TRIBUNHEALTH.COM - Berikut kondisi yang tidak diperbolehkan untuk menjalankan interminten fasting.
Meskipun interminten fasting menjanjikan berat badan dan kesehatan yang lebih baik, namun tidak semua orang cocok dengan intermiten fasting.
Beberapa tahun terakhir, intermiten fasting menjadi populer karena menjanjikan manajemen berat badan jangka panjang dan membantu mengelola penyakit kronis.
Sekadar informasi, intermiten fasting (IF) dalah pola makan di mana seseorang berganti-ganti antara periode makan dan puasa.
Intermiten fasting memberi waktu pada saluran pencernaan untuk istirahat setelah terus-menerus mencerna makanan kompleks dan menggunakan lemak untuk energi.
Meskipun manfaat intermiten fasting sangat banyak, jenis puasa ini tidak cocok bagi semua orang.
Baca juga: 9 Manfaat Diet Seimbang bagi Kesehatan, Pastikan Semua Nutrisi Tercukupi
Menurut Nutrients Journal, intermiten fasting mendorong berbagai perubahan pada tubuh seperti menurunkan kadar insulin dalam darah, mendorong peningkatan hormon pertumbuhan manusia (HGH), dan meningkatkan perbaikan sel.
Merangkum Health Shots, berikut kelompok orang yang harus menghindari intermiten fasting:
1. Wanita Hamil atau Menyusui
Puasa berkala dapat menghambat perkembangan bayi saat seorang wanita hamil. Kehamilan dan menyusui merupakan masa yang cukup melelahkan, di mana tubuh membutuhkan asupan nutrisi yang cukup untuk mendukung pertumbuhan bayi dan produksi ASI.
Puasa dapat menyebabkan kekurangan nutrisi, mengurangi suplai ASI, dan bahkan menyebabkan kelelahan dan kelemahan, ungkap ahli gizi Avni Kaul.
Baca juga: Tips Apa Saja Dok yang Bisa Dilakukan di Rumah untuk Menjaga Kesehatan Mata?
2. Orang dengan Gangguan Makan
Orang yang memiliki riwayat gangguan makan, seperti anoreksia atau bulimia, sebaiknya menghindari intermiten fasting karena bisa memicu perilaku makan yang tidak sehat, seperti makan berlebihan atau pembatasan makan, yang memperburuk kondisi.
Seseorang yang menderita gangguan makan, impulsivitas, perubahan suasana hati, atau perfeksionisme, memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan makan saat menjalani intermiten fasting.
3. Penderita Diabetes
Intermiten fasting tentunya biisa mengurangi resistensi insulin, ketika tubuh tidak mampu merespons insulin dengan baik, yang menyebabkan lonjakan kadar gula darah, menurut International Journal of Endocrinology.
Namun, hal yang dibutuhkan penderita daibetes yakni puasa yang bisa meningkatkan kadar gula darahnya.. Terutama bagi mereka yang menggunakan insulin atau obat-obatan yang mempengaruhi akdar gula darah.
Puasa bisa menyebabkan penurunan kadar gula darah yang berbahaya (hipoglikemia) yang menyebabkan pusing, kebingungan, atau bahkan pingsan. Selalu konsultasikan dengan ahli gizi atau ahli diet yang berkualifikasi sebelum mencoba puasa.
Baca juga: Risiko Turun Peranakan Setelah Berapa Kali Melahirkan? dr. Asih Anggraeni Sp.OG Jelaskan Ini
4. Orang dengan Tekanan Darah Rendah
Puasa dalam jangka waktu lama dapat menurunkan tekanan darah lebih jauh lagi, yang menyebabkan pusing, pingsan, dan lemas, terutama pada mereka yang memang rentan terhadap tekanan darah rendah.