TRIBUNHEALTH.COM - Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) merupakan salah satu jenis gangguan mental.
Penderita Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) memiliki pikiran dan dorongan yang tidak dapat dikendalikan dan berulang atau obsesi, serta perilaku paksaan atau kompulsif.
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Zulfa Oktanida Syarif menjelaskan jika tidak ada penyebab pasti terjadinya Obsessive-Compulsive Disorder (OCD).
Baca juga: Apakah Vaksin Cacar Monyet Sama Efektifnya Seperti Vaksin Covid-19? Begini Tanggapan dr. Arieffah
Pernyataan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Zulfa Oktanida Syarif dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube KompasTV program Ayo Sehat edisi 04 Februari 2022.

Baca juga: Kenali Tanda-tanda Kulit Wajah Membutuhkan Eksfoliasi yang Disampaikan dr. Carmelita Christina
Akan tetapi ada beberapa faktor yang terkumpul pada seseorang ketika ada stressor munculah Obsessive-Compulsive Disorder (OCD).
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Zulfa Oktanida Syarif menambahkan jika biasanya Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) pertama kali muncul pada usia 10-24 tahun.
"Jadi dari SD atau SMP mungkin sudah ada gejala OCDnya," ungkap Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Zulfa Oktanida Syarif.
Pasalnya kondisi Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) akan mengganggu kualitas seseorang.
Saat terdapat stressor kehidupan bisa muncul lagi dalam versi yang lebih berat.
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Zulfa Oktanida Syarif menerangkan jika terdapat beberapa faktor risiko Obsessive-Compulsive Disorder (OCD).
1. Faktor biologis
Berdasarkan penelitian ada ketidakseimbangan neurotransmiter di otak.
Itulah mengapa orang Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) juga diberi obat untuk menyeimbangan neurotransmisi ini.
Baca juga: dr. Arieffah, Sp.KK Jelaskan Proses Penyembuhan hingga Penanganan Cacar Monyet

Baca juga: Apa Benar Minum Air Kelapa Muda Bisa Meredakan Nyeri Haid? Begini Kata dr. Binsar Martin Sinaga
2. Faktor genetik
3. Faktor pola asuh
Perkembangan seorang anak bagaimana orang tua dalam memberikan contoh suatu perilaku pada anak.
4. Faktor stressor sosial
Bahaya kondisi OCD yang paling besar adalah munculnya pemikiran untuk mengakhiri hidup.
Hidup dengan kondisi OCD memang tidak mudah dan butuh perjuangan yang kuat.
Perlu diketahui jika OCD bukanlah suatu jenis penyakit yang menular dan berbahaya.
Namun penderita OCD akan berperilaku secara obsesif dan kompulsif yang disertai stress berat sehingga bisa mengganggu aktivitas diri dan hubungannya dengan orang sekitar.
Baca juga: Depresi Maupun Gangguan Kecemasan Selama Pandemi Tergolong Kasus yang Ringan atau Berat?

Baca juga: Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi: Angka Kecemasan dan Depresi Akan Semakin Meningkat selama Pandemi
Terapi tingkah laku untuk gangguan Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) meliputi paparan dan pencegahan ritual.
Pada terapi tersebut pasien dipaparkan dengan stimuli yang memprovokasi obsesinya misalnya dengan menyentuh objek yang terkontaminasi dan juga pasien ditahan untuk tidak kompulsif misalnya menunda mencuci tangan.
Baca juga: dr. Marhaen Hardjo Jelaskan Teknologi dan Dosis Cell Punca yang Dibutuhkan dalam Sekali Tindakan
Penjelasan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa, dr. Zulfa Oktanida Syarif dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube KompasTV program Ayo Sehat edisi 04 Februari 2022.
(Tribunhealth.com/DN)
Baca berita lain tentang kesehatan di sini.