TRIBUNHEALTH.COM - Ereksi merupakan salah satu hal penting untuk melakukan hubungan seksual.
Pada saat mendapatkan rangsangan seksual, organ genital pria akan mengeras sehingga memungkinkan terjadinya penetrasi.
Namun ada kalanya ereksi sulit didapatkan atau dipertahankan.
Masih tergolong normal jika seorang pria sesekali tak tahan lama saat berhubungan, misalnya saat mengalami stres, sebagaimana dilansir Healthline.
Namun jika disfungsi ereksi terjadi terus menerus maka bisa menjadi tanda masalah.
Selain kesulitan mendapatkan dan mempertahankan ereksi, disfungsi ereksi juga meliputi ejakulasi dini.
Healthline menyebut kondisi ini terkadang disebut sebagai impotensi, meski istilah ini kini lebih jarang digunakan.
Disfungsi ereksi juga bisa menjadi tanda kesulitan emosional atau hubungan yang mungkin perlu ditangani oleh seorang profesional.
Baca juga: 7 Tips Mengatasi Kurangnya Gairah Seksual pada Wanita, Termasuk Memperlama Durasi Foreplay
Terjadinya disfungsi ereksi
Disfungsi ereksi dapat terjadi karena masalah pada setiap tahap proses ereksi.
Ereksi adalah hasil dari peningkatan aliran darah ke penis pria.
Aliran darah biasanya dirangsang oleh pikiran seksual atau kontak langsung dengan penis.
Ketika seorang pria bergairah secara seksual, otot-otot di penis mengendur.
Hal ini memungkinkan peningkatan aliran darah melalui arteri penis, mengisi dua ruang di dalam penis.
Saat bilik terisi darah, penis menjadi kaku.
Ereksi berakhir ketika otot berkontraksi dan darah yang terkumpul dapat mengalir keluar melalui vena penis.
Baca juga: Vagina Kering Picu Sensasi Terbakar saat Penetrasi, Dokter Bagikan Tips Agar Hubungan Tetap Aman
Penyebab
Ada banyak kemungkinan penyebab disfungsi ereksi, dan bisa mencakup kondisi emosional dan fisik.
Penyebab umum meliputi:
- penyakit kardiovaskular
- diabetes
- hipertensi, atau tekanan darah tinggi
- kolesterol tinggi
- kegemukan atau obesitas
- kadar testosteron rendah atau ketidakseimbangan hormon lainnya
- penyakit ginjal
- bertambahnya usia
- stres
- kecemasan
- depresi
- masalah hubungan
- obat resep tertentu, seperti yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi atau depresi
- gangguan tidur
- penggunaan obat
- terlalu banyak mengkonsumsi alkohol
- menggunakan produk tembakau
- kondisi kesehatan tertentu, seperti penyakit Parkinson atau multiple sclerosis (MS)
- kerusakan pada area panggul melalui cedera atau pembedahan
- Penyakit Peyronie, yang menyebabkan jaringan parut berkembang di penis
Disfungsi ereksi dapat disebabkan oleh hanya salah satu dari faktor-faktor ini atau beberapa di antaranya.
Itulah mengapa penting untuk berkonsultasi dengan dokter sehingga mereka dapat mengesampingkan atau mengobati kondisi medis yang mendasarinya.
Baca juga: Kenali Gejala Retinopati Diabetik, Komplikasi Diabetes yang Bisa Menyebabkan Kebutaan
Gejala
- Kesulitan mendapatkan ereksi
- Kesulitan mempertahankan ereksi selama aktivitas seksual
- Berkurangnya minat pada seks
- Gangguan seksual lain yang berhubungan dengan disfungsi ereksi, meliputi:
- Ejakulasi dini
- Ejakulasi tertunda
- Anorgasmia, atau ketidakmampuan untuk mencapai orgasme setelah banyak rangsangan
Bicaralah dengan dokter jika memiliki gejala-gejala ini, terutama jika gejala tersebut telah berlangsung selama 3 bulan atau lebih.
Mereka dapat membantu menentukan apakah gejala itu disebabkan oleh kondisi mendasar yang memerlukan perawatan.
Pentingnya olahraga
Baca juga: Jangan Pijat Penis Meski Alami Gangguan Ereksi, Begini Pesan Dokter
Olahraga sedang hingga berat tidak hanya baik untuk kesehatan secara keseluruhan, tetapi juga dapat meningkatkan aliran darah.
Hal ini memungkinkan olahraga dapat membantu disfungsi ereksi.
Contohnya termasuk berlari dan berenang.
Sebuah tinjauan dari 10 studi meneliti efek latihan aerobik pada disfungsi ereksi.
Dari ulasan mereka, peneliti menyimpulkan bahwa 160 menit latihan mingguan selama 6 bulan dapat menyebabkan penurunan masalah ereksi.
Studi lain memeriksa kebugaran fisik dan kadar testosteron pada 87 pria dengan disfungsi ereksi.
Para peneliti menemukan bahwa kadar testosteron berkorelasi negatif dengan kadar lemak tubuh dan lemak perut.
Hal ini menunjukkan bahwa olahraga dapat meningkatkan testosteron, selain mengurangi lemak tubuh.
Sebelum memulai rencana latihan baru, pastikan untuk selalu mendiskusikannya dengan dokter.
Ini sangat penting bagi orang-orang dengan penyakit jantung atau kondisi lain yang mendasarinya, yang dapat diperburuk oleh aktivitas berat.
(TribunHealth.com)