TRIBUNHEALTH.COM - Keputihan merupakan dalah satu masalah yang kerap dikeluhkan wanita pada area organ intim.
Keputihan ditandai dengan keluarnya cairan berupa lendir kental atau bening yang keluar dari vagina.
Adanya keputihan merupakan suatu kejadian normal pada wanita.
Namun, pada sejumlah kondisi, keputihan bisa menjadi abnormal dan tanda bahaya.
Ternyata, keputihan berfungsi untuk melumasi area kewanitaan dan menyeimbangkan flora di area kewanitaan.
Adakah kebiasaan-kebiasaan yang secara umum tidak kita sadari bahwa itu bisa menimbulkan keputihan?
Dokter spesialis kulit dan kelamin, dr. Adniana Nareswari menyampaikan tanggapannya pada tayangan YouTube TribunHealth mengenai kebiasaan yang bisa menimbulkan keputihan.

Baca juga: 3 Manfaat Rutin Minum Jus Wortel Campur Jahe, Ini Resepnya
Biasanya keputihan akan muncul ketika menjelang menstruasi, setelah menstuasi dan juga saat masa subur.
Keputihan ini ditandai dengan keluarnya lendir yang berwarna bening dari vagina.
Sebenarnya keputihan ini berfungsi untuk melumasi dan menyeimbangkan flora di area kewanitaan.
Tentunya kita perlu mengetahui kebiasaan-kebiasaan apa saja yang menyebabkan keputihan.
dr. Adniana Nareswari menyampaikan jika ada kebiasaan yang harus dihindari agar tidak menyebabkan keputihan.
Di antaranya yaitu penggunaan celana dalam yang terlalu ketat dan tidak menyerap keringat.
Celana dalam terlalu ketat dan bahannya tidak menyerap keringat bisa meningkatkan risiko keputihan abnormal.
"Dalam hal ini kebiasaan yang harus kita hindari, di antaranya adalah mungkin penggunaan pakaian dalam, terutama celana dalam yang terlalu ketat dan juga tidak menyerap keringat itu bisa meningkatkan risiko terjadinya keputihan yang abnormal," ujar dr. Adniana Nareswari.
Baca juga: 7 Manfaat Buah Stroberi bagi Kesehatan Tubuh, Bisa Meningkatkan Sensitivitas Insulin
Celana dalam yang terlalu ketat dan berbahan kasar akan meningkatkan risiko iritasi dan infeksi.
Selain itu, penggunaan celana dalam terlalu ketat dan bahan yang tidka menyerap keringat, akan meningkatkan kelembapan di area tersebut. Sehhingga bisa meningkatkan risiko infeksi, terutama infeksi jamur.
"Karena, celana dalam yang terlalu ketat dan bahannya kasar, itu akan meningkatkan iritasi dan juga risiko infeksi," lanjutnya.
"Kemudian, apabila terlalu ketat dan juga bahannya tidak menyerap keringat, tentunya akan meningkatkan kelembapan ya, kelembapannya berlebihan di area tersebut," sambungnya.
"Sehingga meningkatkan risiko terjadinya infeksi, terutama infeksi jamur," tuturnya.
Tak hanya itu saja, dr. Adniana menuturkan, kebiasaanpnggunaan sabun kewanitaan yang terutama mengandung antiseptik
"Kemudian juga kebiasaan penggunaan sabun kewanitaan," kata dr. Adniana Nareswari.

Baca juga: Aturan Olahraga untuk Menjaga Berat Badan Ideal Menurut Ahli Gizi
"Sabun kewanitaan terutama yang ada antiseptiknya," terangnya.
Dokter spesialis kulit dan kelamin dr. Adniana Nareswari menyampaikan, apda kondisi noemal, tidak direkomenadikan justru mungkin akan mengganggu keseimbangan flora pada vagina.
Keseimbangan flora pada area kewanitaan yang terganggu bisa meningkatkan risiko terjadinya infeksi.
"Pada kondisi yang normal, ini tidak direkomendasikan karena justru mungkin malah akan mengganggu keseimbangan flora di area vagina kita dengan meningkatkan risiko terjadinya infeksi," lanjutnya.
Melakukan hubungan seksual yang tidak aman seperti berganti-ganti pasangan, pasangan seksual yang banyak dan tidak menggunakan kondom bisa meningkatkan risiko infeksi menular seksual.
Secara klinis, infeksi menular seksual tersebut ditandai adanya keputihan.
Baca juga: Adakah Perawatan Khusus Agar Tidak Muncul Stretch Mark Setelah Menyusui?
"Kemudian juga kebiasaan melakukan hubungan seksual yang tidak aman. Dalam artian bergonta-ganti pasangan, pasangan seksualnya banyak, telebih tidak menggunakan kondom, tentunya itu akan meningkatkan risiko terjadinya infeksi menular seksual yang mana secara klinis ditandai dengan adanya keputihan," paparnya.
Kebiasaan menggunakan alat bantu seks dan saat berhubungan seksual tidak menjaga kebersihan, rupanya bisa meningkatkan risiko keputihan abnormal.
"Kemudian juga kebiasaan misalnya menggunakan alat bantu seks gitu ya. Saat melakukan hubungan, apabila tidak dijaga kebersihannya, tidak rajin dibersihkan, itu justru akan meningkatkan risiko terjadinya keputihan yang patologis (abnormal)." pungkasnya
Ini disampaikan pada channel YouTube TribunHealth bersama dengan dr. Adniana Nareswari Sp.DV. Seorang dokter spesialis kulit dan kelamin.
(TribunHealth.com/PP)