TRIBUNHEALTH.COM - Protein merupakan nutrisi kaya asam amino yang Anda butuhkan untuk kesehatan otot, tulang, dan sistem kekebalan tubuh.
Meskipun meningkatkan asupan protein dapat bermanfaat dalam beberapa kasus, namun konsumsi terlalu banyak protein justru tidak baik untuk kesehatan.
"Lebih banyak tidak selalu lebih baik dalam mendukung kesehatan otot," ungkap Colleen Rauchut Tewksbury, PhD, RDN, juru bicara nasional Akademi Nutrisi dan Dietetika, mengatakan kepada Verywell Health.
"Sebaliknya, Anda harus fokus pada seberapa banyak, seberapa sering. Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari jumlah tersebut tidak memberikan banyak manfaat dan bahkan dapat menyebabkan konsumsi berlebihan," lanjutnya.
Baca juga: 8 Tanda-tanda Tubuh Kekurangan Zat Besi yang Jarang Diketahui, Lengkap dengan Penyebabnya
Asupan protein harian yang direkomendasikan bervariasi tergantung pada kesehatan Anda secara keseluruhan dan seberapa banyak aktivitas fisik yang Anda lakukan dalam sehari. ''
Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang direkomendasikan saat ini adalah 46 gram untuk wanita dan 56 gram protein untuk pria.

Tanda-tanda Terlalu Banyak Konsumsi Protein
Berikut ini tanda-tanda yang harus Anda ketahui saat Anda terlalu banyak mengonsumsi protein.
1. Dehidrasi
Jika Anda mulai banyak mengonsumsi protein, Anda mungkin akan mulai buang air kecil lebih sering karena ginjal Anda bekerja lebih keras untuk memetabolisme kelebihan nutrisi.
Semua buang air kecil itu bisa menyebabkan dehidrasi, sehingga penting untuk minum banyak air jika Anda sedang diet tinggi protein.
2. Napas bau
Napas bau bisa menjadi tanda Anda mengalami ketosis, yaitu ketika tubuh Anda membakar lemak, bukan glukosa sebagai sumber energi utamanya.
Ketosis dikaitkan dengan pola makan tinggi protein, termasuk diet Keto.
Aseton merupakan produk sampingan dari penguraian lemak di dalam tubuh, partikelnya kecil, sehingga mudah dihembuskan.
Aseton bisa membuat napas Anda berbau buah atau seperti cat kuku.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada orang sehat, 'napas keto' dapat menjadi indikator hilangnya lemak jika meraka menjalani diet rendah karbohidrat seperti Keto.
Baca juga: 6 Manfaat Minum Susu Kurma untuk Kesehatan, Begini Cara Mudah untuk Membuatnya
3. Mengalami gangguan gastrointestinal
Gejala gastrointestinal cukup umum terjadi jika Anda mengonsumsi lebih banyak protein.
Pola makan tinggi protein (terutama protein hewani) dan rendah serat dapat menyebabkan sembelit, mual, diare, dan sakit perut.
Sumber protein tertentu seperti daging, membutuhkan lebih banyak usaha untuk diuraikan oleh tubuh Anda.
Beberapa orang juga cenderung kesulitan mencerna kacang utuh, terutama jika mereka tidak mengunyahnya dengan baik.

4. Penyakit jantung
Protein dapat mempunyai efek positif dan negatif pada sistem kardiovaskular Anda tergantung pada jenis protein yang Anda makan.
Protein nabati seperti polong-polongan, kacang-kacangan, biji-bijian, ikan, dan makanan laut dapat bermanfaat bagi kesehatan jantung Anda.
Sedangkan protein hewani seperti daging merah hingga daging olahan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
Baca juga: 6 Manfaat Tauge yang Jarang Disadari, Kaya Antioksidan dan Memiliki Indeks Glikemik Rendah
5. Masalah ginjal dan hati
Jika Anda menderita penyakit ginjal atau hati, proses pemecahan kelebihan protein bisa menjadi hal yang cukup merepotkan.
Mengonsumsi terlalu banyak protein jika Anda menderita penyakit ginjal bahkan dapat menyebabkan gagal ginjal.
Masalah lain yang disebabkan karena terlalu banyak konsumsi protein adalah amonia.
Amonia merupakan produk sampingan dari metabolisme protein yang dikeluarkan melalui urine.
Jika fungsi ginjal atau hati Anda buruk, amonia dapat mencapai tingkat beracun dan menyebabkan efek samping berbahaya pada tubuh.
6. Berat badan bertambah
Mengonsumsi lebih banyak protein dapat menyebabkan penambahan berat badan dalam beberapa cara yang tidak berhubungan dengan pembentukan otot.
Lebih banyak protein biasanya lebih banyak kalori, dan sumber protein yang Anda pilih mungkin mengandung lemak jenuh.
Selain itu, tubuh Anda dapat mengubah kelebihan protein menjadi gula yang disimpan sebagai lemak.
Seiring waktu, faktor-faktor ini dapat berkontribusi terhadap penambahan berat badan.
Baca juga: Daftar Lauk yang Boleh Dimakan dan Lauk yang Tidak Boleh Dimakan oleh Penderita Asam Urat
Baca berita lain seputar kesehatan di sini
(Tribunhealth.com/IR)