TRIBUNHEALTH.COM - Tanpa disadari, penyakit stroke bisa menngintai siapa saja.
Seringkali penyakit stroke dianggap hanya bisa terjadi pada usia lanjut saja.
Nyatanya banyak usia muda mengalami gejala stroke maupun stroke ringan.
Seseorang dengan stroke perlu mendapatkan pengobatan yang tepat dan cepat agar tidak mengalami kejadian fatal.
Stroke merupakan kondisi medis yang menakutkan dan mengancam jiwa, namun begitu pasien mulai pulih, pasien akan mengalami dampak pada kualitas hidup yang disebabkan oleh kerusakan.
Pemulihan stroke tergantung pada pengobatan, recovery spontan, rehabilitasi dan pelayanan sosial karena setiap kasus pasien proses pemulihannya berbeda.

Baca juga: Kenali Beberapa Tindakan yang Mencegah Gigi Sensitif, Begini Penjelasan drg. Sri Pamungkas
Beberapa pasien stroke mengalami pemulihan spontan, tetapi sebagian besar penderita stroke memerlukan rehabilitasi untuk memulihkan kemampuan fungsionalnya.
Edukasi mengenai posisi tidur dengan elevasi kepala antara 30-45 derajat pasca stroke hemisfer yang besar sebagian besar didasarkan pada studi trauma kepala dan penurunan tekanan intrakranial.
Konsensus dari tinjauan literatur direkomendasikan pada ekstremitas atas bahu yang terkena harus diluruskan dengan lengan ke depan dan jari-jari ekstensi untuk mencegah kemungkinan bahu mengalami adduksi dan rotasi internal.
Badan harus lurus dan garis tengah tubuh menghindari fleksi ke depan maupun ke samping.
Baca juga: Disleksia, Gangguan Kesulitan dalam Membaca, Menulis, dan Mengeja dengan Benar
Untuk ekstremitas bawah harus dihindari rotasi eksternal dan abduksi pinggul melalui penggunaan penyangga seperti bantal.
Pinggul yang terkena harus dibawa ke depan dengan mempertahankan fleksi pinggul yang terkena untuk melawan peningkatan tonus ekstensor.
Umumnya dianjurkan fleksi lutut. Adapun posisi duduk yang paling sering direkomendasikan adalah di kursi berlengan dan di kursi roda
Latihan apa saja yang harus dilakukan oleh pasien stroke ringan?
Begini penjelasan dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K.
Nilla adalah seorang Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Konsultan.
Nilla Mengawali karirnya sebagai dokter umum di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar pada 2010.
Baca juga: Pahami Cara Menanggapi Seseorang yang Sering Melakukan Tindakan Body Shaming
Kemudian pada 2010 Nilla menekuni profesinya menjadi dokter rehabilitasi medik.
Pada tahun yang sama hingga saat ini, Nilla juga masih aktif menjadi Dosen Departemen kedokteran Fisik dan Rehabilitasi FK-UNHAS.
Berkat kemampuannya, pada 2011 hingga 2013 ia dipercaya sebagai Kepala Seksi Pelayanan Medik Rawat Inap RSUP.dr Wahidin Sudirohusodo.
Dilanjutkan pada 2015 sampai 2019 menjadi Kepala seksi Pelayanan Medik Rawat jalan.
Karena pengalaman dan kemampuannya, pada 2019 hingga sekarang, ia berpraktek dan sekaligus menjabat sebagai Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP.dr.Wahidin Sudirohusodo.
Kompetensi yang dimiliki oleh Nilla tidak bisa diragukan.
Baca juga: Profil dr. Lusiyanti M.Med, Sp.KK yang Menjadi Dokter Spesialis di Derma-V Clinic
Tercatat, berdasarkan daftar riwayat hidup yang diterima oleh Tribunhealth, dirinya telah menempuh berbagai jenjang pendidikan dan lulus dari sejumlah universitas ternama di Indonesia dan luar negeri.
Berikut di antaranya:
1. Profesi Dokter Umum Universitas Hasanuddin (2002)
2. Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (2010)
3. Magister Kesehatan di Universitas Padjadjaran (2009)
4. Fellowship Pediatric Rehabilitasi (2016)
5. Konsultan Rehabilitasi Anak, Kolegium IKFR (2020).
Baca juga: Memahami Prosedur Inseminasi dan Bayi Tabung Supaya Cepat Hamil bagi Orang yang Susah Hamil
Profil lengkap dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K bisa dilihat disini.
Pertanyaan :
Latihan apa saja yang harus dilakukan oleh pasien stroke ringan?
Anggra, Solo
dr. Nilla Mayasari, M.Kes., Sp.KFR-K menjawab :
Terdapat banyak jenis latihan yang dapat dilakukan pada pasien stroke, yang jelas setiap latihan bertujuan untuk mengkondisikan tubuh dan otak dengan cara tertentu.
Seringan apaun gejala stroke, akan memberi dampak pada kualitas hidup yang disebabkan kerusakan saraf.
Sehingga dibutuhkan latihan untuk melatih ulang otak untuk memperbaiki kerusakan ini, disamping harus menjaga kelompok otot yang terkena tetap aktif.
Latihan tingkat dasar merupakan titik awal untuk menambah fleksibilitas dan mobilitas anggota gerak yang terkena setelah stroke.
Misalnya pada tangan, dimana stroke membuat sulitnya untuk melakukan tugas-tugas sederhana seperti menggerakkan lengan ke depan atau menggenggam dan melepaskan benda.
Baca juga: Pahami Tindakan yang Perlu Dilakukan saat Kehilangan Orang Terkasih untuk Menghindari Depresi
Latihan pada tangan yang dapat dilakukan seperti stretching, latihan range of motion (rentang gerak sendi), dan penguatan.
Semua anggota gerak dapat dilakukan latihan-latihan tersebut.
Sebagai tambahan dapat dilakukan latihan keseimbangan dan kebugaran sesuai kebutuhan pasien, dimana semua latihan harus dilakukan dengan peresepan dan teknik yang tepat.
Seperti halnya program olahraga lainnya, silakan berkonsultasi dengan terapis sebelum memulai dan menentukan jenis latihan yang dibutuhkan.
Jika terdapat peningkatan rasa nyeri, ketidaknyamanan, atau sistem yang mengganggu lainnya, hentikan latihan ini segera dan konsultasikan dengan dokter kembali.
Terdapat bukti kuat bahwa aktivitas fisik dan olahraga setelah stroke dapat meningkatkan kebugaran kardiovaskular, kemampuan berjalan, dan kekuatan tungkai atas.
Selain itu, penelitian yang muncul menunjukkan olahraga dapat memperbaiki gejala depresi, fungsi kognitif, memori, dan kualitas hidup setelah stroke.
(TribunHealth.com/Putri Pramesti Anggraini)