TRIBUNHEALTH.COM - Generasi Z atau yang juga dikenal sebagai Gen Z kerap mendapat stigma sebagai generasi yang rentan mengalami masalah kesehatan mental.
Dokter Spesialis Jiwa, dr. Taufik Ismail, Sp.KJ, pernah membahas mengenai hal ini ketika menjadi narasumber Healthy Talk TribunHealth.com.
dr. Taufik menyoroti lebih menyoroti hal ini dari faktor usia.
Pasanya, gen Z sekarang berada pada rentang usia remaja hingga dewasa awal.
"Terkait dengan generasi Z ya. Jadi generasi Z sudah dijelaskan, usianya berarti memasuki usia remaja ya. Mulai usia 13 sampai kurang lebih 28. Berarti ada periode remaja hingga dewasa awal," kata dr. Taufik mengawali penjelasannya.

Dia menyebut orang pada rentang usia ini memang memiliki tantangan kesehatan mental.
Pasalnya orang mulai membantuk karakter atau sifat yang menetap mulai usia remaja.
"Pada generasi remaja ini biasanya mereka mulai merasa sudah dewasa, mulai merasa bisa menentukan pilihannya sendiri. Sehingga mereka banyak berinteraksi selain dengan keluarga di rumah itu dengan teman di luar, kemudian dengan rekan kerja, kemudian dengan masyarakat."
Ditambah lagi gaya hidup yang banyak menghabiskan waktu di depan layar atau screen time.
dr. Taufik menyebut hal ini juga memberikan pengaruh besar dalam kehidupan seseorang.
Baca juga: Dokter, Adakah Makanan yang Tidak Disarankan Saat Anak Mengalami Muntaber?
"Misalnya pornografi, judi online, tayangan kekerasan, itu juga akan membentuk karakter generasi Z. Jadi generasi Z sekarang ini tantangannya lebih besar dibandingkan generasi sebelumnya, generasi milenial atau generasi baby boomers."
Solusinya, dr. Taufik berpesan agar generasi Z pintar dalam membawa diri.
Dengan demikian harapannya masalah kesehatan mental bisa dihindari.
"Jadi tantangannya lebih besar jadi apa bila tidak pintar-pintar untuk membawa diri maka bisa mengalami masalah-masalah kesehatan mental. Dan itu sudah banyak dibuktikan beberapa penelitian misalnya di jakarta pada populasi anak sekolah, SMP atau SMA… itu kurang lebih sekitar 5 persen itu menunjukkan gejala-gejala depresi misalnya. Itu sempat diteliti juga di Jakarta."