TRIBUNHEALTH.COM - Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Alergi dan Imunologi, dr. Prasna Pramita menjelaskan cara dalam mendeteksi alergi obat.
Alergi adalah adalah suatu kondisi yang merujuk pada sistem kekebalan tubuh yang bereaksi dengan bahan-bahan alergen.
Kondisi alergi ini bisa disebabkan oleh beragam faktor.
Baca juga: Berikut 4 Jenis Reaksi Alergi yang Perlu Diwaspadai
Mulai dari alergi makanan hingga alergi obat-obatan.
Jika alergi makanan, cukup mudah ditelusuri. Namun bagaimana cara mendeteksi alergi pada obat?
Dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube KompasTV, Prasna memberikan penjelasannya.

Berdasarkan penuturannya, untuk menelusuri alergi obat tidak diberlakukan tes alergi.
Namun baru dapat dipastikan ketika baru mengonsumsi obat tersebut lalu timbul reaksi merah-merah atau bengkak.
Gejala kulit memerah dan bengkak dicurigai sebagai suatu reaksi alergi.
Baca juga: Orang dengan Kondisi Tertentu Bisa Alergi saat Konsumsi Mangga, Berisiko Anafilaksis
Bila sudah mengalami tanda tersebut, ketahui jenis obat yang diminum dengan menanyakan pada dokter.
Hingga kini, obat yang paling sering menimbulkan alergi adalah penghilang rasa sakit.
"Jika tadi diberi obat A maka pasien harus menghindari obat A itu dahulu," ucap Prasna.

Lebih lanjut, tidak diberlakukan tes obat ini hanya dikecualikan pada penicilin.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan, bahwa untuk mengetahui alergi terhadap obat hanya bisa ditelusuri berdasarkan pengalaman.
Pentingnya Tes Alergi
Menurut Prasna, tes alergi sangat penting dilakukan untuk mendeteksi faktor pencetus alergi.
Baca juga: Batuk Akut Bisa Disebabkan Sederet Hal Berikut: Covid-19, ISPA, hingga Rhinitis Alergi
Dengan begitu, diharapkan bisa mengantisipasinya dan tidak akan mengalami alergi.
"Kalau kita bisa menghindari pencetusnya, alerginya jadi tidak kambuh," paparnya Prasna.
Terlebih lagi, obat utama dalam kasus alergi ialah pencegahan.
Disamping dengan obat-obatan yang memang dipastikan dapat membantu.
Penanganan Alergi

Ketika mengalami alergi, masyarakat bisa mengonsumsi obat anti alergi.
Obat anti alergi tersebut sangat mudah ditemui di pasaran.
Obat anti alergi ini bisa dikonsumsi hingga 3 sampai 5 hari.
Baca juga: Anak dengan Penyakit Jantung Bawaan Harus Mengonsumsi Obat Harian? Begini Penjelasan Dokter
"Coba saja nggak papa-papa minum dulu obat anti alergi, seperti 1 tablet sampai beberapa hari," imbau Prasna.
Namun jika sudah melewati batas ketentuan, seperti 5 hari lamanya, maka segera cari pertolongan ke dokter.
Jangan menunda untuk melakukan pemeriksaan dengan dokter.

Karena jika terlambat, bisa saja kulit sudah mengalami kondisi yang lebih parah akibat sering digaruk karena merasakan gatal.
"Kalau tidur suka menggaruk, terkadang itu sering dilupakan akhirnya menimbulkan luka."
"Luka ini jadi berbekas dan sulit disembuhkan kalau sudah dewasa, berbeda dengan anak-anak," ungkap Prasna.
Reaksi Pasca Alergi
Alergi adalah suatu kondisi yang merujuk pada sistem kekebalan tubuh yang bereaksi dengan bahan-bahan alergen.
Bahan-bahan alergen ini sebenarnya tidak berbahaya.

Namun karena tubuh terus terpapar dengan bahan alergen tersebut, akhirnya memunculkan masalah atau reaksi alergi.
Reaksi yang bisa timbul pasca terkena alergi antara lain:
- Merah-merah di kulit
Baca juga: Disestesia, Kerusakan Saraf yang Sebabkan Sensasi Gatal dan Terbakar pada Kulit, Berikut Jenisnya
- Batuk
- Pilek
- Mual

- Muntah
- Sesak napas
Tubuh yang Rentan Terkena Alergi
Alergi bisa terjadi karena berbagai macam faktor penyebab.
Namun biasanya, alergi timbul hanya pada area tertentu saja.
Baca juga: Iritasi Saraf, Pulpitis, hingga Alergi Dapat Sebabkan Gigi Sensitif setelah Dilakukan Penambalan
Menurut pemaparan Prasna, area tubuh yang sering terkena alergi terbagi menjadi 2 jenis, yakni area lokal dan sistemik.
Pada area lokal terdapat pada kulit, sementara sistemik pada dalam tubuh.

Bila area sistemik yang terkena, maka bisa memunculkan batuk, pilek, bersin-bersin, mual atau muntah, hingga sesak napas dan perut tidak nyaman.
Faktor yang Menyebabkan Alergi
Berbagai macam faktor yang bisa menyebabkan alergi, seperti:
1. Gaya hidup
Setiap orang memiliki gaya hidup berbeda, maka hal ini mempengaruhi paparan alergi yang terkena.
Baca juga: dr. Connie Calista Tham Tak Menyarankan Pasien yang Memiliki Alergi Melakukan Slimming Treatment
Begitu halnya dengan makanan yang dikonsumsi
Sehingga membuat tidak semua orang mengalami alergi yang sama.
2. Faktor Usia
Pada usia bayi terutama 0 sampai 3 bulan sangat rentan mengalami alergi susu sapi.

Namun seiring bertambahnya usia, alergi ini juga bisa berubah. Misalnya menjadi alergi terhap telur atau ikan.
3. Faktor genetik
Faktor genetik sangat mempengaruhi seseorang bisa terkena alergi.
Baca juga: Seseorang yang Hendak Suntik DNA Salmon Harus Memenuhi Syarat,dr. Dona: Tak Boleh Alergi Ikan Salmon
Penjelasan Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Alergi dan Imunologi, dr. Prasna Pramita ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribun Jabar Video.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)