TRIBUNHEALTH.COM - Kejadian turun peranakan sudah sangat sering kita jumpai di lingkungan sekitar.
Turun peranakan dalam istilah medis disebut dengan prolaps uteri.
Namun, masyarakat lebih mengenal turun peranakan atau rahim turun dengan sebutan turun berok.
Sebenarnya, turun berok ini berisiko dialami oleh wanita usia lanjut, pasca menopause dan juga pasca melahirkan.
Meskipun memang berisiko tinggi, akan tetapi kondisi ini tetap masih bisa dicegah.
Kondisi turun peranakan ini apakah juga bisa dialami oleh segala usia?
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan (konsultan uroginekologi dan rekonstruksi), dr. Asih Anggraeni menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube TribunHealth mengenai yang mengalami turun peranakan.

Baca juga: Apakah Pasien Kanker Mulut Bisa Sembuh Total Setelah kemoterapi? Begini Kata Dokter
Turun berok atau turun peranakan sebenarnya berisiko dialami oleh wanita pasca melahirkan, pasca menopause dan juga usia lanjut.
Namun, beberapa orang pun ingin mengetahui apakah kondisi tersebut bis dialami oleh segala usia.
dr. Asih Anggraeni menuturkan bahwa hal ini dilihat dari faktor predisposisi usia.
Ia menambahkan, turun peranakan paling banyak ditemukan pada usia 40 atau 50 tahun ke atas.
"Karena tadi kita lihat dari faktor predisposisi usia, memang paling banyak ditemukan pada usia 40 ke atas atau 50 ke atas," kata dr. Asih Anggraeni.
Namun, pada usia muda kata dr. Asih biasanya faktor risikonya karena terlalu sering.
Ia mengungkapkan jika ada wanita yang masih berusia 26 tahun dan sudah hamil 3 atau 4 kali, kondisi turun peranakan ini baru kelihatan ketika memasuki usia 40 tahun.
Baca juga: 6 Manfaat Probiotik untuk Meningkatkan Kesehatan Kulit, Melawan Jerawat dan Tanda Penuaan
"Tapi kalau orang usia muda, itu biasanya faktor risikonya dia terlalu sering. Ada wanita usia 26 tahun sudah hamil 3 atau 4 itu baru kelihatan nanti di usia-usia 40 tahun biasanya turun beroknya,"
dr. Asih menuturkan jika kondisi turun peranakan jarang terjadi di usia muda. Akan tetapi, jika dilakukan pemeriksaan mungkin akan ditemukan suai muda yang sudah mengalami turun peranakan.
Hanya saja, kebanyakan masyarkaat tidak akan memeriksakan diri ke dokter jika tidak ada keluhan yang mengganggu.
"Tapi di usia-usia muda sih jarang," tambahnya.
"Kalau diperiksa sih mungkin akan ketemu ya, cuma pasien-pasien tidak akan periksa kalau tidak ada keluhan yang mengganggu,"
Gejala Turun Berok atau Turun Peranakan

Baca juga: Cara Atasi Jerawat dengan Madu dan Lemon, Kulit Kembali Halus
dr. Asih menyampaikan jika ada grade untuk menentukan stadium dari turun peranakan.
Ia menyebut, turun peranakan di grade 1 dan grade 2 mungkin tidak merasakan keluhan.
Namun, kadang pasien tersebut merasakan ada benjolan mengganjal di vagina yang menyebabkan tidak nyaman.
"Turun peranakan itu gejalanya mungkin dia akan merasakan. Ada grading nya ya untuk menentukan stadium," kata dr. Asih Anggraeni.
"Kalau yang grade 1 grade 2 mungkin tidak merasa keluhan ya. Kadang cuma ada benjolan ganjel di vagina, merasa tidak nyaman,"
Jika benjolan rersebut sudah keluar semua, mungkin pasien akan merasakan ada sesuatu yang bisa dipegang, yakni rahim keluar.
Baca juga: 7 Pilihan Teh Alami untuk Mengatasi Radang Tenggorokan dan Nyeri Menelan
Tentunya keluhan pada kondisi ini tidak menimbulkan nyeri.
"Kalau benjolannya sudah keluar semua mungkin merasa ya ada sesuatu yang benar-benar bisa dia pegang gitu, rahimnya keluar. Karena memang keluhannya tidak akan nyeri," sambungnya.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr. Asih menyebut jika biasanya pasien yang mengalami turun peranakan adalah nenek-nenek.
Hal ini mungkin dikarenakan faktor malu atau takut ke rumah sakit.
Yang dipikirkan oleh pasien jika mengalami turun peranakan ialah dilakukan tindakan operasi.
Padahal, kata dr. Asih tidak semua penanganan untuk turun peranakan adalah operasi.
Bisa juga gejala penyerta dari turun peranakan ini seperti gangguan berkemih maupun gangguan BAB.
"Kadang orang-orang Indonesia atau orang Jawa nih, biasanya simbah-simbah pasien kita itu kalau yang turun peranakan simbah-simbah, usia tua. Itu mungkin karena faktor malu atau takut ke rumah sakit,"
Baca juga: 7 Kesalahan Sarapan Ini Jadi Penyebab Gagalnya Diet, Berat Badan Bisa Bertambah
"Pikirannya yang pertama kalau ada rahimnya turun mau dioperasi, padahal tidak semuanya dioperasi," lanjutnya.
"Atau mungkin ada gejala penyerta misalnya ada gangguan berkemih, gangguan BAB seperti itu." pungkas dr. Asih.
Ini disampaikan oleh dr. Asih Anggraeni Sp.OG(K). Seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan (konsultan uroginekologi dan rekonstruksi) dari RS Nirmala Suri Sukoharjo.
(TribunHealth.com/PP)