TRIBUNHEALTH.COM - Di tengah masa pandemi ini, tidak hanya Covid-19 saja yang terus bertambah semakin banyak, tetapi kasus TBC juga semakin bertambah di masa pandemi ini.
Dokter Spesialis Paru, dr. Pad Dilangga, Sp.P menjelaskan mengenai penyakit TBC (Turbekulosis).
"Indonesia diduga menjadi peringkat kedua sebagai negara pengidap TBC (Tuberkulosis) terbanyak di dunia," terang dr. Pad Dilangga.
Hal ini menunjukkan bahwa kasus TBC di Indonesia perlu diperhatikan dengan baik.
Penyakit TBC membutuhkan pengobatan dalam jangka waktu yang panjang, minimal 6 bulan pengobatan.
TBC menjadi program utama dalam pemerintah mengingat banyaknya jumlah angka terjadinya TBC di Indonesia.
TBC salah satu penyakit yang sulit di berantas karena penyakit ini termasuk airbone infection, penyakit yang sangat menular dan dapat ditularkan melalui udara.
Baca juga: Mengenal Gejala hingga Penyebab Terjadinya Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Baca juga: Mengenal Penyakit Pneumonia, Gejala Hingga Pengobatannya
"Seseorang yang terkena TBC tidak semua memiliki gejala, ada beberapa orang yang mengidap penyakit ini tanpa ada gejala sebelumnya," terang dr. Pad Dilangga.
Penyakit TBC tanpa gejala disebut kuman tidur atau TBC laten.

TBC ini sebenarnya bisa menyerang seluruh organ tubuh manusia, tetapi yang paling sering diserang adalah paru-paru.
Uniknya penyakit ini disebut infection specific karena penyakit ini bisa menyerang dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki.
"Sebanyak 30 persen penyakit ini menyerang di luar paru-paru, seperti pada otak, ginjal, perut, usus, mata, kulit, reproduksi wanita atau pria, dan kelenjar," ungkap dr. Pad Dilangga.
Penyebab terjadinya penyakit TBC ini adalah kuman yang bernama Mycobacterium Tuberculosis.
"Penyebab penyakit TBC berbeda dengan penyebab penyakit Covid-19," ungkap dr. Pad Dilangga.
Penyebab Covid-19 sekarang ini adalah virus, sedangkan TBC karena kuman.
"Kuman TBC menularnya melalui udara. Apabila penderita TBC batuk, kuman tersebut bisa terbang dengan jarak beberapa meter jauhnya," jelas dr. Pad Dilangga.
Baca juga: Mengenal Difteri Pada Anak, Infeksi yang Disebabkan oleh Bakteri
"Kuman tersebut akan melayang di udara dan bertahan lama di udara. Seseorang akan terinfeksi TBC jika menghirup udara yang sudah tercemar dengan kuman tersebut," lanjutnya.
Sedangkan Covid-19 ditularkan melalui droplet infection melalui batuk atau dahak penderita.
Apabila seorang penderita Covid-19 batuk kemudian dropletnya terpercik ke orang lain, maka orang yang terpercik tersebut akan terinfeksi.
Tetapi penyebab lain penyakit TBC dapat juga terjadi karena kontak fisik.
"Misalnya TBC yang menyerang pada kulit, kemudian kulit tersebut tersentuh orang lain, maka orang yang menyentuh itu bisa tertular," terang dr. Pad Dilangga.
Penyakit TBC memiliki tingkat penularan sebesar 90 persen dan tertular melalui udara.
"Sehingga bagi para penderita TBC tidak boleh batuk sembarangan dan tidak boleh membuang dahak sembarangan supaya tidak menulari orang lain," ungkap dr. Pad Dilangga.
Baca juga: Mengenal Penyakit Sindrom Karpal Tunnel atau Carpal Tunnel Syndrom (CTS) dan Gejala-gejalanya
Baca juga: Dok, Bagaimana Cara untuk Mengantisipasi Penularan Infeksi Paru-paru?
Berikut gejala penyakit TBC yang menyerang paru-paru :

- Batuk lebih dari 2 minggu
- Sesak
- Tidak napsu makan
- Berat badan menurun
- Badan panas dingin
- Batuk darah
- Nyeri dada
"Jika TBC menyerang pada organ lain biasanya tidak disertai batuk, namun gejala lainnya selain batuk akan muncul," terang dr. Pad Dilangga.
TBC yang menyerang pada otak dapat menimbulkan gejala seperti, kesadaran penderita menurun, dan panas yang sangat tinggi.
TBC menyerang pencernaan gejala yang timbul adalah diare dan nyeri perut.
Sedangkan, TBC menyerang pada kulit maka kulit tersebut akan mengalami bercak-bercak kemerahan.
Baca juga: Memiliki Riwayat TBC, Apakah Boleh Vaksin Covid-19 Dok?
Baca juga: Mengenal Anafilaktik setelah Vaksin Covid-19
Tetapi, TBC paling banyak menyerang pada paru-paru dengan gejala yang sangat terlihat yaitu batuk lebih dari 2 minggu.
"TBC ada juga yang tidak bergejala, jadi apabila ada anggota keluarga yang terkena TBC, sebaiknya anggota keluarga lainnya melakukan screening untuk mengantisipasinya," ungkap dr. Pad Dilangga.
Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk mengetahui penyakit TBC:
- Pemeriksaan dahak
- Melakukan rontgen paru-paru
- Melakukan pemeriksaan laboratorium
- Melakukan tes cepat molikuler (PCM)
- Melakukan mantu tes
Penjelasan ini disampaikan oleh Dokter Spesialis Paru, dr. Pad Dilangga, Sp.P dalam tayangan YouTube Tribun Lampung, 2 Desember 2020.
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/Irma Rahmasari)
Baca juga: Mengenal Penyakit Thalasemia, Kurangnya Sel Darah Merah dalam Tubuh
Baca juga: Mengenal Penyakit Usus Buntu atau Apendisitis, Tanda-tanda hingga Penyebabnya