TRIBUNHEALTH.COM - Isolasi mandiri diwajibakan bagi seseorang yang sedang terpapar Covid-19.
Lama isolasi biasanya berlangsung hingga 10 hari, tergantung dengan gejala atau hasil pemeriksaan dari tes Covid-19.
Bisa jadi pasien selesai isolasi mandiri lebih cepat, jika kurang dari 10 hari hasil tes Covid-19 telah negatif.
Baca juga: Orang Tua Lebih Berpeluang Alami Kesepian dan Isolasi Sosial, Bisa Picu Masalah Kesehatan Serius
Umumnya pasien yang sedang terpapar Covid-19 akan merasakan gejala lemas.
Alhasil tidak memiliki keinginan untuk beraktivitas dan cenderung kehilangan nafsu makan.
Mengetahui hal tersebut, Dokter Spesialis Gizi Klinik, Marya Haryono memberikan sejumlah tips yang bisa dilakukan oleh pasien yang sedang melakukan isolasi mandiri.

Di antaranya menganjurkan untuk mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi seimbang.
Bisa memilih jenis makanan yang akan dikonsumsi.
Menunya bisa disesuaikan dengan kondisi dan kesukaan masing-masing.
Baca juga: Ahli Gizi: Sebelum Melakukan Detox Jus, Lebih Baik Konsultasi dengan Dokter Terlebih Dulu
Jangan lupa untuk memperhatikan waktu istirahat.
Pastikan tidur dengan cukup dan manajemen stres dengan baik.

Kendati sedang isolasi mandiri, tetap usahakan aktif sesuai dengan kondisi.
Misalnya memerlukan latihan napas, maka latihan napaslah di rumah dan melakukan latihan fisik ringan.
Baca juga: Pentingnya Menjalankan Pola Hidup Sehat dan Olahraga Teratur untuk Mencegah Terjadinya Stroke
Agar sistem imun dan kekebalan tubuh semakin baik dan berpengaruh pada proses penyembuhan menjadi lebih cepat.
Tidak lupa konsultasi dengan dokter, bila memang diperlukan.
Konsumsi Makanan Cepat Saji saat Isolasi Mandiri
Makanan cepat saji sah-sah saja untuk dikonsumsi saat sedang isolasi mandiri.
Namun perlu digarisbawahi, bahwa makanan cepat saji tidak dianjurkan dikonsumsi setiap hari.

Karena makanan cepat saji identik dengan makanan yang memiliki kandungan lemak jenuh yang tinggi.
Begitu pula dengan kandungan serat dan protein yang kurang.
Sehingga jika memang ingin mengonsumsi makanan cepat saji, perlu diimbangi dengan makanan tinggi protein dan serat.
Cara Atasi Hilang Nafsu Makan saat Sakit
Ketika seseorang sedang sakit dianjurkan untuk memperhatikan asupan makanan yang akan dikonsumsi.
Hal ini dilakukan supaya daya tahan tubuh pasien lekas membaik dan mencegah perburukan kondisi.
Baca juga: dr. Eva Devita Harmoniati, Sp.A Sebut Mengatur Pola Makan dapat Membuat Nafsu Makan Anak Bertambah
Namun tak jarang, saat sakit justru nafsu makan tidak ada. Akhirnya asupan nutrisi yang diterima oleh tubuh terbatas.
Menurutnya ketika kehilangan nafsu makan saat sedang sakit, maka bisa memperhatikan tekstur makanan yang akan dikonsumsi.

Bila biasanya makan dengan tekstur yang keras, maka ia menganjurkan untuk mengganti menjadi makanan dengan tekstur yang lunak atau dalam bentuk yang lebih cair.
Selain memperhatikan tekstur, juga penting mencermati suhu makanan.
"Kalau memang ada kecenderungan suka yang hangat silahkan, bila lebih suka dingin silahkan," ucap Marya.
Baca juga: Tak Bisa Tidur karena Lapar, Bolehkah Konsumsi Makanan? Simak Penjelasan Ahli Nutrisi Berikut Ini
Bila kondisi nafsu makan yang hilang tersebut berlangsung lama, maka segera berkonsultasi dengan dokter.
Dokter akan memberikan cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi nafsu makan yang hilang namun nutrisi tetap terpenuhi.

"Cepat-cepat hubungi dokter, supaya dokter bisa tahu pengganti apa yang harus dimasukkan."
"Apakah cukup dengan yang cair, harus pasang selang, lewat infus."
"Ini biar dokternya yang mikirin sesuai dengan kondisi pasien," paparnya.
Selanjutnya, bila nafsu makan kembali pulih, maka perlu mengonsumsi makanan dengan prinsip gizi seimbang.
Memenuhi Asupan Nutrisi
Memperhatikan asupan nutrisi harus dilakukan oleh setiap orang.
Bukan hanya diperhatikan saat sakit saja, melainkan juga harus dicermati setiap hari.
Baca juga: Makanan dengan Indeks Glikemik Tinggi dapat Memicu Terjadinya Permasalahan Jerawat
Jangan sampai ketika sedang sakit, justru baru sadar akan asupan makanan yang akan dikonsumsi.
Dasar asupan nutrisi yang harus dipenuhi mengacu pada prinisp gizi seimbang.
"Gizi seimbang harus lengkap, baik mikro maupun makronutrisi," terang Marya.

Lebih banyak orang mengetahui makronutrisi sebatas karbohidrat dan protein saja, padahal lemak juga termasuk bagian dari makronutrisi yang harus dipenuhi.
Sehingga tidak perlu terlalu khawatir dengan lemak. Hanya saja, perlu memperhatikan ketentuan yang berlaku.
Baca juga: Meski Lemak Berperan Penting dalam Pertumbuhan, Orangtua Harus Menentukan Takaran yang Tepat
Sementara mikronutrisi disesuaikan dengan penyakit yang dialami oleh setiap orang.
Kebutuhan mikronutrisi pada orang dengan penyakit dan tanpa penyakit berbeda.
"Contohnya orang diabetes dengan tanpa diabetes berbeda nutrisinya."
"Orang diabetes dengan masalah jantung, ginjal, itu juga berbeda nutrisinya," jelas Marya.

Bila sedang sakit, maka yang harus menjadi perhatian adalah daya tahan tubuh.
Salah satu cara yang bisa dilakukan dengan melakukan pemenuhan nutrisi dengan tambahan protein.
Kendati demikian tidak bisa dipukul rata, pada pasien dengan gangguan ginjal, perlu memperhatikan apakah benar membutuhkan tambahan protein atau tidak.
Baca juga: Kekurangan Protein dan Seng Bisa Picu Kerontokan Rambut, Dapat Diatasi dengan Makanan Berikut
Untuk memastikannya, jika sedang sakit, perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mengatur makanan yang akan dikonsumsi.
Penjelasan Dokter Spesialis Gizi Klinik, Marya Haryono ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Kompas Tv, Senin(21/2/2020)
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)