TRIBUNHEALTH.COM - Mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Semarang (UNNES) menyelenggarakan kegiatan “Dari Insecure ke Secure: Perjalanan Remaja Mengenal Diri” di Balai Manyaran Kota Semarang, Sabtu (11/10/2025).
Kegiatan ini merupakan intervensi psikologis sebagai bagian dari tugas mata kuliah Kajian Aktual Psikologi Perkembangan, di bawah bimbingan Dyah Ayu Rahmawati, S.Psi., M.A., dan dilaksanakan di bawah dampingan Yayasan SETARA Semarang.
Intervensi dirancang berdasarkan teori Hierarki Kebutuhan Abraham Maslow, yang menekankan bahwa rasa percaya diri tumbuh ketika kebutuhan manusia terpenuhi secara bertahap, mulai dari kebutuhan fisiologis, rasa aman, sosial, penghargaan, hingga aktualisasi diri.
“Kegiatan intervensi ini disusun berdasarkan hasil asesmen lapangan, kemudian dirancang menggunakan teori yang relevan. Mahasiswa berhasil menerapkan teori Maslow untuk membantu remaja memahami diri dan membangun rasa percaya diri,” jelas Dyah Ayu Rahmawati, S.Psi., M.A.
Tim pelaksana terdiri dari Siti Nur Naila Manzila, Yedija Elsa Fernanda, dan Kinanthi Ayu Pakerti, yang berperan aktif memfasilitasi jalannya kegiatan, memberikan pemaparan, serta mengamati dinamika psikologis peserta.
Baca juga: Dokter, Apakah Penyakit Campak Bisa Sembuh Tanpa Komplikasi & Apa Saja Komplikasi yang Bisa Terjadi?
Menurut Siti Nur Naila Manzila, kegiatan ini membantu remaja memahami diri mereka dengan cara yang menyenangkan.
“Mereka mengaku bahwa setelah adanya kegiatan ini mereka lebih mengenal karakter diri, hal-hal atau orang yang mereka anggap penting di hidup mereka. Bahkan salah satu diantara mereka bilang kalau orang-orang atau hal hal pendukung itu hilang, mereka ingin belajar beradaptasi dan mencari lingkungan baru yang suportif,” ungkap Zila.
Kegiatan berlangsung dalam lima sesi yang mewakili lima kebutuhan dasar manusia:
- Fit Outside, Chill Inside (fisiologis)
- Zona Nyaman Versi Aku (rasa aman)
- Teman Sehat, Hati Sehat (sosial)
- Aku Bisa dan Aku Berharga (penghargaan), serta
- Langkah Kecil Menuju Mimpiku (aktualisasi diri).
Kinanthi Ayu menuturkan bahwa respon para remaja selama kegiatan berlangsung sangat positif dan penuh keterbukaan.
“Dari awal membangun pendekatan, mereka sudah terbuka dengan kita, meski yang perempuan awalnya agak malu-malu. Tapi begitu suasananya cair, mereka ternyata seru dan berani bercerita. Yang laki-laki juga malah lebih cepat nyambung dan merasa bisa ngomong apa aja tanpa takut di-judge,” ujar Kinan sambil tersenyum.
Ia menambahkan, suasana kelompok yang hangat membuat para remaja di sana merasa aman untuk berbagi perasaan dan pengalaman mereka tanpa khawatir akan diejek atau disalahpahami.
Menurut Yedija Elsa Fernanda, kegiatan ini juga memperlihatkan perubahan positif dalam cara remaja mengekspresikan diri.
Melalui kegiatan sederhana seperti saling memberi apresiasi ternyata berdampak besar bagi rasa percaya diri remaja.
Melalui kegiatan ini, tim mahasiswa berharap remaja Manyaran bisa memahami bahwa kepercayaan diri bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba, melainkan tumbuh dari keberanian untuk mengenal diri, dari dukungan orang sekitar, dan dari lingkungan yang membuat mereka merasa diterima apa adanya.
*Rilis Prodi Psikologi, FIPP, Universitas Negeri Semarang