari, sedangkan angka 1 adalah dosis yang harus diminum.
Namun seringkali ditemui masyarakat sering terbalik dalam mengasumsikan kalau 2x1 itu adalah 2 tablet dan 1 kali minum.
Padahal yang benar adalah diminum 2 kali sehari, dan satu kali minum sebanyak 1 takaran atau 1 tablet.
Baca juga: 4 Manfaat Beras Ragi Merah atau Angkak, Dapat Turunkan Kolesterol dan Punya Efek Antikanker
dr. Robert Sinto menuturkan, pemberian waktu minum obat selain berkaitan dengan infeksi akan menyesuaikan, misalnya 3 kali sehari jangan sampai mengganggu tidur pasien.
"Jadi misalnya obat tersebut harus diminum 3 kali, obat bisa diminum ketika bagun pagi, makan siang, dan makan malam, serta tidak perlu dibagi rata setiap 8 jam."
"Tapi beberapa obat misalnya antibiotik, yang kita berhadapan dengan kuman lain membutuhkan waktu yang tepat agar dapat membunuh kuman tersebut sebelum berkembang lagi, jelas dr. Robert.
Baca juga: Ahli Gizi Jelaskan Beras Ragi Merah Dapat Turunkan Kolesterol, Mengandung Statin Alami
Penjelasan tersebut disampaikan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Penyakit Tropik & Infeksi, dr. Robert Sinto, Sp.PD dalam tayangan YouTube Ayo Sehat Kompas Tv pada 13 April 2021.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/IR)