TRIBUNHEALTH.COM - Baby blues membuat ibu baru menjadi lebih emosional dan moody.
Ibu yang mengalami baby blues kerap merasa cemas, khawatir, dan juga gelisah.
Namun, apakah sebenarnya sumber penyebab baby blues pada ibu setelah melahirkan?
Jurnalis TribunHealth.com pernah menanyakan hal ini kepada Psikolog Klinis Klinik Utama Kasih Ibu Sehati (KUKIS), Hafizh Mutiara Nisa, M.Psi, Psikolog, CHt ketika menjadi narasumber Momspiration.
Berikut ini jawaban Hafizh Mutiara Nisa, M.Psi, Psikolog, CHt dalam kutipan langsung:
Baca juga: 7 Cara Mengenali Anemia pada Anak, Perhatikan Tubuh Bagian Ini

“Ada dua penyebabnya, yang pertama secara hormonal, pada saat melahirkan itu kan terjadi perubahan hormonal yang cukup drastis yaitu hormon progesteron dan juga estrogen dari wanita.
Kondisi hormonal yang tidak stabil ini menimbulkan suatu suasana hati yang tidak stabil.
Kemudian yang kedua perubahan dari rutinitas, kemudian tuntutan dari kebutuhan bayi terus kemudian dari dukungan di lingkungan sosialnya yang cenderung kurang itu menjadi pemicu juga nih.
Terus ada yang melabelkan bahwa seorang ibu yang lahir dengan normal itu menunjukkan dia wanita yang sempurna sedangkan wanita yang sesar itu bukan wanita yang sempurna, ada label-label seperti itu.
Dan tuntutan-tuntutan dari lingkungan itu yang tidak bisa dipenuhi oleh seorang ibu baru menjadikan perasaan cemas, gelisah, sensitif dan merasakan simptom baby blues yang lainnya.
Karena itu bisa terjadi karena apa mbak? Karena pada saat menjadi ibu baru itu kan ya tadi perubahan rutinitas yang sangat drastis tadi kan menimbulkan rasa lelah di dalam diri.
Ketika rasa lelah itu ada di dalam diri atau tekanan-tekanan yang berat yang dirasakan oleh diri sendiri itu cenderung imunitasnya turun.
Jadi apa yang didengar, apa yang dilihat dan apa yang dirasakan itu sangat mudah sekali terinternalisasi di dalam diri.
Ketika itu mudah terinternalisasi di dalam diri jadi gak ada filter lagi nih, gak bisa membedakan oh mana yang harus diambil dan mana yang tidak harus diambil.
Jadi semua terbawa perasaan “berarti aku adalah ibu yang tidak sempurna, aku berarti ibu yang gagal” dan lain sebagainya.
Ditambah lagi mungkin dari wawasan-wawasan yang didapatkan pada saat persiapan mau menjelang kelahiran ini masih kurang sehingga minim pengetahuan.
Ditambah harus melakukan rutinitas dengan rutin seperti itu dan cukup menyita waktu membuat diri ini menjadi lelah.
Kemudian muncul simptom-simptom seperti tadi yang menjadikan itu mengalami baby blues.”
Simak penjelasan lengkap Hafizh Mutiara Nisa, M.Psi, Psikolog, CHt dalam Momspiration "Pandangan Psikolog Terkait Baby Blues pada Ibu Baru" lewat tayangan YouTube berikut:
(TribunHealth.com)