TRIBUNHEALTH.COM - Intermittent fasting atau diet puasa merupakan pola diet yang membagi periode makan dan periode puasa.
Artinya, orang haya akan makan pada kurun waktu tertentu dan berpuasa pada sisa waktunya.
Secara prinsip, intermittent fasting sama dengan puasa keagamaan yang biasa dilakukan Muslim.
Hanya saja pada intermittent fasting tetap diperbolehkan minum pada periode puasa.
Intermittent fasting dianggap bermanfaat untuk kesehatan, termasuk pada penderita diabetes.
Situs kesehatan Health Benefits Times melansir, intermittent fasting dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin, menurunkan kadar gula darah, serta memperbaiki keseimbangan hormon.
Meningkatkan Sensitivitas Insulin
Intermittent fasting secara signifikan meningkatkan sensitivitas insulin dengan mengurangi resistensi insulin dan meningkatkan metabolisme glukosa.
Intermittent fasting memodulasi jalur utama dalam pensinyalan insulin, seperti aktivasi AMP-activated protein kinase, yang meningkatkan respons seluler terhadap insulin
Intermittent fasting juga mengurangi lemak visceral, kontributor utama resistensi insulin, yang selanjutnya meningkatkan hasil metabolisme.
Selain itu, intermittent fasting mengatur penanda inflamasi yang mengganggu kerja insulin.
Baca juga: 8 Manfaat Minum Air Lemon, Rendah Kalori dan Bisa Meningkatkan Sensitivitas Insulin
Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa
Intermittent fasting secara efektif menurunkan kadar glukosa darah puasa dengan meningkatkan metabolisme glukosa dan menurunkan resistensi insulin.
Studi menunjukkan bahwa IF mendorong perubahan metabolisme, memanfaatkan lemak sebagai sumber energi utama dan mengurangi ketergantungan glukosa.
Proses ini meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar glukosa puasa dari waktu ke waktu.
Selain itu, pengaruh IF pada penurunan berat badan dan pengurangan lemak visceral berkontribusi pada kontrol glikemik yang lebih baik.
Perubahan hormonal selama puasa juga meningkatkan penggunaan glukosa dan mengurangi variabilitas gula darah.
Mengatur Keseimbangan Hormon
Intermittent fasting (IF) memiliki efek mendalam pada keseimbangan hormon, khususnya dengan memodulasi kadar insulin, hormon pertumbuhan, dan leptin.
Penelitian menyoroti bahwa puasa meningkatkan sekresi hormon pertumbuhan, yang membantu metabolisme lemak dan pemeliharaan otot.
Selain itu, IF meningkatkan sensitivitas insulin, mengurangi kadar insulin secara keseluruhan dan mencegah gangguan metabolisme.
Leptin, hormon pengatur rasa lapar, juga terpengaruh secara positif, mengurangi disregulasi nafsu makan.
Lebih jauh lagi, IF mendorong autophagy dalam jalur hormonal, meningkatkan kesehatan sel dan fungsi metabolisme.
Menstabilkan Variabilitas Glikemik
Intermittent fasting memainkan peran penting dalam menstabilkan variabilitas glikemik dengan mengurangi fluktuasi kadar gula darah dan meningkatkan regulasi glukosa.
Penelitian menyoroti bahwa IF mengurangi lonjakan glukosa pasca makan dan meningkatkan sekresi insulin yang stabil, yang meminimalkan penyimpangan glikemik.
Pola diet ini juga meningkatkan fleksibilitas metabolisme, yang memungkinkan tubuh untuk beralih secara efisien antara glukosa dan lemak sebagai sumber energi.
Lebih jauh lagi, IF mengurangi penanda peradangan yang berkontribusi terhadap ketidakstabilan glikemik.
Efek-efek ini secara kolektif meningkatkan kontrol glikemik, khususnya pada individu dengan diabetes tipe 2.
Baca juga: 8 Sumber Minuman Menyegarkan, Penuhi Kebutuhan Cairan dan Bikin Semangat Menjalani Hari
Potensi untuk Membalikkan Diabetes Tipe 2
Intermittent fasting semakin diakui sebagai intervensi yang menjanjikan untuk membalikkan diabetes tipe 2 (T2D) dengan meningkatkan kontrol glikemik dan sensitivitas insulin.
Studi menunjukkan bahwa IF mengurangi kadar glukosa puasa dan HbA1c, penanda utama manajemen diabetes.
Pengurangan lemak visceral melalui puasa juga memainkan peran penting dalam meningkatkan aksi insulin.
Selain itu, puasa memicu autophagy, yang dapat mendukung regenerasi sel beta pankreas dan meningkatkan produksi insulin.
Mekanisme ini secara kolektif menjadikan IF sebagai strategi terapi potensial untuk mencapai remisi diabetes
Konsultasi dokter
Artikel ini hanya bersifat informasi dan bukan merupakan saran medis.
Jika Anda menderita diabetes dan ingin melakukan intermittent fasting, pastikan konsultasi dengan dokter terlebih dulu.
(TribunHealth.com)