TRIBUNHEALTH.COM - Seringkali perut buncit dijadikan indikator kegemukan pada seseorang.
Biasanya indikator perut buncit ini ditandai dengan area perut yang lebih besar dari area tubuh lain.
Sering dianggap lumrah, tentunya kita perlu mengetahui sebenarnya perut buncit ini berbahaya bagi kesehatan atau tidak.
Perut buncit sering diartikan sebagai kondisi perut yang lebih besar dibandingkan area tubuh yang lainnya.
Penumpukan lemak memang bisa terjadi di mana saja.
Seringkali perut buncit ini dialami oleh pria.
Mengingat seringkali kondisi perut buncit dianggap hal yang sepele atau bukan suatu kondisi yang serius.

Baca juga: Cara Mudah Atasi Asam Urat yang Sering Kambuh
Memang, diet memiliki beragam jenis.
Namun, sebenarnya tidak semua jenis diet ini bagus dan cocok untuk mengecilkan perut buncit.
Ahli gizi R. Radyan Yaminar menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube TribunHealth.com mengenai tidak semua diet bagus dan cocok untuk mengecilkan perut buncit.
Memang perut buncit menjadi masalah yang sering dikeluhkan, terutama bagi para wanita.
Beberapa orang merasa kurang percaya diri dengan kondisi perut buncit.
Seringkali penumpukan lemak terjadi di area perut, paha dan juga lengan.
Kondisi perut buncit, seringkali dianggap sepele dan bukan suatu kondisi yang serius.
Baca juga: 10 Makanan Terbaik untuk Rambut Sehat, Ada Bayam hingga Kayu Manis
Diet memiliki beragam jenis. Namun tak semua jenis diet bagus dan cocok untuk mengecilkan perut buncit.
Radyan Yaminar menuturkan bahwa saat diet kita perlu memperhatikan jangka panjangnya.
"Jadi kalau misalkan diet itu kita juga harus memperhatikan dari jangka panjang ya," kata ahli gizi R. Radyan Yaminar.
Ia menambahkan, berbicara tentang jangka panjang, seseorang yang tidak makan selama satu minggu saja pasti sudah mengalami penurunan berat badan.
Tapi, kata Radyan Yaminar kondisi asam lambung atau kesehatan lambung pasti bermasalah.
"Jadi kalau mislakan kita hanya berbicara tentang jangka pendek, gak makan aja seminggu, itu pasti turun," imbuhnya.

Baca juga: 5 Khasiat Daun Sirih yang Sayang Dilewatkan, Bantu Jaga Kesehatan Mulut hingga Daerah Kewanitaan
"Tapi nanti kondisi asam lambungnya atau kondisi kesehatan lambungnya pasti bermasalah," lanjutnya.
Ahli gizi dari Rumah Sakit Nirmala Suri Sukoharjo, Radyan Yaminar mengungkapkan, tidak makan seminggu juga mempengaruhi konsentrasi.
Tak cuma mengganggu konsentrasi saja, ternyata bisa menyebabkan pusing pula.
Pusing ini terjadi karena otal tidak mendapatkan glukosa yang menjadi energi otak satu-satunya.
"Terus habis itu dari konsentrasinya, sehari-hari dia pasti pusing karena otak itu tidak mendapatkan asupan glukosa yang menjadi energi satu-satunya otak," sambung Radyan Yaminar.
Banyak sekali jenis diet yang diterapkan oleh masyarakat, salah satunya diet keto.
Dari berbagai jenis diet, adakah yang paling efektif untuk mengatasi perut buncit?
Diet memiliki beragam jenisnya, salah satunya diet keto.
Baca juga: Ini yang Boleh dan Tidak Boleh Dilakukan saat Migrain
Namun, bagi seseorang yang memiliki perut buncit tentu ingin mengetahui sebenarnya apakah ada diet yang bisa mengatasi perut buncit.
R. Radyan Yaminar menyampaikan, diet keto merupak diet yang memperbanyak asupan lemak dan mengurangi asupan karbohidrat.
Diet keto memang konsumsi lemak yang tinggi.
Lemak tersebut tidak akan dijadikan cadangan, karena tubuh kekurangan energi akibat tidak adanya asupan karbohidrat.
"Membahas diet keto, diet keto itu diet yang memperbanyak asupan lemaknya tapi mengurangi asupan karbohidrat," ujar ahli gizi R. Radyan Yaminar.
"Tujuan dari diet keto ini adalah, kalau misalkan kita konsumsi lemaknya lebih tinggi, lemak itu tidak akan berkesempatan untuk dijadikan cadangan. Karena tubuh pastinya akan kekurangan energi, karena asupan karbohidratnya tidak ada," lanjutnya.
Ia menambahkan, dengan diet keto ini, diharapkan banyaknya lemak yang dikonsumsi diubah menjadi energi.
Baca juga: Cara Mempersiapkan Payudara untuk Menyusui Pasca Melahirkan
Kata Radyan Yaminar, antara lemak, karbohidrat dan protein, satu sama lain bisa menggantikan perannya sebagai energi.
Namun, lemak yang diubah menjadi energi ini berbeda dengan karbohidrat.
Lemak, tidak dibuah 100 persen menjadi energi, berbeda dengan karbohidrat yang efektif bisa langsung digunakan untuk energi.
"Nah, dengan harapannya asupan lemak yang diperbanyak tadi, waktu kita makan langsung diubah jadi energi," imbuhnya.
"Karena, antara lemak, karbohidrat dan protein, tiga ini bisa menggantikan satu sama lain perannya jadi energi," sambung R. Radyan.
"Tapi perlu diingat lagi, kalau misal lemak itu perubahan menjadi energi berbeda dengan karbohidrat. Lemak itu tidak diubah langsung 100 persen menjadi energi, beda dengan karbohidrat yang efektif langsung bisa digunakan energi untuk makhluk hidup." jelasnya.
Ini disampaikan pada channel YouTube TribunHealth bersama dengan R. Radyan Yaminar, S.Gz. Seorang ahli gizi dari Rumah Sakit Nirmala Suri Sukoharjo.
(TribunHealth.com/PP)