TRIBUNHEALTH.COM - Kejadian turun peranakan sudah cukup umum kita temui di sekitar kita.
Dalam istilah medis, turun peranakan disebut prolaps uteri.
Namun, masyarakat lebih sering menyebutnya sebagai turun berok.
Kondisi ini umumnya berisiko dialami oleh wanita yang sudah lanjut usia, setelah menopause, serta setelah melahirkan.
Meskipun risikonya tinggi, kondisi ini tetap bisa dicegah.
Meskipun memiliki faktor risiko terjadi turun berok, apakah peranakan turun ini masih bisa dicegah?

Baca juga: 5 Perubahan Gaya Hidup untuk Mengatasi Jerawat, Coba Cara Alami Ini
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan (konsultan uroginekologi dan rekonstruksi), dr. Asih Anggraeni menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube TribunHealth mengenai mencegah turun peranakan pada seseorang yang memiliki faktor risiko.
Banyak wanita yang ingin mengetahui apakah turun peranakan bisa dicegah meskipun memiliki faktor risiko.
dr. Asih Anggraeni menyampaikan, faktor risiko dari turun peranakan ialah melahirkan terlalu sering.
Maka dari itu, cara mencegahnya ialah menjaga jarak persalinan, dua anak cukup dan mengikuti aturan pemerintah.
"Kan kita sudah tau ya, faktornya tadi kan melahirkan terlalu sering. Jadi mencegahnya ya jangan terlalu sering, kita harus menjaga jarak persalinannya. Dua anak cukup, ikuti aturan pemerintah," kata dr. Asih Anggraeni.
Baca juga: 8 Cara Alami Kelola Kadar Kolesterol Tinggi, Upaya Terhindar dari Pernyakit Kardiovaskular
Lanjut, kata dr. Asih cara mencegahnya juga dengan menjaga berat badan jangan sampai obesitas.
Perlu diet, berolahraga, tidak merokok dan menerapkan gayanhidup sehat.
Selain itu, juga jangan melakukan angkat-angkat berat.
"Kemudian jangan terlalu obesitas badannya. Jadi kita harus diet, olahraga, tidak merokok, gaya hidup sehat lah. Kemudian jangan angkat-angkat berat ,"
Berkaitan dengan usia, tentunya hal ini tidak bisa dihindari karena setiap tahun usia semakin bertambah.
"Kalau usia kan kita tidak bisa menghindar, setiap tahun pasti kita akan menjadi tua gitu kan," lanjutnya.
Berikut Usia yang Berisiko Mengalami Turun Berok

Baca juga: 7 Makanan Memperlancar BAB, Kunci Utama Pencernaan Sehat
dr. Asih Anggraeni menuturkan bahwa hal ini dilihat dari faktor predisposisi usia.
Ia menambahkan, turun peranakan paling banyak ditemukan pada usia 40 atau 50 tahun ke atas.
"Karena tadi kita lihat dari faktor predisposisi usia, memang paling banyak ditemukan pada usia 40 ke atas atau 50 ke atas," ujar dr. Asih Anggraeni.
Namun, pada usia muda kata dr. Asih biasanya faktor risikonya karena terlalu sering.
Ia mengungkapkan jika ada wanita yang masih berusia 26 tahun dan sudah hamil 3 atau 4 kali, kondisi turun peranakan ini baru kelihatan ketika memasuki usia 40 tahun.
"Tapi kalau orang usia muda, itu biasanya faktor risikonya dia terlalu sering. Ada wanita usia 26 tahun sudah hamil 3 atau 4 itu baru kelihatan nanti di usia-usia 40 tahun biasanya turun beroknya,"
Baca juga: 9 Cara Mengurangi Asupan Gula, Upaya Menjaga Kesehatan Jantung
dr. Asih menuturkan jika kondisi turun peranakan jarang terjadi di usia muda. Akan tetapi, jika dilakukan pemeriksaan mungkin akan ditemukan suai muda yang sudah mengalami turun peranakan.
Hanya saja, kebanyakan masyarkaat tidak akan memeriksakan diri ke dokter jika tidak ada keluhan yang mengganggu.
"Tapi di usia-usia muda sih jarang," tambahnya.
"Kalau diperiksa sih mungkin akan ketemu ya, cuma pasien-pasien tidak akan periksa kalau tidak ada keluhan yang mengganggu." pungkas dr. Asih
Ini disampaikan oleh dr. Asih Anggraeni Sp.OG(K). Seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan (konsultan uroginekologi dan rekonstruksi) dari RS Nirmala Suri Sukoharjo.
(TribunHealth.com/PP)