TRIBUNHEALTH.COM - Sudah tak asing lagi bukan sobat sehat dengan turun peranakan?
Ya, turun peranakan memiliki istilah medis prolaps uteri, sedangkan di masyarakat, kondisi ini kerap disebut dengan turun berok.
Turun peranakan bisa dialami oleh wanita pasca melahirkan dan pasca menopause.
Meskipun turun peranakan rentan terjadi dan berisiko tinggi, namun kondisi tersebut masih bisa dicegah.
Bagaimana bisa terjadi turun peranakan atau turun berok pada wanita pasca melahirkan?
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan (konsultan uroginekologi dan rekonstruksi), dr. Asih Anggraeni menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube TribunHealth mengenai turun peranakan pada wanita pasca melahirkan.
Baca juga: 8 Cara Mencegah Rambut Rontok saat Tidur, Coba Ubah Rutinitas Anda
Banyak yang belum mengetahui bagaimana wanita pasca melahirkan bisa mengalami turun berok atau turun peranakan.
dr. Asih mengatakan, saat melahirkan tentunya akan mengejan. Organ dasar panggul akan mengalami kendor atau melar.
Apalagi jika seorang wanita melahirkan bayi besar, dan saat persalinan terlalu lama mengejan. Sehingga bisa menyebabkan otot dasar panggul rusak.
"Itu kalau melahirkan kan mengejan, organ dasar panggulnya melar atau kendor gitu. Apalagi dia melahirkan bayi-bayi besar, kemudian persaliannya ngedannya terlalu lama, itu menyebabkan otot dasar panggulnya rusak," kata dr Asih Anggraeni.
Ia menegaskan, sebaiknya wanita menghindari faktor-faktor mengedan lebih dari 2 jam untuk faktor hamil anak pertama.
Baca juga: 4 Makanan Berwarna Merah Sumber Antioksidan, Bantu Singkirkan Radikal Bebas
Namun, bagi wnaita yang sudah pernah hamil lebih dari satu kali (multigravida) maksimal mengedan 1 jam.
Hal ini tentunya akan mempengaruhi untuk jangka panjangnya.
"Makanya kita kalau bisa menghindari faktor-faktor mengedan sampai lebih dari 2 jam, untuk faktor yang hamil anak pertama ya. Kalau anak multigravida kita sebut, itu 1 jam lah maksimal, karena kita memikirkan untuk jangka panjangnya kan,"
Lanjut, kata dr. Asih, turun peranakan biasanya terjadi pada usia-usia tua.
Memang saat ini tidak terlihat, namun faktor paritas sering melahirkan karena selalu mengedan, apalagi bayi tersebut berukuran besar, maka bisa berisiko terjadi kerusakan otot-otot dasar panggul.
"Karena turun peranakan itu baru terjadi biasanya usia-usia tua. Sekarang gak kelihatan, nah dia biasanya faktor paritas sering melahirkan karena selalu mengedan apalagi bayinya besar-besar sampai 4 kg. Bayangkan otot-otor di dasar panggul itu akan rusak," lanjutnya.
Baca juga: 9 Cara Menurunkan Berat Badan bagi Wanita dengan PCOS
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dr. Asih menyampaikan bahwa faktor pengguntingan atau episotomi untuk jalan lahir bayi juga bisa menyebabkan kerusakan pada otot-otot dasar panggul.
"Kemudian ada faktor tindakan pengguntingan, episotomi namanya. Kita menggunting jalan lahirnya supaya bayinya bisa lahir nih, itu juga bisa menyebabkan kerusakan pada otot-ototnya,"
"Kemudian ada kerusakan pada otot panggul." tandas dr. Asih
Ini disampaikan oleh dr. Asih Anggraeni Sp.OG(K). Seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan (konsultan uroginekologi dan rekonstruksi) dari RS Nirmala Suri Sukoharjo.
(TribunHealth.com/PP)