TRIBUNHEALTH.COM - Faktor genetik rupanya memiliki peran terhadap anomali rahang yang dimiliki oleh seseorang.
Hal ini diungkapkan oleh drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati.
Maka bila salah satu anggota keluarga memiliki kelainan, baik rahang atas atau bahwa bisa menurun pada anak.
Baca juga: Benarkah Veneer Menjadi Solusi Merapatkan Gigi Sebagai Pengganti Behel? Simak Penjelasan drg. Ummi
"Jadi bila orangtua, oma, atau opa dari si kecil memiliki kelainan skeletal. Misalnya rahang atas atau bawah terlalu kecil."
"Itu bisa diprediksi ketika rahang anak sudah terbentuk lebih jelas sekitar usia 6, 7, 8 tahun ketika gigi susu sudah lengkap," ucap Anastasia dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunnews.

Termasuk keberadaan gigi berongga, bila tidak terjadi pada anak maka dipastikan rahang anak sempit.
Bila rahang sempit, maka bisa diprediksi ada kemungkinan di kemudian hari gigi mengalami crowding (berjejal).
Terlebih apabila salah satu anggota keluarganya memiliki riwayat demikian.
Baca juga: drg. Farra: Penggunaan Clear Aligner untuk Kasus Gingsul atau Berjejal Perlu Perhitungan Crowding
Oleh karena itu, pentingnya upaya dalam perawatan gigi secara menyeluruh.
Bukan hanya ketika sudah terjadi anomali saja, tetapi juga perlu dilakukan sedini mungkin.
Upaya ini bisa dinamakan dengan upaya prefentif.

Tahapan prefentif sudah terjadi pada masa gigi bercampur.
Bahkan ketika gigi susu belum berganti ke gigi permanen.
Baca juga: Tak Hanya Meningkatkan Percaya Diri, Gigi Palsu Memiliki Peran Menggantikan Fungsi Gigi Permanen
Sehingga pada masa ini, idealnya sudah dilakukan upaya untuk mencegah kejadian anomali.
Kecuali jika sudah terlanjur terjadi kondisi anomali.
Tahapan Perawatan Orthodonsia
Perawatan orthodonsia dilakukan untuk mendapatkan susunan gigi geligi yang teratur.
Sehingga dapat dicapai fungsi oklusi yang efisien dan memberikan estetika pada tampilan wajah yang baik.

Perawatan orthodonsia tidak hanya sebatas pada perawatan tertentu saja.
Sesungguhnya perawatan orthodonsia memiliki 3 jenis tahapan perawatan secara umum.
Di antaranya:
1. Prefentif
Tahapan prefentif dimaksudkan untuk mencegah kelainan oklusi.
Waktu perawatan cenderung membutuhkan waktu yang relatif lama sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan dentofacial.
Baca juga: drg. R. Ngt. Anastasia Ririen: Adanya Penumpukan Sisa Makanan di Permukaan Lidah Memicu Bau Mulut

Biasanya dilakukan secara bertahap pada usia 2,5 tahun, lalu 5 tahun.
Kemudian bila diperlukan, dilakukan tindakan foto rontgen termasuk model studi untuk bisa menegakkan diagnosa.
Anastasia menekankan pada tahap prefentif, pentingnya untuk menjaga gigi molar dan seluruh gigi susu.
Baca juga: drg. Anastasia Sarankan Orangtua Beri Dukungan pada Anak yang Mengalami Erupsi Gigi Susu
Apabila terjadi sesuatu pada gigi tersebut, maka pada perkembangannya premolar gigi permanen akan kekurangan tempat.
Selanjutnya penting juga memperhatikan apabila ada persistensi akar gigi sulung.

Akar gigi sulung yang tertinggal pada tulang rahang si kecil.
"Misalnya ada kejadian karies yang meluas atau patah, ternyata masih tertinggal pada rahang. Harus diperhatikan," pesannya.
Baca juga: Tak Hanya Permasalahan Gigi Saja, Bau Mulut dapat Disebabkan Karena Penyakit Lain di Dalam Tubuh
Tindakan pada fase ini merupakan perawatan karies gigi secara tuntas.
Lalu bila ada kebiasaan buruk, maka perlu untuk dihilangkan.
2. Interseptif
Selanjutnya adalah perawatan interseptif pada maloklusi gigi yang sedang terjadi.
Tujuan perawatan interseptif adalah memperbaiki oklusi.

Misalnya ada gigi yang hilang sebelum waktunya.
Maka perlu dibuatkan alat untuk membuat ruang tersebut tetap tersedia.
Alat tersebut bernama Space reginer.
Baca juga: Tips Redakan Nyeri Radang Sendi pada Malam Hari, Berganti Posisi Tidur hingga Manfaatkan Bantal
Dalam prosedur ini membutuhkan bantuan studi model dan beberapa jenis foto rontgen. Misalnya panoramic foto rontgen.
Sehingga dokter bisa mengetahui ada tidaknya benih gigi pengganti. Termasuk urutan erupsi gigi geligi.

Dalam kondisi ini, perlu inform consent dengan orangtua si kecil agar bisa diberi penjelasan secara rinci.
Terkait kondisi yang ditemukan oleh dokter, termasuk prediksi yang bisa terjadi.
3. Korektif
Selanjutnya adalah tahapan korektif.
Kawat gigi masuk dalam tahapan korektif. Ketika maloklusi sudah terlanjur terjadi.
Baca juga: Kapan Harus ke Dokter Spesialis Orthodonti? Berikut Jawaban drg. Ardiansyah S. Pawinru, Sp.Ort(K).
Biasanya menggunakan alat-alat:
- Ortho lepasan
- Invasilign
- Mikro implan

- dan bisa membutuhkan bedah ortognatik.
Penjelasan drg. R. Ngt. Anastasia Ririen Pramudyawati ini dilansir Tribunhealth.com dari tayangan YouTube Tribunnews.
(Tribunhealth.com/Ranum Kumala Dewi)