Breaking News:

drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Sebut Gigi yang Bermasalah Tidak Harus Dicabut

Menurut drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati terapi yang diberikan pada gigi tidak harus dengan dilakukan pencabutan.

freepik.com
Ilustrasi pencabutan gigi, menurut drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati gigi yang bermasalah tidak harus dicabut 

TRIBUNHEALTH.COM - Gigi bungsu ialah gigi geraham yang paling terakhir tumbuh.

Pasalnya gigi tersebut akan tumbuh ketika menginjak usia 17 tahun ke atas.

Tak semua orang memiliki bentuk gigi bungsu yang normal seperti gigi lainnya.

Pasalnya mayoritas orang memiliki gigi bungsu yang tumbuh miring atau bahkan tertanam di dalam tulang atau biasa dikenal dengan impaksi gigi.

Terkadang kondisi tersebut membutuhkan perawatan khusus hingga dilakukan pencabutan.

Apabila gigi bungsu yang tumbuh tidak normal dibiarkan, akan terdapat berbagai risiko gangguan kesehatan yang bisa terjadi.

Menanggapi kondisi ini, Dokter Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati mengatakan jika terapi yang diberikan tidak harus dengan dilakukan pencabutan.

"Gigi yang bermasalah itu tidak harus dicabut," tegasnya.

Baca juga: Ketahui Alasan Betapa Pentingnya Memahami Ilmu Parenting, Begini Penjelasan Adib Setiawan, S.Psi

ilustrasi nyeri pada gigi bungsu, begini tindakannya menurut drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati
ilustrasi nyeri pada gigi bungsu, begini tindakannya menurut drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati (kompas.com)

Hal ini disampaikan oleh Dokter Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati yang dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor program Sapa Dokter edisi 11 Maret 2022.

Baca juga: dr. Maria Ratna Sampaikan Beberapa Suplemen yang Disarankan untuk Persiapan Kehamilan

Apabila pasien tidak menghendaki untuk dilakukan pencabutan, maka bisa mencari alternatif kedua.

2 dari 3 halaman

"Karena kita sebagai pemilik raga berhak penuh untuk menyetujui atau tidak menyetujui jenis tindakan yang disarankan pada kita," ujar Dokter Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati.

"Karena bisa saja kami sebagai dokter pun dalam memutuskan kan tidak selalu sama ya," sambungnya.

"Mungkin dokter A memiliki alternatif tindakan tertentu, kemudian dokter B mungkin memiliki alternatif tindakan yang lain. Itu bisa saja terjadi," imbuhnya.

"Karena dalam melihat suatu kasus, bisa ada terjadi atau terdapat beberapa alternatif yang bisa kami pilih sebagai dokter," ungkapnya.

"Tentu saja sebagai pemilik raga, pasien boleh menimbangnya dan dalam proses menimbang itu boleh belajar, boleh bertanya untuk mendapatkan second opinion dari berbagai pihak," tambahnya.

Kendati demikian, tentu saja apabila ada anomali contohnya seperti gigi tersebut mengalami proses infeksi.

Baca juga: Pahami Betapa Pentingnya Melakukan Premarital Check Up, dr. Maria: Bisa Mencegah Masalah Kesehatan

ilustrasi cabut gigi yang dilakukan oleh dokter, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati sebut keputusan tindakan tetap diputuskan oleh pasien
ilustrasi cabut gigi yang dilakukan oleh dokter, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati sebut keputusan tindakan tetap diputuskan oleh pasien (freepik.com)

Baca juga: Begini Cara Diagnosis Gangguan Bipolar, Adib Setiawan, S.Psi., M.Psi: Sebaiknya Datang ke Psikolog

Misalnya infeksi pada jaringan lunak penutup gigi dimana gigi itu belum erupsi sempurna seperti miring atau mungkin tegak lurus tetapi tidak erupsi sempurna sehingga jaringan lunak yang melingkupi atau menutupi gigi yang belum erupsi sempurna tersebut atau yang impaksi tersebut terjadi proses radang.

"Apakah itu operkuliti ataukah semisal perikoronitis nah itu kalau tidak ditangani pasien akan mengalami nyeri terus, infeksi berlanjut, tidak bisa buka mulut, sulit menelan, misalkan begitu," terangnya.

"Kemudian apabila yang terjadi adalah gigi geraham atau gigi geraham ketiga permanen ataupun gigi bungsu ini kebetulan berlubang misalkan. Sudah sedikit erupsi lalu berlubang dan lubangnya tidak dilakukan sesuai tambalan ya pasien akan mengalami proses linu, nyeri, termasuk gangguan-gangguan lanjut," paparnya.

Jika pasien mengalami gangguan lanjut yang melibatkan jaringan pulpa seperti infeksi akibat karies pada gigi-gigi lainnya akan tetap dialami oleh pasien.

3 dari 3 halaman

"Karena seperti yang selalu saya sebutkan bahwa anomali yang terjadi pada jaringan keras gigi apabila tidak dilakukan upaya perawatan tuntas anomali ini akan terus berlanjut tidak akan berhenti," lanjutnya.

Baca juga: Mengenal Stretch Mark Hingga Penyebabnya, Simak Penuturan Dokter Estetika

ilustrasi menhgalami sakit pada gigi bungsu, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati ungkap masalah gigi yang tidak segera diberi penanganan
ilustrasi menhgalami sakit pada gigi bungsu, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati ungkap masalah gigi yang tidak segera diberi penanganan (kompas.com)

Baca juga: Apa yang Menjadi Dasar Seseorang dengan Mudahnya Membuat Pengakuan Mengidap Bipolar? Simak Alasannya

Penjelasan Dokter Gigi, drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati dilansir oleh Tribunhealth.com dalam tayangan YouTube Tribunnews Bogor program Sapa Dokter edisi 11 Maret 2022.

(Tribunhealth.com/DN)

Baca berita lain tentang kesehatan di sini.

Selanjutnya
Tags:
Tribunhealth.comKesehatan gigiCabut gigiGigi Bungsudrg. R. Ngt. Anastasia RirienImpaksi Gigi
BERITATERKAIT
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved